Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KUWAIT masih berdenyut. Di negara seluas sekitar separuh Jawa Barat itu, yang kabarnya diduduki lebih dari 150.000 tentara Irak, ternyata di sana-sini. perlawanan jalan terus. Awal pekan ini surat kabal Asian Wall Street Journal mengutip pernyataan Saad Abdullah Al Sabah, putra mahkota Kuwait, yang kini di pengasingan -- di sebuah hotel yang dijaga ketat, terletak di antara bukit di luar kota Jeddah dan Laut Merab, di dekat Istana Musim Panas Raja Fahd. Sejumlah tentara Kuwait, yang lolos ketika tentara Irak bergerak menjarah negara kaya ini pada dini hari 2 Agustus lalu, kini mulai menyusup masuk kembali. Di antara mereka, tutur Abdullah Al ~bah, adalah para perwira yang melancarkan perang gerilya. Maka, tentara Irak boleh bertinglcah semaunya di siang hari. Tapi, di malam hari, sehagian Kuwait tetap milik para gerilya. Di malam itulah. penembak jitu bersembunyi di sudut-sudut jalan, membuat tentara Irak han~ya berani berk~eliaran sekitar gedung yang mereka jadikan markas. "Kami bersedia mengorbankan apa saja, untuk pembebasan tanah air kami," ujar Abdullah Al Sabah, putra mahkota itu. Tampaknya, perlawanan gerilya ini memang dikoordinasi~an. "Pem~erint~ahan ~Kuwait~~ tetap hidup dan ber~jalan dengan baik. Kami tetap mene~rima laporan dari saudara-saudara kami di tanah air dan dari kedutaan-kedutaan besar kami di seluruh dunia" kata Saad Abdullah pula. Dan utusan-ut~usan Kuwait memang disebar ke segala penjuru, untuk menyatakan bahwa pemerintah Kuwait masih jalan terus. Ahad kemarin, umpamanya, ~asheed Al Ameeri, menteri perminyakan Kuwait, berkunjung ke Jakarta da~n bertemu dengan Presiden Soeharto (lihat Laporan Utama). Sebenarnya, tak cuma di malam gelap. Di siang hari, sesekali muncul demonstrasi yang dilakukan dengan berani oleh para wanita dan anak-anak. Mereka memang lalu ditangkapi dan ditahan di istana-istana milik keluarga Al Sabah. Suasana di jalan-jalan Kuwait porak-poranda. Mobil-mobil berada di mana-mana, sebagian masih utuh, sebagian remuk, atau hangus terbakar. Di antara tentara Irak sendiri, rupanya, tak ada kata sepakat. Ada saja yang tak menyukai pen~jarahan. Serdadu-serdadu yang pulang ke Irak membawa mobil, sesampai di perbatasan~ mobil disita oleh para perwira Irak. Sementara itu, toko-toko kosong. Bukan hanya pemiliknya yang tak lagi tampak, juga dagangannya. Kadang-kadang ada juga serangan di siang hari. Dikabarkan, sebuah kendaraan yang penuh muatan meluncur menuju Irak tiba-tiba meledak ditembak oleh penembak yang bersembunyi. Sebagian besar warga Kuwait, yang seluruhnya kurang dari dua juta, itu meman~g menolak bekerja kembali.~ Di beberapa sumur minyak, terlihat beberapa pekerja. Minyak yang dipompa hanya sekitar 200.000 barel per hari, pas-pasan untuk membangkitkan tenaga listrik dan fasilitas air minum. Sementara itu, hampir semua sumur minyak dipasangi bom oleh tentara Irak. Bagaikan lampu-lampu di "pohon natal" begitulah bom itu dipasang di sumur-sumur minyak. Bila mereka diserang, sumur minyak pun akan meledak. Produksi minyak dunia akan tetap terganggu, apakah Kuwait tetap dikuasai Irak, atau sudah direbut kembali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo