Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI Rumah Polonia, markas tim pemenangan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, deklarasi dukungan adalah pertunjukan. Panggung utama disediakan buat berbagai kelompok untuk memberi sokongan. Sejumlah anggota tim sibuk mengatur jadwal untuk kelompok-kelompok itu.
Ada juga kelompok yang datang ke rumah di Jalan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, itu hanya menyodorkan pernyataan dukungan dan kemudian meminta surat tugas. "Surat tugas itu menjadi tanda mereka diakui sebagai relawan tim Prabowo-Hatta," kata direktur relawan tim kampanye pasangan tersebut, Didik Pramuka.
Berbekal surat itu, menurut Didik, relawan dapat menggalang dana di daerah masing-masing. Mereka diizinkan meminta sumbangan dari pengusaha. Setiap kelompok yang datang juga memperoleh piagam yang diteken Prabowo dan Hatta berisi ucapan terima kasih.
Karena pentingnya pertunjukan itu, menurut anggota tim kampanye yang menolak disebutkan namanya, imbalan disediakan bagi kelompok pemberi dukungan. Setiap kelompok akan menerima Rp 20 juta setelah memberi dukungan. Karena imbalan itu, kata dia, ada kelompok yang datang berkali-kali dengan nama berbeda.
Didik mengakui ada orang yang berkali-kali datang membawa pernyataan sikap menggunakan bendera organisasi berbeda. Ia mengatakan tak mempersoalkan hal itu. Tapi ia membantah memberikan uang terima kasih untuk mereka. "Dari mana uangnya?" ujarnya. Ia mengklaim, sampai Kamis pekan lalu, sudah terdaftar 848 kelompok yang memberi dukungan.
Pada Kamis pekan lalu, sejumlah kelompok hilir-mudik datang ke Rumah Polonia—sebagian besar menenteng proposal. Mereka diterima anggota tim relawan. Menurut Didik, tim mempelajari proposal mereka. "Tapi kami tidak memberi uang," ucap Didik.
Utusan organisasi itu, kata dia, hanya diberi atribut, seperti kaus, pin, stiker, dan spanduk. Tim Prabowo menyiapkan masing-masing satu juta lembar untuk setiap atribut tersebut. "Sekarang atributnya sudah habis," ujarnya.
Di tengah jalan, ternyata ada kelompok pemberi dukungan ke Prabowo yang menyeberang ke kubu pesaing, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Di antaranya Gardu Prabowo Cabang Jombang, Jawa Timur. Kelompok ini menyeberang ke kubu Jokowi sejak Juni lalu. Kepada Ishomuddin dari Tempo, Ketua Dewan Koordinator Gardu Prabowo Cabang Jombang Joko Fattah Rachim mengakui lembaganya merapat ke Jokowi karena "kesal dengan politik transaksional oleh partai koalisi penyokong Prabowo-Hatta".
Organisasi lain yang berubah haluan adalah Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) pimpinan politikus Partai Golkar, Yorrys Raweyai. Meski partainya menjadi penyokong Prabowo-Hatta, Yorrys memandu organisasi buruh ini mendukung Jokowi-Kalla. Ahad malam dua pekan lalu, KSPSI mendeklarasikan dukungan untuk Jokowi di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat. "Ini bukan sikap pribadi, melainkan sikap lembaga KSPSI," kata Yorrys, Rabu pekan lalu. Ia berkilah dukungan KSPSI itu tidak berkaitan dengan posisinya sebagai pengurus partai.
Menurut Yorrys, keputusan KSPSI ini diambil melalui diskusi panjang di lingkup internal serikat pekerja. Dalam rapat pleno KSPSI di Hotel Sahid, Jakarta, Mei lalu, pengurus menelurkan dua keputusan penting, yaitu serikat pekerja tak boleh golput dan serikat pekerja harus secepatnya menentukan sikap memilih Prabowo-Hatta atau Jokowi-Kalla. Buruh pun terbelah.
Ketika organisasi buruh besutan Yorrys ini belum menentukan sikap politik, organisasi buruh pimpinan Said Iqbal, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), memilih mendukung Prabowo-Hatta pada Senin pekan lalu. "Alasannya, Prabowo bersedia menyetujui sepuluh tuntutan buruh," ujar Iqbal, Jumat pekan lalu.
Iqbal mendekat ke Prabowo melalui Arief Puyono, Ketua Federasi Serikat Pekerja Badan Usaha Milik Negara Bersatu, yang juga pengurus Gerindra. Lewat Arief, Iqbal berkomunikasi dengan Prabowo serta ketua umum dan wakil ketua umum Gerindra, Suhardi dan Fadli Zon.
Deklarasi KSPI itu mendorong KSPSI segera menentukan pilihan. Mendapat desakan dari beberapa pengurus, Yorrys pun berkoordinasi dengan Aksa Mahmud, anggota Tim Jenggala—sebutan untuk tim relawan Jusuf Kalla yang bermarkas di Jalan Jenggala, Jakarta Selatan. Yorrys menemui Aksa di Hotel Four Seasons, Jakarta, akhir Juni lalu. Dari Jenggala, ia menyambangi Sofjan Wanandi, anggota tim sukses Jusuf Kalla, di kantornya, lantai 10 Gedung Asosiasi Pengusaha Indonesia, Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan. "Kami hanya berbicara soal posisi masing-masing," kata Sofjan, Kamis pekan lalu.
Menurut Sofjan, pertemuan itu penting karena Yorrys adalah pengurus partai penyokong Prabowo-Hatta. Ia menyebutkan bukan cuma Yorrys yang berkomunikasi dengannya soal sikap serikat buruh yang pro-Jokowi. Ada pula Ketua Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia Muchtar Pakpahan dan Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Andi Gani Nuwawea. Nama organisasi Andi sama dengan organisasi Yorrys.
Selain dengan Aksa dan Sofjan, Yorrys menghubungi Ketua Tim Jenggala Iskandar Mandji dan anggota Tim Bravo—tim pemenangan Jokowi-Kalla—Luhut Binsar Panjaitan. "Saya membicarakan agar Jokowi dan Jusuf Kalla bisa hadir saat deklarasi buruh," ucap Yorrys.
Koordinasi itu menghasilkan kesepakatan serikat buruh akan mendeklarasikan sikapnya setelah debat calon wakil presiden pada Ahad malam dua pekan lalu. Tapi deklarasi ini tak berjalan mulus. Ketika ribuan buruh berkumpul di Tugu Proklamasi, Jusuf Kalla mendadak masuk Rumah Sakit Abdi Waluyo karena muntah-muntah seusai debat. Akhirnya, Sofjan Wanandi mewakili Jusuf Kalla pada deklarasi buruh.
"Deklarasi ini membuktikan buruh mendukung Jokowi-Jusuf Kalla," ujar Yorrys. Setelah deklarasi, kata dia, buruh bergerak cepat untuk memenangkan Jokowi.
Rusman Paraqbueq
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo