KARSOREDJO dan Pariyem namanya. Desa Tambaksari, Cilacap, Jawa Tengah, tempat tinggalnya. Akhir Januari lalu pangkal kejadiannya. Sepasang kerbau awal kisahnya. Dan inilah baladanya. Karsoredjo menjual sebidang tanah. Harganya Rp500 ribu. Uang itu bukan untuk foya-foya. Uang itu untuk membeli sepasang kerbau. Tujuannya agar Karso punya kesibukan di hari-hari senggang. Karso adalah seorang kakek. Pariyem, seorang nenek tentu saja, mulanya amatlah senang. Kang Mas-nya, yang alasanya tak punya kegiatan apa-apa, kini benar-benar sibuk. Hampir setiap hari, Karso, 62 tahun, asyik menggembalakan kerbau di tegalan. Urusan lain tak digubris. Tapi lama-lama Pariyem, 55 tahun, mulai tidak senang. Urusan Kang Mas-nya kerbau melulu. Pagi kerbau, siang kerbau, malam juga kerbau. "Kang Karso lebih mementingkan kerbaunya daripada istri dan cucunya," pengakuan Pariyem. Kini ia gundah gulana. Awal Februari lalu, ibu enam anak dan nenek 11 cucu itu, duh Gusti, habis kesabarannya. Dua hari dua malam Karso raib bersama kerbau-kerbaunya. Setiap kali ada yang menanyakan suaminya, Pariyem hanya bisa menjawab, "Sekarang ini istri Kang Karso bukan saya lagi, tapi kerbaunya itu." Pariyem lantas mencari akal. Nah, persis ketika Karso pulang, Pariyem bergegas mendatangi tetangga-tetangganya. Ia mengumumkan akan menyelenggarakan kenduri. Warga desa Tambaksari yang tinggal tak jauh darl rumah Karso dengan gembira menyambut undangan itu. Karso, yang sedang leyehan di kamarnya, tak curiga ketika diminta melepaskan pakaiannya. Ia juga menurut ewaktu disuruh mengenakan setelan jas, kopiah, dan dikalungi bunga kantil. Karso benar-benar seperti kerbau dicucuk hidung. Beberapa tetangga yang datang kontan bengong melihat Karso dirias bak pengantin. Karso hanya tertawa. Tiba-tiba salah seorang cucu sang kakek masuk ke dalam rumah sembari menyeret seekor kerbau. Maklumlah, rumah di desa lapang tak berkamar-kamar. Lalu kerbau betina itu dijejerkan dekat Karso. Setelah itu, muncul Pariyem yang dengan tenang mengatakan, "Istri Kang Karso sekarang adalah kerbau. Kawinlah." Semua yang hadir tertawa. "Mulai hari ini Kang Karso resmi beristrikan seekor kerbau," kata Pariyem lagi. Sambil tertawa. Karso tidak tertawa. Ia sendirian tidak tertawa. Ia hanya mendekati istrinya. Bukan kerbau, tetapi Pariyem. "Kamu sudah gila, ya? Memangnya aku ini binatang," kata Karso. Plak ... plak .... Pariyem ditempelengnya. Tetangga-tetangga yang berniat kenduri memisahkannya. Duh, Gusti Allah, dukanya Pariyem. Sejak itu hubungannya dengan Kang Karso renggang. Gara-gara kerbau. Padahal, kakangnya itu bukan tresno sama kerbau, tetapi, "waktu itu kerbau saya lari, sehingga saya harus mencarinya selama dua hari dua malam," pengakuan Karso. Karsoredjo dan Pariyem namanya. Belum tahu akhir kisahnya. Moga-moga rukun adanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini