Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa suplemen Vitamin D belum tentu bisa meningkatkan kepadatan tulang atau mencegah patah tulang pada orang dewasa. Laporan dalam The Lancet Diabetes & Endocrinology ini menggunakan data dari 81 percobaan secara acak terkontrol dengan total 53.537 peserta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti tidak menemukan manfaat dari suplemen Vitamin D. Salah seorang peneliti, Dr. Alison Avenell dari Universitas Aberdeen di Skotlandia, mengatakan ada sedikit alasan bagi orang dewasa untuk mengonsumsi suplemen vitamin D bagi kesehatan tulang, terutama untuk melindungi dari patah tulang, kecuali orang-orang dari kelompok berisiko tinggi, seperti yang kurang paparan sinar matahari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Misalnya, orangtua yang tidak pernah keluar," jelas Avenell.
Artikel lain:
Obesitas Tingkatkan Risiko Tulang Pangkal Paha Anak Terlepas
Vitamin D Bukan Cuma buat Tulang, Simak Manfaat Lainnya
Tak Hanya Dibutuhkan Tulang, Vitamin D Juga Bisa Cegah Diabetes
Jangan Abaikan Penyakit Tulang Belakang, Ada yang Berujung Maut
Suplemen vitamin D telah lama direkomendasikan kepada manula untuk mengobati dan mencegah penyakit osteoporosis (keropos tulang). Avenell dan rekan-rekannya ingin melihat perubahan panduan yang mengarahkan orang menjauh dari suplemen.
Untuk studi baru, Avenell dan rekan-rekannya menjelajahi literatur medis untuk studi yang meneliti dampak suplemen vitamin D pada kesehatan tulang. Lama waktu penelitian mulai dari empat minggu hingga lima tahun, termasuk wanita di atas usia 65 tahun.
Meskipun sebagian besar uji coba berlangsung satu tahun atau kurang, ada 25 percobaan memiliki tindak lanjut lebih dari satu tahun. Ada delapan uji coba dengan lebih dari 33.000 peserta yang mengikuti orang-orang selama tiga hingga lima tahun.
Avenell mengatakan responden penelitian ini adalah orang dengan kepadatan tulang rendah, satu dengan osteoporosis, enam dengan orang-orang yang sebelumnya patah tulang, termasuk yang terbesar dengan lebih dari 5.000 peserta , 17 lainnya orang tua dari klinik jatuh, panti jompo, atau rumah sakit, di mana peningkatan risiko patah tulang mungkin terjadi.
"Sangat sedikit uji coba pada populasi muda yang sehat,'" jelas Avenell.
Penelitian juga menunjukkan suplemen vitamin D tidak berpengaruh pada jumlah patah tulang dan jatuh, juga tidak meningkatkan kepadatan tulang. Satu masalah besar dalam pembelajaran vitamin adalah adanya konsensus tentang tingkat gizi yang sehat.
Sementara itu, Dr. Ethel Siris, Direktur Pusat Osteoporosis Toni Stabile di New York-Presbyterian Columbia University Irving Medical Center di Amerika Serikat, yang juga profesor kedokteran di Universitas Columbia, menyebut temuan sementara ini bisa saja tepat bagi sebagian orang dengan kapasitas tulang yang menipis.
"Alasan utama wanita yang lebih tua mulai kehilangan massa tulang dan mengalami patah tulang adalah hilangnya estrogen saat menopause," kata Siris.
Faktor penunjang lain menjadi lebih buruk adalah vitamin atau vitamin D. Ada argumen tentang berapa banyak yang dibutuhkan, tetapi jika sudah ada masalah tulang, Anda ingin memastikan cukup kalsium dan vitamin. D.
"Risiko yang terkait dengan vitamin D sangat kecil, sementara kita bukan orang yang mendapatkan vitamin D melalui diet, kita akan menambahkan pil jika diperlukan. Pasien saya tidak bisa memiliki kekurangan vitamin D," tuturnya.
Meskipun begitu, Siris khawatir berita tentang penelitian baru ini akan meyakinkan orang-orang yang memiliki tulang rapuh untuk berhenti mengonsumsi suplemen vitamin D mereka.
"Orang-orang membaca tentang hal-hal ini dan apa yang mereka baca kemarin adalah kebenaran saat ini," tambahnya.