Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SANG pengusaha bekerja pada malam gerimis dan berkabut. Rabu menjelang tengah malam pekan lalu itu, ia—bos Grup Artha Graha, Tomy Winata—menyalami tetamu, mengobrol sejenak, dan sesekali menemani mereka. Hotel Palace milik grup usahanya di sebelah Istana Cipanas, Jawa Barat, penuh, diinapi panitia serta undangan pernikahan Edhie Baskoro Yudhoyono dan Siti Ruby Aliya Rajasa.
Tomy terlihat duduk menemani politikus Partai Amanat Nasional, Amien Rais dan Dradjad H. Wibowo, di lobby lounge lantai dua hotel. Amien tamu penting pada hajatan yang digelar pagi esok harinya di Istana Cipanas. Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ini diminta mewakili keluarga mempelai perempuan menjadi saksi nikah. Adapun keluarga pengantin pria mengajukan saksi Wakil Presiden Boediono.
Tak berapa lama, Tomy beranjak, mengecek menu buffet, lalu turun ke lantai dasar. Sambil menenteng sebotol air mineral, berkemeja biru kotak-kotak, bercelana kasual biru langit, dan bersepatu jogging, sang taipan menyambut kedatangan politikus Partai Demokrat, Evert Erenst Mangindaan. Sesekali ia mengangkat telepon selulernya.
Sebanyak 185 kamar dan tiga vila bertarif Rp 720 ribu sampai Rp 8 juta semalam di Hotel Palace habis dipesan beberapa hari sebelum pesta pernikahan. Mereka tamu khusus keluarga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa. Selebihnya buat panitia dan kerabat kedua mempelai. "Kami tidak menerima tamu umum. Kami ikut menyukseskan pernikahan itu," kata Charlie, general manager hotel yang berdiri pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut itu.
Sampai beberapa jam berikutnya, sejumlah menteri dan petinggi negeri lainnya masih terus berdatangan. Lahan parkir hotel tak lagi tersisa, sehingga kendaraan mereka yang tiba belakangan harus dititipkan di halaman gereja, samping hotel, atau tanah lapang di seberangnya. Kesibukan meningkat pada Kamis pagi, ketika tamu berdatangan. Mobil-mobil bermerek papan atas berarak dari arah Puncak: ada Rolls-Royce, Porsche, serta "mobil biasa" semacam Toyota Alphard dan Land Rover.
Menurut orang dekat sahibulhajat yang menjadi anggota panitia, acara di Cipanas sebenarnya dirancang hanya untuk undangan dengan golongan VIP atau VVIP. Mereka adalah anggota Kabinet Indonesia Bersatu, pejabat lembaga negara dan pemerintahan, pemimpin militer dan partai politik, serta duta besar dan perwakilan negara sahabat. Semua ketua dewan pimpinan daerah Partai Demokrat tingkat provinsi juga diundang.
Total undangan 400 lembar, berlaku untuk berpasangan dan tak bisa diwakilkan. Setiap undangan diberi barcode yang akan dipindai pada saat kedatangan, dengan kabel penghubung ke komputer yang akan menampilkan wajah berikut data mereka yang diundang. Jika tak cocok, siapa pun yang datang akan ditolak masuk oleh petugas pengamanan presiden.
Di luar para pejabat, beberapa pengusaha besar masuk kategori "orang penting" dan "sangat penting" yang turut diundang. "Mereka yang selama ini dekat dengan kedua keluarga dan banyak berpartisipasi," kata seorang anggota panitia tanpa memerinci bentuk "partisipasi" yang dia maksud.
Selain Tomy Winata, beberapa tokoh bisnis papan atas terlihat melenggang masuk pada Kamis pagi itu. Ada Erick Thohir dan kakaknya, Boy Garibaldi Thohir. Lalu Henry Pribadi dan Fofo Sariaatmadja. Bos Para Group dan Trans Corporation yang menjabat Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung, terlihat pula dalam daftar tamu.
Mereka menjadi saksi pernikahan terheboh tahun ini….
DUA bulan setelah Ibas resmi melamar Aliya pada pengujung April lalu, kedua keluarga besar membentuk panitia yang dipimpin mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Letnan Jenderal Purnawirawan Erwin Sudjono. Sejumlah pejabat negara masuk jajaran penasihat, seperti Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri-Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik, serta Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Semua dicantumkan bersama istri masing-masing.
Adik ipar Yudhoyono yang menjabat Direktur Utama Bank BNI, Gatot Suwondo, didapuk sebagai wakil ketua, bersama Sekretaris Menteri Koordinator Perekonomian Eddy Abdurrahman. Sedangkan posisi bendahara dipegang istri Erwin Sudjono, Titiek—kakak Ani Yudhoyono—bersama wakil dari keluarga mempelai perempuan, Sofie Noviandy. Dalam buku panduan resmi pernikahan ini disebutkan, selain menerima dana dari pemangku hajat, bendahara ditugasi menghimpun biaya yang diperlukan untuk setiap acara. "Soal dana ini, posisi Pak Gatot sangat penting," salah satu anggota panitia bercerita.
Dalam pertemuan awal, sumber ini melanjutkan, Yudhoyono mengingatkan agar seluruh rangkaian ritual perkawinan disesuaikan benar dengan tata cara adat asli Jawa Mataraman dan adat Palembang. Anggota keluarga yang lain, terutama Ani Yudhoyono, minta nuansa agung upacara pernikahan harus bisa ditunjukkan. "Itulah kenapa kain tenda dan perangkat dekor di Istana Cipanas hampir semuanya baru," katanya. Semua keinginan itu membuat biaya membengkak.
Sepanjang pekan lalu, biaya perhelatan keluarga Presiden dan Menteri Koordinator Perekonomian ini menjadi bahan spekulasi. Koordinator Benteng Demokrasi Rakyat, Mustar Bonaventura, misalnya, memperkirakan ongkos seluruh ritual Rp 12 miliar. Ada pula yang menyebutkan angka Rp 40 miliar, dengan menaksir semua pos pengeluaran pesta dan pernak-pernik acara, seperti suvenir dan ongkos rias pengantin. "Yang betul sekitar Rp 20 miliar," ujar seorang anggota panitia.
Ia lalu memerinci biaya hajatan yang begitu mahal, dari acara pengajian, siraman dan midodareni di kediaman mempelai pria dan wanita, akad nikah di Istana Cipanas, hingga resepsi di Jakarta Convention Center, Sabtu pekan lalu. Untuk resepsi, panitia mengundang 1.800 pasangan. Dengan demikian, panitia memperkirakan acara akan dihadiri 4.000-5.000 orang, termasuk anggota keluarga, panitia, dan pengisi acara.
"Yang paling mahal acara di Cipanas, karena untuk dekor dan tenda saja bisa sampai Rp 4-5 miliar," kata sumber itu sambil menyebut Stupa Caspea sebagai perusahaan yang dipercaya menangani urusan ini. Selain kain yang serba baru, hampir seluruh ornamen dekor gemerlap dengan taburan kristal, yang dipesan khusus dan hanya untuk sekali pakai. Biaya tata lampu Mata Elang juga tak sedikit. Seorang karyawan Stupa yang dihubungi Jumat sore pekan lalu mengatakan perusahaannya tak bisa mengungkapkan biaya jasa untuk klien mereka. "Itu rahasia," ujarnya.
Rangkaian bunga segar, yang jika dikumpulkan bisa bertruk-truk jumlahnya, adalah salah satu pos yang juga memakan biaya cukup besar. "Sebagian kami pesan dari para pedagang bunga di sekitar Istana. Hitung-hitung bagi-bagi rezeki," katanya tanpa menyebutkan angka pasti.
Untuk urusan sajian pesta di Cipanas, panitia mempercayakannya pada perusahaan Akasya Catering dari Jalan Bangka, Mampang, Jakarta Selatan. Menurut pemiliknya, Eni Latief, perusahaannya menyediakan hidangan untuk 2.000 tamu. Ada menu lokal seperti rawon, soto ambengan, dan lontong kikil kesukaan Yudhoyono. Ada pula menu internasional berbahan ikan gindara dan salmon serta iga domba. "Hitungannya Rp 300 ribu per orang," kata Eni. "Kami juga menyediakan katering untuk acara siraman dan pengajian di kediaman kedua mempelai."
Seperti halnya terhadap pedagang bunga yang kecipratan rezeki, panitia perkawinan merangkul pedagang makanan di sekitar Istana Cipanas. Salah satu yang diajak menyajikan dagangannya adalah Juli Istanto, yang sehari-hari berjualan bakmi rebus ala Gunung Kidul di Jalan Raya Cipanas, sekitar satu kilometer ke arah timur dari Istana Cipanas. "Mi kuah Gunung Kidul ini kesukaan Bapak Presiden SBY beserta keluarganya, bahkan selalu dihidangkan pada acara kenegaraan, dari era Presiden Gus Dur hingga SBY," ujar Juli.
Tata suara juga dirancang khusus, yang ditangani Harry Aprianto Kissowo. Sejak masa Presiden Megawati Soekarnoputri, Harry sudah menjadi langganan penyedia speaker berkualitas buat acara-acara di Istana Negara. Pada September 2011, dia mengajukan ide membuat speaker khusus untuk acara pernikahan Ibas dan Aliya. Speaker-nya diberi nama "V8-Aliya", yang menurut dia tidak diproduksi massal, sekitar 200 buah. Sedangkan subwoofer-nya bermerek "iBass", yang dibuat hanya 25 unit.
Ini bukan speaker sembarangan. Meskipun tak semahal merek luar negeri yang masuk kategori high end seperti Meyer, kayu untuk boksnya khusus didatangkan dari Siberia. Kayu-kayu ini harus ditebang dalam suhu minus 40 derajat Celsius untuk mempertahankan kualitasnya. "Karena itu, harga per speaker bisa belasan juta," kata sumber yang tahu benar hasil karya Harry. Untuk acara di Cipanas, Harry mengerahkan sekitar 100 unit "V8-Aliya" dan 25 "iBass".
Dengan sound system canggih ini, suara Ibas saat mengucapkan ijab-kabul terdengar begitu dekat di telinga hadirin. Nyanyian merdu Vina Panduwinata, Andien, Ebiet G. Ade, dan Rio Febrian serta orkestra pimpinan Dian H.P. pun bisa mengalun jernih. Begitu pula saat Vidi Aldiano, yang tak lain adalah putra Harry, menyanyikan Nuansa Bening dan lagu ciptaan Yudhoyono berjudul Jiwaku Terang di Malam Itu.
Yang juga tak murah adalah dana pengamanan acara, yang dikomando oleh Komandan Pasukan Pengamanan Presiden Mayor Jenderal Agus Sutomo. Untuk memastikan acara tak diganggu, panitia melibatkan Panglima Kodam Jaya dan Panglima Kodam III Siliwangi sebagai seksi pengamanan. Untuk urusan pengamanan rute Jakarta-Cipanas dan sebaliknya, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya dan Kepala Polda Jawa Barat yang diberi tanggung jawab. "Para petugas kami kasih uang makan dan nasi kotak," kata anggota panitia itu tentang biaya yang ditanggung.
Spekulasi soal besarnya biaya itu lekas diredam juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, yang juga menjadi anggota panitia. Gatot Suwondo, yang disebut banyak berperan dalam penggalangan "partisipasi" para pengusaha, tegas membantah. "Saya tidak pernah menerima bantuan dalam bentuk apa pun dari pihak mana pun untuk biaya perkawinan keponakan saya," kata Gatot, yang disampaikan melalui salah satu anggota stafnya di Bank BNI.
Dalam pernyataan resminya, Dipo Alam dan Sudi Silalahi juga memberi klarifikasi. Menurut dua menteri ini, seluruh biaya pernikahan Ibas dan Aliya berasal dari kedua keluarga yang punya hajat. "Tak benar biaya pernikahan itu mencapai Rp 12 miliar atau Rp 20 miliar seperti didesas-desuskan media massa," ujar Dipo. "Tak sepeser pun menggunakan uang negara," Sudi menambahkan.
PUSAT pesta ditempati pasangan pengantin yang berbusana merah dengan sulaman emas. Edhie Baskoro memakai kain yang dililit setengah menutup lutut. Kain itu sejenis dan sewarna dengan badong atau ikat kepala. Sedangkan Aliya memakai baju kurung dan kain songket bermotif Lepus Puncak Rebung Berante.
Orang tua mereka mengenakan kain limar—songket yang motifnya dibentuk dari benang emas. Kedua pengantin mengenakan "songket kualitas tinggi", kata Ade Krisnaga Syarfuan, pendiri Rumah Pesona Kain—komunitas penggemar kain Nusantara. "Di pasar tidak tersedia," ujar pemilik Sanggar Rias Sriwijaya, Sry Yuliarty.
Menurut Zainal Arifin, pemilik butik Zainal Songket, kain yang dikenakan Aliya telah disiapkan sejak mempelai wanita lahir. Begitu pula perhiasan untuk pengantin. "Adat Palembang memang begitu," ujarnya. Dia mengaku hanya menyiapkan songket untuk penerima tamu dan beberapa anggota panitia. "Yang dipakai pengantin bukan dari butik saya," katanya.
Di Palembang, Zainal menambahkan, anak yang lahir diberi kain songket untuk dipakai dalam pernikahan dan ketika meninggal. Zainal yakin Oktiniwati "Okke" Ulfa Dariah Rajasa, istri Hatta Rajasa, yang asli Palembang, telah menyiapkan kain-kain tersebut.
Kain emas yang cantik bukanlah hal asing bagi Okke. Dia salah satu pendiri dan Ketua Cita Tenun Indonesia. Perkumpulan ini punya misi melestarikan budaya, termasuk kain-kain Indonesia. "Bisa saya pahami kalau Ibu Okke memiliki koleksi pribadi aneka kain kuno. Dan koleksi inilah yang akan dikenakan kedua mempelai," ujar seorang pakar kain.
Ahli kain itu menjelaskan lebih jauh soal kain songket yang dipakai dalam pernikahan ini. Menurut dia, kain itu terbuat dari benang emas jantung alias benang asli, yang merupakan milik leluhur keluarga Okke dan Hatta. Harganya? "Karena terbuat dari emas jantung alias benang asli Palembang, setiap lembar bisa ratusan juta rupiah."
Okke Rajasa dan Ani Yudhoyono memang dikenal memiliki selera bagus dalam soal kain. "Bisa saya pastikan, untuk busana, pengantin memakai salah satu koleksi kain kuno terbaik," kata perancang lain.
Hari baik dengan koleksi terbaik. Ritual pun ditata agar terkesan agung. Sehari sebelum pernikahan, Ibas dan Aliya secara terpisah mengikuti ritual siraman—simbol pembersihan jiwa dan raga. Airnya diambil dari tujuh sumber: Masjid Baiturrahim Istana Negara, Istana Cipanas, kediaman Nyonya Sunardi Sarwo Edhie Wibowo di Purworejo, kediaman Nyonya Habibah di Pacitan, sumber air di Kabupaten Pacitan, rumah keluarga Yudhoyono di Puri Cikeas, dan rumah Hatta di Jalan Fatmawati, Jakarta.
Dalam adat Jawa, tujuh sumber air itu melambangkan pertolongan alias pitulungan—diambil dari kata pitu ("tujuh" dalam bahasa Jawa). Dengan biaya besar, besar kemungkinan pernikahan ini disokong lebih dari tujuh "sumber mata air".
Y. Tomi Aryanto, Yophiandi, Arihta U. Surbakti, Deden Abdul Azis, Irfan Budiman, Hadriani Pudjiarti, Sorta Tobing, Dianing Sari
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo