TUGAS anggota dewan perwakilan rakyat, ya, menyambung lidah rakyat. Cuma di Surabaya akibatnya malah menyundut unjuk rasa sejumlah pedagang mi pangsit, pertengahan Januari lampau. Kisahnya, begini. Adalah Mentik Budiwijono, 40 tahun, anggota DPRD Kota Madya Surabaya, suatu hari melontar sepotong ucapan yang menyebut mi ayam di sana ada yang menggunakan daging tikus. Tudingan Ketua Komisi C dan Ketua Fraksi PDI itu muncul di koran Memorandum di bawah judul: "Awas! Pangsit Mi Gunakan Daging Tikus". Berita dua kolom di halaman pertama koran ini membuat penggemar mi jadi mekar pipinya. Sementara itu, mata para pedagangnya menjadi melotot. "Dagangan saya jadi melorot," gerutu Lasmaji, 28 tahun. Menurut penjual mi pangsit di Jalan Sumatera itu, biasanya ia menjual 40 mangkuk sehari, kini cuma laku 14 mangkuk. "Kami minta pernyataan tentang daging tikus itu dicabut," kata Chusairi kepada Mentik di DPRD Surabaya. Koordinator penjual mi pangsit ini datang bersama 10 sejawatnya. Menghadapi gugatan itu, Mentik Budiwijono lalu buka cerita. "Pernyataan soal daging tikus itu hanya sebagai ilustrasi, waktu saya menjelaskan soal perlindungan konsumen di Surabaya," katanya. Menurut Mentik, konsumen di Kota Buaya itu banyak dirugikan oleh ulah pedagang yang tak bertanggung jawab. Sebagai contoh, disebutnya daging sapi ada yang beredar bukan dari rumah pemotongan hewan. Ini pernah dipergokinya. Di celah obrolan dengan wartawan di kantornya itu, Mentik keterusan mengutip kabar burung ihwal daging tikus untuk mi tadi. "Kalau ini benar, kan merugikan masyarakat," katanya, seraya mengakui belum pernah menemukannya di pasar. Isu mi pangsit berisi daging tikus ini didengarnya santer di daerah Rungkut. Mentik bermukim di sini dan keluarganya sangat doyan makanan tersebut. Tak jelas dari mana sumbernya, tapi terbetik pula kabar adanya penjual mi ditangkap polisi karena menggunakan daging tikus. Versi lainnya lagi, ada penduduk yang memergoki penjual mi pangsit menjinjing tikus dalam tas plastik. Cerita bergalau itu begitu rincinya, sampai menyebut ciri daging tikus yang tak berserat. Irisannya kecil-kecil. Harganya murah, yakni cuma Rp 350 semangkuk. Singkatnya, Mentik menangkap isyarat adanya kegelisahan rakyat. Jadi, sebagai anggota dewan terhormat di Surabaya, ia tampaknya merasa wajib menjadi penyambung lidah mereka. Ketika akibatnya malah kacau, Mentik menyesali wartawan. Menurut dia, pokok pembicaraannya waktu itu adalah tentang daging sapi gelap, eh, yang disambar wartawan cuma daging tikus. "Nggak ngomong susah, ngomong juga susah," keluhnya kepada Zed Abidien dari TEMPO. "Makanya, sebelum memberikan komentar, anggota DPRD kan harus mengecek ke lapangan," ujar para pedagang mi pangsit itu, dalam perjalanan pulang dan absen jualan sehari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini