Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Salah tulis telegram

4 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH bertahun-tahun Nyonya Lestari Bintoro menderita sakit pada tulang belakangnya. Pernah dirawat di RS Hasan Sadikin dan RS Boromeus, keduanya di Bandung. Tetap tak ada kemajuan. Akhir tahun lalu, ibu dua anak ini berobat kepada Pak Kiran, seorang ahli pengobatan tradisional di Desa Talun, Blitar, Jawa Timur. Hari Jumat, 13 Januari lalu, keluarga Bintoro di Bandung menerima telegram dari Blitar: Bapak Bintoro, segera datang ke Talun, penting. Telegram itu tak mencantumkan nama pengirimnya. Nyonya Aminah, mertua Bintoro, menangis. Ia memastikan, anaknya menimggal dunia. Sebab, pada akhir telegram ada tanda + (plus), yang diartikan ibu ini sebagai kode untuk berita kematian. Apalagi malam Jumat itu, Dedy, anak Nyonya Lestari yang baru 5 tahun, mendadak bangun tengah malam dan menanyakan ibunya. Seminggu sebelumnya, juga Nyonya Blntoro mengirim surat kepada ibunya: meminta maaf dan minta agar kedua anaknya dirawat penuh kasih sayang. Jerit tangis semakin memilukan menjelang siang, setelah para sanak famili berdatangan. Bintoro begitu cepat memberitakan musibah kematian istrinya melalui radio Volvo dan RRI Bandung. Telegram juga dilayangkan ke Cianjur, Bogor, Jakarta, dan Banjarmasin. Peti mayat dan kain kafan dipersiapkan. Utusan dikirim ke Sumedang, mempersiapkan penguburan. Sore harinya, Bintoro disertai dua pembantu berangkat ke Blitar membawa ambulans menjemput jenazah. Sabtu pagi, "rumah duka" dipenuhi pelayat - juga sumbangan uang dalam amplop. Tak ketinggalan karangan bunga dari Kotamadya Bandung, tempat Bintoro bekerja. Di Sumedang, liang kubur pun sudah digali. Tetapi hingga sore, jenazah belum juga tiba dari Blitar. Banyak yang mulai cemas, jangan-jangan mobil ambulans itu mengalami kecelakaan. Yang terjadi justru sebaliknya, tetapi juga tak kalah mengagetkan. Sabtu malam Bintoro menelepon dari Blitar: istrinya ternyata sehat-sehat. Malah keadaannya bertambah baik. Akan halnya telegram dari Blitar itu, ternyata, dari Nyonya Lestari sendiri, minta dijemput karena sudah merasa sembuh. Namun, pembantu Pak Kiran yang mengirim telegram agaknya kurang lengkap menuliskannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus