Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Penjualan apartemen surut karena pasar hunian sewa sedang lesu.
Jumlah apartemen yang sudah telanjur banyak menyebabkan terjadinya kelebihan pasokan.
Segmen rumah menengah menjadi primadona pasar properti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Para pengembang hunian berfokus menggenjot penjualan rumah tapak karena permintaannya yang masih bertumbuh pada masa pandemi Covid-19. Chief Executive Officer Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, mengatakan pasar rumah tapak kian bergeliat di saat pembelian hunian untuk investasi sedang surut. Apartemen merupakan salah satu jenis properti untuk keperluan investasi.
"Penjualan (apartemen) surut karena pasar hunian sewa sedang turun drastis. Investor tak tertarik (membeli)," ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Di sisi lain, Ali mengimbuhkan, jumlah apartemen yang sudah telanjur banyak menyebabkan terjadinya kelebihan pasokan. Pada Februari tahun lalu, lembaga riset properti Savills Indonesia memprediksi stok apartemen di Jakarta akan bertambah sebanyak 49.200 unit dalam kurun waktu 2020-2023, dengan rata-rata pertambahan 12 ribu unit baru per tahun. Menurut Ali, penurunan daya beli membuat calon konsumen mencari hunian kelas menengah dengan harga di bawah Rp 2 miliar.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Ciputra Development Tbk, Tulus Santoso, menuturkan perusahaannya sedang berfokus menjual segmen rumah tapak dengan kisaran harga Rp 1-1,5 miliar. Emiten Bursa Efek Indonesia berkode CTRA tersebut menargetkan konsumen pertama yang belakangan ini mendominasi pasar properti. "Sekarang permintaan memang pada end user, yang membeli untuk ditinggali. Lagi pula, penjualan apartemen sedang lesu," kata dia.
Sepanjang 2020, Ciputra Development meraih angka pra-penjualan (marketing sales) sebesar Rp 5 triliun dari target Rp 4,5 triliun. Target itu telah dikoreksi dari awalnya Rp 6,7 triliun gara-gara pandemi. Tulus memastikan perseroan akan melanjutkan proyek yang lama sambil memantau perkembangan pasar. Salah satu proyek Ciputra yang tertunda pada 2020 adalah pengembangan apartemen di Cilacap, yang penjualannya ditargetkan menembus Rp 400 miliar. Ada pula proyek hunian yang akan diluncurkan di Citraland Cibubur dalam waktu dekat.
Foto udara gedung apartemen dan perumahan di atas mal di Jakarta, 10 Januari 2021. ANTARA/Aditya Pradana Putra.
Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk, Theresia Rustandi, memproyeksikan tingkat permintaan produk rumah tapak akan stabil di sepanjang tahun ini. Meskipun tren pembelian bergerak ke arah hunian yang lebih mahal, dia menyebutkan, produk hunian yang masih menjadi favorit adalah hunian yang berharga kurang dari Rp 5 miliar. "Kami tetap berfokus menjual unit-unit siap huni," katanya.
Beberapa proyek rumah tapak yang sedang digarap emiten berkode DILD itu adalah Talaga Bestari dan Magnolia Residence di Tangerang, dengan harga minimum sekitar Rp 500 juta. Ada juga Serenia Hills, South Grove, dan Pinang Residence di Jakarta, serta Graha Natura di Surabaya. "Kami juga mempunyai beberapa stok unit inventori yang bisa langsung serah-terima, baik hunian maupun perkantoran."
Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Kurniawan Agung, mengungkapkan segmen rumah menengah dengan luas 22-70 meter persegi bakal menjadi primadona pasar properti tahun ini, bahkan di kalangan pembeli kelas atas. Ia berujar, pertumbuhan kredit pemilikan rumah untuk segmen ini menembus angka 5 persen pada kuartal II 2020. "Lalu pada kuartal keempat naik lagi menjadi 7,1 persen. Cukup menjanjikan," ujarnya.
Tingginya permintaan hunian oleh konsumen pertama dibenarkan Country Manager Rumah123.com, Maria Herawati Manik. Berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan tersebut pada tahun lalu, jumlah calon pembeli rumah pertama mencapai 61,9 persen dari total responden. Disusul calon pembeli rumah kedua untuk peningkatan kualitas sebanyak 15,2 persen. Sedangkan jumlah konsumen yang membeli rumah untuk keperluan investasi hanya sebesar 13 persen.
LARISSA HUDA | YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo