Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pernikahan Online 'Calon Pengantin'

Baru dua pekan berkenalan, Muhammad Nur Solihin dan Dian Yulia Novi memutuskan menikah jarak jauh. Cara baru merekrut pelaku bom bunuh diri.

19 Desember 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIAN Yulia Novi tersipu malu ketika menceritakan pertemuan pertamanya dengan Muhammad Nur Solihin, awal Oktober lalu. Dua hari sebelumnya, mereka baru saja menikah melalui dunia maya menggunakan aplikasi Telegram Messenger. Keduanya meyakini pernikahan itu sah kendati tidak diketahui orang tua masing-masing. "Waktu itu belum tahu mukanya seperti apa karena kami tidak pernah berkirim foto sebelumnya," kata Dian sembari terkekeh kepada Tempo, Rabu pekan lalu. "Pertanyaannya terlalu pribadi."

Sore itu, mereka berjanji bertemu di musala Terminal Bus Harjamukti, Cirebon. Perempuan 27 tahun itu berangkat dari rumahnya di Blok Jati Mulya, Bakung Lor, Jamblang, Cirebon, menuju terminal menggunakan angkutan minibus Isuzu Elf. Sedangkan Solihin berangkat dari rumahnya di Kampung Griyan, Pajang, Laweyan, Solo, dengan bus ekonomi dari Terminal Tirtonadi. "Kami masing-masing tidak memberi petunjuk memakai baju apa. Hanya janji bertemu di luar musala," ujar anak pertama dari empat bersaudara itu. "Saya suruh Aa cari sendiri." Dian belakangan kadang memanggil Solihin dengan sebutan "Aa".

Ketika menunggu di teras musala, Dian mengaku dihampiri seorang laki-laki. Ia belum tahu siapa laki-laki tersebut. Dian mengatakan, saat itu, hanya dia perempuan yang memakai cadar di sekitar musala tersebut. Setelah itu, laki-laki tersebut mengucapkan salam dan memperkenalkan diri sebagai Muhammad Nur Solihin, suaminya. "Lalu kami berdua berjalan ke penginapan," ujar Dian.

Menurut Solihin, saat pertemuan pertama, dia dan Dian menginap selama dua hari di Wisma Rajawali, Harjamukti, tidak jauh dari terminal. Ketika ditanya apakah keduanya berbulan madu saat itu, Solihin hanya bisa menganggukkan kepala dan kemudian tertawa. Sebulan kemudian, keduanya menginap di tempat yang sama selama dua hari. "Saya bertemu dengan Dian atas izin istri pertama, Arinda Putri Maharani," kata Solihin. "Istri pertama saya sejak awal mengetahui saya menikahi Dian."

Pertemuan ketiga mereka terjadi pada awal Desember lalu. Lokasinya juga di wisma yang sama. Namun, menurut Solihin, keduanya saat itu hanya menghabiskan waktu satu hari karena harus pergi ke Jakarta. Solihin kepada istri pertamanya pamit hendak mengantarkan Dian mencari pekerjaan. Keduanya kemudian pergi menggunakan bus ke Jakarta. Mereka turun di Terminal Pulogadung dan menginap semalam di hotel terdekat.

Setelah itu, Solihin dan Dian pergi ke Jakarta Pusat mencari kontrakan atau kamar kos dengan taksi. Karena seharian muter-muter tidak berhasil menemukan kontrakan, mereka mengikuti saran sopir taksi mencarinya di Bekasi. Mereka akhirnya menemukan kamar kos di Jalan Bintara Jaya VIII RT 04 RW 09, Bintara Jaya, Bekasi. Solihin langsung membayar sewa kontrakan itu selama sebulan sebesar Rp 750 ribu. Semalam menginap, Solihin kembali ke Solo. "Pertama ke sini memang bersama seseorang dan mengaku bersama suami," kata Nasri, pengelola kos tersebut. "Suaminya hitam, kekar, jenggotan."

Sepekan kemudian, Solihin kembali mengunjungi Dian di tempat kos tersebut. Belakangan, kunjungan ini berujung pada penangkapan keduanya oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror. Kunjungan Solihin kali ini diketahui untuk menyerahkan tas hitam berisi bom panci yang akan digunakan Dian buat meledakkan diri di depan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang tengah berjaga di kompleks Istana Presiden pada Ahad pekan lalu pukul 07.00. Keduanya kini mendekam di Rumah Tahanan Markas Komando Brigade Mobil, Depok. "Saya menikahi dia tujuannya memang untuk itu, amaliyah," ujar ayah beranak satu ini. "Sebelum itu, saya halalkan dulu. Kalau dia dinikahi orang lain, bisa bocor rencananya."

Solihin kemudian menceritakan kisah perkenalan pertamanya dengan Dian. Empat bulan lalu, ia berkomunikasi dengan Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo, pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Asia Tenggara, melalui Telegram untuk mencari "calon pengantin" atau orang yang bersedia meledakkan diri dengan bom dengan sasaran Paspampres. Tapi Bahrun Naim meminta orang yang bersedia melakukan amaliyah itu harus perempuan. "Saya dan Bahrun Naim juga baru beberapa kali berkomunikasi lewat Telegram," kata Solihin.

Solihin mulai tertarik menekuni jihad ini saat kuliah di Institut Agama Islam Negeri Surakarta pada 2010. Saat itu, ia mengambil jurusan ekonomi syariah. Selepas lulus dari madrasah tsanawiyah pada 2006, Solihin meninggalkan rumahnya di Blora, Jawa Tengah, untuk melanjutkan pendidikan di sebuah pondok pesantren di Kediri. "Saya baru benar-benar terinspirasi jihadis saat kuliah," ujar pria 26 tahun ini. Ketertarikannya inilah yang kemudian mengantarkannya dekat dengan Bahrun Naim melalui grup Telegram bernama Warkop, yang khusus membahas soal perjuangan-perjuangan jihad umat Islam.

Sejak itu, Solihin melakukan komunikasi pribadi melalui Telegram dengan Bahrun Naim. Ia mengaku begitu mengagumi dan menganggap Bahrun Naim sebagai sosok khalifah yang tengah berjuang dan hijrah di Suriah. Perintah Bahrun, menurut dia, adalah perintah khalifah. Solihin tak bisa melupakan wejangan Bahrun Naim kepadanya. "Kalau tidak bisa hijrah, lakukan amaliyah di tempat masing-masing," ujar Solihin menirukan ucapan Bahrun Naim.

Dari berbagai kenalannya di Telegram, ia terhubung dengan Tutin Sugiarti alias Ummu Absa, yang menawarkan seorang perempuan yang bersedia melakukan amaliyah. Tapi, kata dia, perempuan itu ingin menikah lebih dulu dan melakukan amaliyah bersama suaminya. (Kamis pekan lalu, Ummu Absa ditangkap Detasemen Khusus 88 di kontrakannya di Jalan Padasuka, Babakan Jawa, Indihiang, Tasikmalaya.) Ummu Absa kemudian menyerahkan akun Telegram milik Dian Yulia Novi. Setelah menerima akun itu, Solihin memulai pembicaraan. "Saya bilang ke dia bahwa ada perintah dari Bahrun Naim. Saya mau menikahi dia, tapi tidak bisa amaliyah bareng," kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjual obat herbal dan batik secara online ini.

Dua pekan melakukan komunikasi, keduanya akhirnya memutuskan menikah. Dian menyerahkan segala urusannya kepada Solihin. Tanpa setahu orang tua, Dian menuliskan surat kuasa perwalian. Ia kemudian mengambil gambar surat itu dan mengirimkannya ke Solihin melalui Telegram. Surat itu, kata dia, menjadi dasar bahwa dia setuju menunjuk wali untuk mewakilinya menikah secara dunia maya dengan Solihin.

Menurut Solihin, ia juga menulis surat perwalian. Dua surat itu, kata dia, dikirim ke akun Telegram yang menjadi wali mereka. Ketika itu, Dian berada di Cirebon. Solihin sendiri mengaku saat itu berada di Solo. Orang yang menikahkan adalah pemilik akun Telegram yang merupakan terpidana teroris di Lembaga Pemasyarakatan Madiun, Jawa Timur. "Wali saya nama akunnya 'Lir Ilir'," ujar Solihin. "Kalau Dian, nama akun walinya 'Bakul Kue'. Saya enggak tahu siapa nama asli pemilik akun itu." Dua akun inilah yang melakukan ijab kabul dengan akun Telegram terpidana Lembaga Pemasyarakatan Madiun itu. "Ini sah secara agama," kata Solihin.

Melakukan pernikahan seperti itu, Dian mengaku awalnya ragu. Tapi Solihin, yang dia anggap paham agama, meyakinkannya bahwa pernikahan seperti itu sah secara agama. Beberapa jam setelah itu, menurut Dian, Solihin memberi tahu dia bahwa pernikahan sudah dilakukan. "Kami dikabari sudah sah menjadi suami-istri," ujar Dian.

Bagi perempuan yang pernah menjadi tenaga kerja di Taiwan dan Singapura ini, Solihin adalah sosok suami ideal. "Bukan secara mukanya bagaimana. Mas Solihin itu lucu kalau diajak lucu," katanya. "Padahal sebenarnya dia serius."

Anton Aprianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus