THREE MEN AND A BABY Pemain: Tom Selleck, Steve Guttenberg, Ted Danson Cerita: Coline Serreau Skenario: James Orr & J. Guickshank Sutradara: Leonard Nimoy TIGA pria warga New York, pengobral cinta dan tukang hura-hura, keok. Tapi sekali ini bukan disambar wanita. Peter (Tom Selleck), Michael (Steve Guttenberg), dan Jack (Ted Danson) -- mereka tinggal dalam satu apartemen -- tak berdaya menghadapi rengekan bayi ingusan: Mary. Teror dimulai dengan munculnya kiriman bayi di depan pintu apartemen dari seseorang yang menyebut dirinya Sylvia. Dalam surat pengantar wanita itu menitipkan bayi hasil karyanya dengan Jack -- yang kebetulan sedang pergi ke Turki untuk membuat fllm -- karena tak sanggup mengurusnya sendiri. Peter (arsitek) dan Michael (pelukis) jadi kalang kabut. Sumpah-serapah terlontar, tetapi orok itu tetap harus diberi makan. Peter lari ke supermarket membeli makanan, tetapi jadi kebingungan karena jenis makanan bayi berderet satu lorong penuh. Sementara Michael hampir putus asa di apartemen, karena Mary tak henti-hentinya menangis. Ia mencoba menghibur dengan melawak, memperlihatkan dadanya yang berbulu, tetapi Mary justru makin seru menjerit. Berbagai ketololan terjadi waktu mereka memasang popok, membersihkan "eek" yang belepotan di pantat bayi. "Aku mau membunuh bapaknya," kata kedua lelaki itu mengumpat teman mereka, Jack. Bersamaan dengan kedatangan bayi, datang pula sebuah paket milik temannya Jack. Karena Jack tak di tempat, kiriman diterima oleh Michael. Tak dinyana isinya morfin. Film semua umur ini kemudian diseling kucing-kucingan dengan penjahat narkotik. Tetapi persoalan pokoknya tetap: Mary. Ketika Jack pulang, ia dimaki habis-habisan. Bayi dan segala tetek-bengeknya diterimakan. Jack kelenger dan mengaku memang pernah membuat kisah cinta dengan seorang wanita ketika main dalam sebuah drama. Ia tak menyangka cinta yang ditinggalkannya itu membuahkan nyawa. Menanggung sebuah nyawa di kota seperti New York bagi para hedonis memang mala petaka. Kisah tiga jejaka dan bayi ini tidak hanya lucu tapi kemudian juga mengharukan. Bagaimana hubungan bebrayatan yang telah hilang di masyarakat yang dikendalikan oleh hubungan patembayan -- segala sesuatu berpamrih -- bangkit kembali. Peter meskipun mengumpat akhirnya merawat Mary dengan sayang. Ia ngeloni bayi itu sepanjang malam sampai teler di tempat pekerjaannya. Dengan serius ia membacakan Mary sebuah artikel, "meskipun ia tidak mengerti paling tidak iramanya bisa ia rasakan," jawabnya waktu Michael melotot heran. Dan ketika bayi harus diserahkan pengurusannya pada bapaknya Jack, komedi ini tidak hanya kocak tapi menyentuh. Diam-diam bangkit kecemburuan di hati Michael dan Peter. Tidak diucapkan tapi tampak pada mata. Dan ini jadi lucu karena terjadi pada seorang Tom Selleck (jagoan dalam film seri TV Magnum P.I.) dan Steve Guttenberg (polisi dalam Police Academy). Apalagi ketika Sylvia muncul kembali untuk membawa Mary pergi. Ketiga taruna itu bergetar, dirasuki perasaan kasih sayang. Dengan kikuk Peter dan Michael mengumpulkan barang-barang Mary. Emosi tersebut tidak diutarakan secara verbal, tapi muncul intens lewat gambar-gambar. Keheningan yang dramatis itu membuat film ini terasa menggigit. Selanjutnya di sisi taksi, Jack, Peter, dan Michael salah tingkah -- pura-pura melepas Mary dengan rela. "Kalau ada yang bisa kami tolong, apa saja, katakan," kata Michael mewakili rekan-rekannya. Ucapan itu terasa aneh karena diucapkan dengan tulus di sebuah kota keras dengan orang-orang yang sangat individualistis seperti New York. Setelah jabang bayi yang semula dianggap beban besar pergi, segalanya justru jadi menekan. Terasa ada sepi. Aneh, ketiga pria itu merasa sesuatu telah tercabut dari posisinya. Mary telah berhasil menumbuhkan kembali pada ketiga pria Amerika itu cinta kasih pada anak -- baca keluarga. Sesuatu yang sebelumnya konon hilang di Amerika. Dan betapa emosi penonton terbawa, ketika mereka terbang dari apartemen memburu taksi untuk mengejar bayi tersebut kc bandara Kennedy. Kita ikut kecewa melihat mereka terpaku, karena kapal terbang telah bergerak. Untung, film tak menginginkan penonton pulang sedih. Cerita film ini berasal dari novel Prancis Troi Hommes et un Couffin karya Coline Serreau. Prancis juga sempat mengangkatnya ke layar perak dengan gambar-gambar yang lebih kusam. Mereka yang pernah menonton Trois Hommes et Un Couffin bisa menikmati satire yang lebih pedih. Dengan setting rumah kuno, kisah Mary dan ketiga bujangan tukang pesta itu nampak tajam. Dalam adegan pesta, misalnya, karena kesal mendengar Mary terus merengek, seorang tamu mengatakan, daripada memelihara anak, ia lebih suka memelihara anjing. Prancis memang punya problem anak, gara-gara rakyatnya banyak yang memutuskan tak punya keturunan. Dalam segala bumbu keceriaan dan wah yang khas film Hollywood, Three Men and A Baby tetap menarik dan berisi. Sebuah komedi yang berhasil. Trio Tom Selleck, Steve Guttenberg, dan Ted Danson (terkenal karena film seri tv Cheers), hadir kompak. Sutradara Leonardo Nimoy, telah menjaga porsi masing-masing aktor ganteng yang komersial itu, sehingga tidak saling menutup. Khususnya Tom Seleck yang seakan -- sudah selesai dengan karakter sebagai Magnum, kali ini leluconnya lugu dan pas. Ia -- juga yang lain -- tidak konyol. Putu Wijaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini