Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Begitu mendarat di Yordania, di benak saya menari-nari adegan film The Last Crusade, ketika Indiana Jones dan ayahnya menunggang kuda menyusuri lorong batu dan terkesima melihat sebuah bangunan indah misterius yang dipahatkan ke bukit batu berwarna merah mawar. Bangunan misterius itu bernama Al-Khaznah atau The Treasury di Kota Batu Petra.
Petra adalah kota yang dibangun orang Nabataean di cadas berwarna kemerahan. Pada zamannya, Petra merupakan kota metropolis. Nabataean adalah suku nomad dari Arab Barat yang akhirnya menetap di daerah ini. Setelah berhasil di bidang perdagangan, suku ini menggunakan kekayaannya untuk membangun Petra. Di puncak kemakmurannya, di bawah Raja Aretas IV, tahun 8 sebelum Masehi, Petra didiami 30 ribu orang.
Setelah ditaklukkan Romawi pada tahun 106 Masehi, Petra sedikit demi sedikit mengalami kemunduran sehingga terlupakan oleh dunia. Selama berabad-abad Petra "hilang" dan hanya dikenal penduduk Beduin lokal. Barulah setelah ditemukan lagi oleh seorang petualang Swiss, J.L. Burckhardt, Petra kembali menarik perhatian dunia.
Untuk menikmatinya, Petra ternyata tidak bisa dilongok sekejap. Karena situsnya yang luas, perlu waktu beberapa hari untuk menjalaninya. Maka, selepas dari Laut Mati, kami memutuskan bermalam di Wadi Musa, kota kecil yang persis berada di mulut jalan masuk Petra. Tidak ada kendaraan bermotor yang boleh masuk ke lokasi Petra. Dari pintu tiket, pengunjung perlu berjalan kaki sekitar satu kilometer untuk sampai di Bab as-Siq, yaitu gerbang batu menuju kawasan Petra.
Tepat di depan gerbang ini berdiri tegap dua orang berpakaian zirah, memakai helm besi, dan menggenggam tombak. Keduanya bukan tentara asli Petra, melainkan warga lokal yang berharap mendapat tip setiap kali turis berfoto dengan mereka. Di sini juga berkumpul beberapa ekor kuda dan kereta kuda yang siap mengantarkan pengunjung yang tidak kuat berjalan lebih jauh.
Gerbang batu yang dimaksud adalah sebuah celah di antara dua bukit cadas. Celah ini, yang disebut As-Siq, adalah jalan masuk utama menuju Kota Petra. As-Siq membentang sejauh 1.200 meter, berliku menembus dinding cadas setinggi 80 meter. Sepanjang lorong ini terlihat berbagai peninggalan orang Nabataean, dari saluran irigasi, grafiti, ceruk persembahan, sampai tangga-tangga batu. Semuanya dipahat di dinding batu. Berada di lorong ini serasa masuk ke zaman prasejarah, apalagi suara yang terdengar memantul dari dinding batu hanya gesekan kaki dengan tanah atau derap ladam kuda beradu dengan kerikil merah.
Ketika lorong semakin mengecil, makin menurun, dan terasa pengap, tiba-tiba dari sela-sela celah batu tampak sebuah bangunan tinggi yang diterangi matahari. Inilah imaji paling masyhur tentang Petra: Al-Khaznah—yang membuat Indiana Jones terkesima. Bangunan setinggi 43 meter ini dipahat langsung ke dinding batu yang punya pilar-pilar tinggi seperti bangunan Yunani serta dihiasi beberapa ukiran dan lekukan khas Nabataean. Awalnya, bangunan ini dipahat seabad sebelum Masehi sebagai makam seorang raja Nabataean.
Setelah melewati Al-Khaznah, celah yang sempit tidak ada lagi. Semakin jauh kami berjalan menyusuri jalan utama, semakin terasa bahwa Petra adalah sebuah kota yang lengkap. Tidak jauh setelah permakaman, berdiri Roman Theater, yang mirip dengan yang saya lihat di Amman. Bedanya, teater ini juga dipahat ke cadas berwarna murah muda dan bersatu dengan bangunan kota lainnya.
Sebagaimana sebuah kota mandiri, Petra mempunyai semua hal yang diperlukan untuk menyenangkan warganya, termasuk gedung pertunjukan berkapasitas 7.000 orang ini.
Semakin jauh masuk ke tengah kota, semakin beragam bangunan yang kami lihat, seperti rumah-rumah serta berbagai bangunan yang berhubungan dengan agama dan pemerintahan. Bagi turis yang kelelahan berjalan jauh, di tengah kota ini disediakan restoran, toilet, dan toko-toko suvenir. Di sini juga berkumpul unta-unta dan kuda-kuda yang siap mengantarkan turis yang penat untuk kembali ke Wadi Musa, tiga-empat kilometer dari pusat Petra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo