Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TENTU saja, ini bukan pernikahan biasa. Di tengah ketegangan yang siap meledak jadi perang terbuka, dua sandera Inggris melangsungkan upacara perkawinan. Semula, Deborah Janes dan Robert menginginkan pernikahan mereka dilaksanakan secara sangat sederhana, sesuai dengan suasana. Tapi orang-orang Saddam Hussein, yang menyebut mereka sebagai "tamu", membelikan mereka kue, memberinya pakaian pengantin, dan mendatangkan pendeta. Bahkan, untuk peristiwa di Sabtu pekan lalu itu -- yang tak disebutkan tempat berlangsungnya -- didatangkan juru kamera televisi. Maka, tersiarlah upacara itu lewat Televisi Irak, yang bisa dipantau oleh beberapa negara. Orang bisa saja bilang, betapa para sandera -- atau "tamu" - itu diperlakukan dengan baik. Dari sisi lain, inilah propaganda merebut simpati dunia oleh Saddam Hussein dan para pendukungnya. Yang jelas, Amerika Serikat dan para sekutunya -- yang kini memblokade Irak dalam mengatur langkah diplomasi atau persiapan perang -- tak lagi begitu leluasa. Mereka, mau tak mau, mesti memperhitungkan para sandera. Hingga awal pekan ini, diduga masih ada sekitar 4.600 orang Inggris di Kuwait dan Irak, 3.100 orang Amerika, dan 560 orang Prancis yang jadi "tamu" Saddam Hussein. Tak termasuk ke dalam jumlah itu adalah para diplomat dan keluarga mereka yang, menurut berita terakhir, sebagian besar sudah mulai dikumpulkan di Baghdad, sementara masih ada beberapa yang bertahan di Kuwait meski gedung kedutaan mereka sudah tak berlistrik dan berair. "Tamu" mereka, kata ~Saddam, akan diperlakukan sebagaimana warga negara Irak. Bila orang Irak harus menghemat makanan dan minuman karena blokade ekonomi, para sandera Barat pun harus pula mengalami hal yang sama, termasuk anak-anak dan bayi. Sebelum tayangan pernikahan itu, Kamis pekan silam, Televisi Irak -- yang rekamannya diputar oleh stasiun TV Amerika CNN -- menyiarkan "ramah-tamah" sandera Inggris, termasuk anak-anak, dengan Saddam Hussein. "Kalian bukan sandera," kata Saddam. Tapi, ketika salah seorang dari mereka menanyakan kapan boleh pergi, Saddam tak menjawab. Ia berbicara soal lain, yakni bila "semua yang hadir di sini memainkan peranan untuk menghindarkan peperangan, mereka akan menjadi pahlawan perdamaian." Dari kaca mata dunia modern, tentu saja, tindakan Saddam melanggar etika dunia internasional. Konvensi Jenewa 1949 dengan jelas mengatur masalah perlindungan kaum sipil dalam suatu peperangan. Dalam Pasal 4 konvensi itu dikatakan, sebuah negara yang sedang berperang harus melindungi semua orang asing. Dan orang asing itu, menurut Pasal 28, tak boleh dijadikan sandera. Perlindungan terhadap mereka masih diperkuat oleh Pasal 30, bahwa Palang Merah Internasional harus diperbolehkan mengunjungi mereka. Sayangnya, yang disebut Palang Merah Internasional tak punya kekuatan apa pun untuk memaksa sebuah negara mematuhi Konvensi Jenewa. Perdana Menteri Margaret Thatcher boleh bicara keras bahwa Saddam Hussein harus membolehkan pihak Palang Merah Internasional menemui orang-orang yang kini disebut sebagai "tamu" oleh Irak. Mungkin Saddam memang tak merasa melanggar hukum internasional. Sebab, bagi dunia Arab, soal sandera-menyandera itu sudah membudaya. Pen~akuan itu bukan datang dari orang yangsiap membela Saddam. Sebaliknya, itu datang dari seorang Amerika bernama l~rank Reed, 57 tahun, kepala sekolah dasar swasta di Beirut, yang Mei lalu dibebaskan setelah selama 44 bulan disandera di Libanon. Menurut Reed, bagi orang Arab, sandera dipakai untuk memaksa "pengetua" musuh agar mau berunding. "Tak ada faktor tak terhormat dalam kasus seperti itu di dunia Arab," kata Reed. "Karena itu pula, saya tak setuju dengan sikap pemerintah Amerika yang selalu tak sudi berunding dengan para penahan sandera," kata Reed. AD~N
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo