Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Persaudaraan di Atas Roda

Menjadi anggota Bikers Brotherhood itu seperti kontrak mati. Setelah melalui seleksi ketat, mereka menjadi satu keluarga sampai ajal menjemput.

21 April 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEBIH dari selusin lelaki berusia 20-50-an tahun berkumpul di rumah Jalan Cigadung Raya Barat, Bandung, Kamis malam dua pekan lalu. Belasan anggota Bikers Brotherhood tersebut sedang menggelar pesta kecil ulang tahun penghuni rumah itu, Goy Gautama, 51 tahun. Di dua meja yang menyatu dengan bangkunya dari potongan pohon memanjang, Goy meriung bersama dua pengurus klub dan tiga orang SS atau Super Senior. Anggota yang lebih muda memilih duduk berkumpul di belakang mereka.

SS seperti "dewa" di klub sepeda motor itu. Dari formasi duduk terlihat bagaimana posisi para SS itu. Budi Dalton, salah seorang SS yang kini menjadi El Presidente atau ketua umum Bikers Brotherhood, menganggap senioritas ini sebagai hal biasa. "Kami kan satu keluarga. Dalam keluarga biasa pun kita harus menghormati kakak atau paman," katanya. Hierarki dalam Brotherhood memang berjenjang-jenjang. Dan itu dimulai sejak mereka masih menjadi calon anggota.

Berbeda dengan klub motor besar kebanyakan yang menerima siapa pun yang datang membawa motor, Bikers Brotherhood sangatlah selektif. Mereka yang berminat-biasa disebut simpatisan-harus direkomendasikan oleh tiga anggota klub. Para sponsor ini disebut godfathers, karena fungsinya memang seperti bapak baptis: membimbing dan bertanggung jawab pada perkembangan anak mereka.

Para simpatisan harus rajin berkumpul dan bermotoran bareng. Syarat kendaraan yang boleh dipakai adalah sepeda motor buatan Eropa atau Harley-Davidson bermesin minimal 300 cc dan antik (minimal berumur 30 tahun). Menurut Budi, persyaratan ini ditetapkan karena, hanya dengan memakai motor tua, mereka bisa meresapi arti persaudaraan dan menjiwai hidup di atas motor. Dengan pengalaman itu, mereka belajar tentang mesin sepeda motor. "Jika turun ke jalan langsung dengan motor baru, kita tidak akan pernah merasakan sengsaranya di jalan itu seperti apa," ujar Budi, yang ikut kelompok itu sejak kelas III sekolah menengah pertama dengan motor buatan Inggris merek Triumph tipe Tiger Cub. Motor bermesin 200 cc ini dibuat pada 1950-an.

Dengan segala masalah yang timbul dari motor tua itulah solidaritas mereka diasah. Jika dalam rombongan touring ada satu saja yang mogok, semua harus menepi dan ikut membantu. "Mereka yang benar-benar memiliki rasa persaudaraan tidak mungkin meninggalkan saudaranya. Mau semalam, dua malam, ditungguin aja di situ." Budi menganggap solidaritas itulah yang memfilter anggota Brotherhood hingga mereka bisa solid seperti sekarang.

Saat berkumpul bareng inilah para simpatisan akan diamati dan dinilai oleh anggota lain secara rahasia. "Bakal cocok tidak dia menjadi saudara kami," ucap Oetomo "Wawul" Hermawan, mantan El Presidente yang kini menangani Divisi Legal Bikers Brotherhood pusat. Pada tahap ini saja biasanya sudah banyak yang mundur. Alasan umumnya karena sulit membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, dan acara main klub. Kalau disetujui, calon anggota itu ditetapkan sebagai Prospect.

Prospect adalah anak tangga terbawah dalam sistem hierarki itu. Tangga selanjutnya adalah Virgin atau anggota baru, lalu Life Member atau anggota tetap. Life Member juga bertingkat. Ada anggota yang disebut Angel lewat penilaian selama 5 tahun, Heaven (5-10 tahun), dan Hell (lebih dari 10 tahun). Penilaian dalam sistem rekrutmen itu mengacu pada lima asas, yaitu loyalitas, respect (menghormati), pride (kebanggaan), honor (kehormatan), dan brotherhood (persaudaraan).

Di tahap Prospect dan Virgin, kata Wawul, sering banyak yang rontok. Selain soal tak bisa membagi waktu, banyak yang menjual sepeda motor antiknya. Biasanya motor dijual untuk biaya menikah. "Padahal, dalam aturan, motor tidak boleh dijual selama lima tahun jadi anggota," ujarnya.

Jika lulus, mereka akan mendapat rompi kulit berwarna hitam yang disebut colors. Colors adalah lambang kehormatan dan kebanggaan anggota Brotherhood. Mereka harus memakainya saat memakai motor besar dan pada acara-acara Brotherhood. Colors juga tidak boleh dipinjamkan atau ditaruh sembarangan.

Saat ada anggota yang meninggal, seperti beberapa hari lalu, pengurus dan anggota datang melayat dengan rompi kebanggaan itu. Mereka lalu berkonvoi puluhan motor mengantar jenazah ke pemakaman. Di salah satu sepeda motor, mereka mengibarkan bendera BBMC dekat liang lahad. Prosesi pemakaman seperti itu selalu dilakukan tiap kali ada anggota yang berpulang. Beberapa anggota yang wafat sempat berwasiat: mereka ingin dimakamkan bersama kaus atau rompi klubnya.

Lulus dan menjadi Life Member serta mendapat colors bukan berarti mereka bisa ongkang-ongkang kaki. Anggota Life Member harus mengikuti empat acara wajib, yakni Family Day pada Maret, ulang tahun Brotherhood pada Juni, September Mandatory Run atau Wing Day, serta Bikers Meeting pada Desember.

Tiap anggota, misalnya, juga harus tahu kondisi sesama anggota lain-paling tidak dalam wilayah rayon yang dulu terbagi sesuai dengan mata angin. Anggota yang tidak tahu rekannya sakit, rekan yang lain tidak makan, anaknya tidak sekolah karena tidak punya biaya, atau berani merebut istri anggota lain bakal kena hukum adat. "Soal duit untuk anak sekolah, kami enggak ada masalah. Dulu sebulan kami bisa mendapat Rp 150 juta," kata Lucky "Uci" Hendrawan, El Presidente pertama (1988-1992). Jika ada anggota yang menganggur, rekannya wajib menolong dengan menyalurkan pekerjaan.

Mereka juga tetap harus menaati aturan. Jika tidak, hukumannya keras, dari pencopotan salah satu emblem dalam colors sampai pencabutan rompi itu dari si pelanggar. Tegep yang merupakan SS dan mantan El Presidente saja pernah dicabut rompi BBMC-nya pada 2008. "Gara-garanya saya memukul seseorang dalam rapat," ujarnya.

Pertikaian itu terjadi karena Tegep, yang menangani bisnis BBMC, termasuk penjualan merchandise, seperti kaus, jaket, topi, cincin, dan dompet, menolak memberikan harga khusus kepada seorang anggota. Keputusan mencabut colors Tegep memang kemudian dicabut, tapi selama beberapa bulan ia tidak memiliki rompi. "Setengah jiwa saya hilang selama enam bulan. Tidak pakai rompi beda sekali rasanya," kata lelaki tinggi besar yang kini akrab disapa Pak Haji setelah naik haji pada 2005 itu.

Tegep tidak berlebihan. Rasa kehilangan itu muncul karena mereka memang telah menjadikan Bikers Brotherhood sebagai keluarga pertama mereka, bahkan kerap mengalahkan keluarga asli di rumah. Tegep, misalnya, dulu sempat suka ribut dengan istrinya di awal masa pernikahan karena terlalu sering berkumpul dengan teman-temannya di BBMC. Adapun rumah tangga Gani Abdurahim dan beberapa rekannya tak terselamatkan. "Saya termasuk di kalangan itu. Antara Brotherhood dan istri perbandingannya 60 : 40," ujar lelaki berambut panjang itu.

Qaris Tajudin, Anwar Siswadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus