Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Penyebab Pertalite Lebih Boros dari Pertamax, Berikut Cara Membuktikannya

Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu menjelaskan bahwa Pertamax merupakan jenis BBM yang lebih irit dibandingkan dengan Pertalite.

25 September 2022 | 16.00 WIB

Sepeda motor mengisi BBM Pertamax di SPBU Jalan Ahmad Yani, Bandung, setelah BBM Pertalite di beberapa SPBU habis, Kamis, 1 September 2022. Antrean kendaraan terutama sepeda motor terus terjadi kendati pemerintah belum menaikkan harga BBM subsidi. TEMPO/Prima Mulia
Perbesar
Sepeda motor mengisi BBM Pertamax di SPBU Jalan Ahmad Yani, Bandung, setelah BBM Pertalite di beberapa SPBU habis, Kamis, 1 September 2022. Antrean kendaraan terutama sepeda motor terus terjadi kendati pemerintah belum menaikkan harga BBM subsidi. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Isu tentang Pertalite yang dianggap lebih boros ketimbang Pertamax menjadi hangat diperbincangkan publik. Anggapan BBM bersubsidi lebih boros itu dibenarkan oleh pengamat otomotif dan akademikus dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Yannes menjelaskan bahwa Pertamax merupakan jenis BBM yang lebih irit dibandingkan dengan Pertalite. Menurutnya, hal ni tak terlepas dari kandungan oktan dalam jenis bahan bakar minyak (BBM).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Semakin tinggi kompresi mesin, maka menuntut bahan bakar dengan oktan yang lebih tinggi. Pada mesin ini, bahan bakar oktan tinggi akan meningkatkan performa dan penghematan BBM," kata dia, dikutip dari Bisnis, Minggu, 25 September 2022. 

Pertalite sendiri memiliki RON 90, yang memiliki standar internasional kimiawi serupa di seluruh dunia. Maka dari itu, Yannes menuturkan pengguna kendaraan harus mengonsumsi BBM yang sesuai dengan peringkat oktan yang disarankan pabrik.

"Di samping secara instan akan membuat kendaraan kita bahkan jauh lebih boros. Karena, BBM-nya belum sampai ke bagian atas pistonnya, sebelum terpercik api dari busi, sudah terbakar sebelum waktunya. Akibat lainnya, mesin akan cepat mengalami overheating," katanya.

Sementara itu pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri, juga menyebutkan bahwa ada beberapa cara untuk membuktikan apakah isu Pertalite lebih boros itu benar atau tidak.

“Massa jenis dan penguapan dibandingkan, dua itu saja sudah cukup,” kata dia. “Kalau sekedar membandingkan artinya kita uji tidak harus berdasarkan metodologi standar, jadi membandingkan dengan kondisi apa yang ada saja.”

Dirinya juga menjelaskan bahwa Pertalite harga lama dan harga baru harus dimasukkan ke dalam wadah. Sebelum diisi dengan volume yang sama, masing-masing gelas perlu ditimbang beratnya dalam keadaan kosong.

Setelah diisi bensin, gelas itu ditimbang lagi. “Nanti dari hasil penimbangan gelas dan isi dikurangi berat gelasnya, dibagi volume atau isinya, itu kan dapat density atau massa jenis,” kata dia.

Lalu hasil perhitungan massa jenis Pertalite harga lama dan yang baru dibandingkan. “Kalau lebih berat yang (harga) lama ya benar, kemungkinan memang yang (Pertalite) sekarang ini kandungan energinya per liter mengecil sehingga boros,” ujar Tri.

“Kalau ada matahari, mau dijemur juga boleh, akan lebih cepat penguapannya,” tutup dia.

TEMPO.CO | BISNIS.COM

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus