Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pengetahuan p4

Menjelang hut proklamasi kemerdekaan ri ke-40 rs jiwa semarang mengadakan lomba cerdas tangkas p-4. agar mereka paham p-4. (ina)

7 September 1985 | 00.00 WIB

Pengetahuan p4
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
ACARANYA: lomba cerdas tangkas P4. Tempat: Rumah Sakit Jiwa Semarang. Peserta: para pasien. Ini bukan mengada-ada, tapi sungguhan. Dokter Pranowo, direktur rumah sakit itu, memang berpendapat bahwa program P-4 bukan hanya untuk orang yang waras. "Sebagai warganegara, pasien rumah sakit jiwa mempunyai hak dan kewajiban yang sama," katanya. Tiga hari menjelang HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke-40 tempo hari, acara final lomba itu pun diadakan. Tiga regu berhadapan: Garuda, Banteng, dan Padi Kapas. Sejak awal, acara itu tak hentinya memancing tawa dan tepuk tangan hadirin, yang tak lain keluarga pasien. Saat dipersilakan mencoba menekan tombol, misalnya, semua anggota regu - satu regu terdiri dari tiga orang - berebutan memainkan tombol. Sampai-sampai, karena mereka terus keasyikan, para perawat sibuk memberi peringatan. Pertanyaan yang dilontarkan cukup sederhana: apa landasan idiil negara RI, kepanjangan P-4, nama hadiah untuk pemenang lomba lingkungan, dan sejenisnya. Dan, bila sebuah regu mendapat giliran ditanya, regu yang lain antusias sekali memberi tahu jawabannya - yang terkadang ngawur saja. Nah, sekali waktu, juri bertanya kepada regu Padi Kapas, "Apa landasan idiil negara RI?" Juru bicara lantang menjawab, "Padi dan kapas!" Yang betul, tentu, Pancasila. Tapi, regu itu protes. Sebab, kata mereka, padi dan kapas jelas merupakan lambang dari salah satu sila dalam Pancasila. Protes diterima, dan regu itu mendapat nilai 25. (Kalau betul, nilainya 100). Protes kembali terdengar saat regu Garuda dinyatakan sebagai pemenang pertama. "Terang mereka menang, karena nyontek. Ini buktinya," tutur regu Banteng seraya menyerahkan secarik kertas. Juri memeriksa, dan yang dimaksud kertas sontekan tak lain selembar kertas berisi corat-coret dan gambar orang, yang agaknya dibuat secara iseng selama lomba berlangsung. Pranowo, yang meminta bantuan BP-7 Jawa Tengah untuk menyelenggarakan lomba tadi, merasa puas. "Orang saraf 'kan bisa sembuh? Apa salahnya mereka tahu tentang P-4?" ujarnya menanggapi suara bernada olok-olok terhadap acara yang diselenggarakannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus