Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Penghalau Dini Kanker Serviks

Mobil ambulans tua dimodifikasi sebagai bilik pemeriksaan kanker serviks. Mengatasi rasa risi perempuan.

7 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Dokter Kristi di Puskesmas Senen, Jakarta, Selasa, 18 Desember 2018. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kristy Wathini sempat tak habis pikir mengapa perempuan usia subur di wilayah Senen, Jakarta Pusat, bertahun-tahun tak mau menjalani pemeriksaan kanker serviks. Padahal Puskesmas Senen yang ia pimpin itu menawarkan tes deteksi dini kanker gratis dengan metode inspeksi visual asam asetat atau IVA.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada kurun waktu 2011-2015, Puskesmas Senen tak bisa mencapai target tahunan tes IVA yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Pada 2015, misalnya, target tes IVA adalah 1.496 orang, atau 10 persen dari perempuan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Senen. Faktanya, perempuan yang mau tes IVA hanya 812 orang atau 5,4 persen. "Kami sudah cuap-cuap (penyuluhan), tapi enggak ada kesadaran untuk tes IVA," ujar Kristy di kantornya, Kamis, 13 September 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemeriksaan IVA merupakan salah satu metode untuk mendeteksi dini kanker serviks dengan mengoleskan asam asetat pada leher atau mulut rahim. Menurut Kristy, banyak perempuan di Senen yang tak menjalani tes IVA karena malas ke puskesmas. Padahal, melalui tes itu, mereka bisa segera mengetahui adanya potensi pemicu kematian perempuan terbanyak kedua setelah kanker payudara itu.

Karena target perempuan yang menjalani tes IVA tak kunjung tercapai, pada awal 2016 Kristy membentuk tim yang ia namai Gugus Kendali Mutu Kembang Sepatu. Tim itu beranggotakan tujuh pegawai dari pelbagai bidang di Puskesmas Senen. "Kami harus mencari terobosan agar jumlah perempuan yang tes IVA meningkat dan mencapai target," ujar perempuan 55 tahun itu.

Tim Kembang Sepatu siap bekerja menjemput bola. Pada September 2016, tim itu meluncurkan aplikasi bernama Mapping Online by Senen atau Maple-S. Dibantu relawan, tim Puskesmas Senen mendata perempuan usia subur yang belum melakukan tes IVA. "Melalui aplikasi itu, kami jadi tahu, komunitas mana saja yang belum tersentuh tes IVA," ujar dokter gigi tersebut.

Setelah data terkumpul, Puskesmas Senen membuka posko tes IVA di setiap kelurahan. Namun, ketika membuka posko, pegawai puskesmas kerap kerepotan membawa perlengkapan, seperti alat kesehatan dan dipan pemeriksaan.

Belajar dari kerepotan itu, Tim Kembang Sepatu mengusulkan agar mobil ambulans tua milik Puskesmas Senen dimodifikasi. Mobil ambulans keluaran 1997 itu tak hanya dicat ulang. Interior mobil diubah dan dilengkapi aneka peralatan, seperti tirai, kursi multifungsi, lampu, kipas, hingga layar proyektor untuk penyuluhan.

Mobil ambulans yang didandani itu kemudian diberi nama Hibiscus (Healthcare Innovation of Mobile Service for Community of Senen). Hibbie, demikian ambulans itu biasa disebut, mulai beroperasi pada Maret 2017. Dengan Hibbie, pegawai Puskesmas Senen lebih lincah melayani pemeriksaan IVA di pos-pos kelurahan. Inovasi itu kemudian dinamai "Cek dan Sadari".

Setelah ada program Cek dan Sadari, jumlah perempuan usia subur yang menjalani tes IVA naik berlipat-lipat. Pada 2017, misalnya, perempuan yang tes IVA mencapai 2.088 orang atau 14 persen dari perempuan usia subur di Senen. Dari dua ribuan perempuan yang melakukan tes IVA itu, menurut Kristy, sebanyak 68 orang dinyatakan positif. Pada organ reproduksi mereka terdapat lesi putih yang merupakan bibit kanker serviks. Mereka kemudian menjalani pengobatan dini di Puskesmas Senen.

Widyaningsih, salah seorang anggota Tim Kembang Sepatu, menuturkan, sejak Hibbie wara-wiri, perempuan usia subur tak risi lagi menjalani tes IVA. Permintaan masyarakat agar puskesmas membuka tes IVA di kelurahan pun meningkat. "Dalam sehari, kami bisa melakukan tes IVA di dua kelurahan."

Program Cek dan Sadari akhirnya menyabet penghargaan "Top 40 Pelayanan Publik 2018" dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Melihat efektivitas dan efisiensi inovasi Cek dan Sadari, pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Khafifah Any, mengatakan akan mendorong semua puskesmas di Ibu Kota membuat program serupa. "Semakin banyak perempuan usia subur yang melakukan tes IVA, itu semakin baik," ujar dia.


Kristy Wathini

Lahir:
Bandung, 22 November 1963

Pendidikan:
- S-1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Pengalaman Kerja:
- Kepala Puskesmas Kalideres, 2012-2014
- Kepala Puskesmas Senen, 2015
- Kepala Seksi Standardisasi Mutu Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2016
- Kepala Puskesmas Senen, 2017-sekarang

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus