Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETIKA berpidato pada perayaan ulang tahun Golkar di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa pekan lalu, Mahyudin khusus menyebut koleganya, Robert Joppy Kardinal. "Terima kasih sudah mencarikan anggaran untuk kegiatan ini," kata Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat itu di depan ribuan pengurus partai beringin.
Banyak politikus Golkar yang hadir berkasak-kusuk seusai pidato yang disiarkan secara langsung oleh TV One, stasiun televisi milik Ketua Umum Aburizal Bakrie, itu. Mereka menganggap pernyataan Mahyudin menegaskan informasi bahwa Robert merupakan orang kepercayaan Bendahara Umum Setya Novanto dalam hal keuangan.
Ditemui Tempo, Rabu pekan lalu, Mahyudin mengklarifikasi ucapannya itu. Menurut dia, ucapan terima kasih disampaikan karena acara berjalan sukses dan Robert, yang merupakan bendahara panitia, berperan besar dalam sukses itu. "Yang lain kan bukan bendahara," ujar Mahyudin.
Sejumlah politikus Golkar menyatakan Robert membantu Setya dalam "melicinkan" lobi-lobi partainya pada saat penetapan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah. Pada periode lalu, Robert menjadi anggota Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat bersama Setya. Robert menyangkal kabar ada pemberian uang untuk anggota fraksi pada sidang itu. "Informasinya salah," katanya.
Robert, yang terpilih kembali menjadi anggota Dewan, mengatakan tidak pernah ada instruksi mencari dana dari anggaran negara. Sebagai bendahara fraksi, dia mengklaim hanya bertugas menghimpun dana sumbangan Rp 2-3 juta per anggota untuk kebutuhan operasional. Bendahara partai, ia menambahkan, juga membantu operasionalisasi fraksi. "Dari mana anggaran dewan pimpinan pusat, saya tidak tahu," tuturnya.
Wakil Sekretaris Jenderal Golkar Roem Kono dan Nurul Arifin pun disebut aktif membantu Setya menggalang anggota pada pengesahan undang-undang yang antara lain hendak mengubah pemilihan langsung menjadi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah itu. Mereka diminta memastikan kehadiran semua anggota Fraksi Golkar dalam sidang paripurna pada 26 September lalu. Setya pun turun gunung memastikan kehadiran semua anggotanya, juga menyiapkan "logistik"-nya.
Setya antara lain menghubungi Ketua Kelompok Fraksi Golkar di Komisi Agama, Sayed Fuad Zakaria, yang sedang berdinas ke luar negeri. Bersama Tubagus Ace Hasan Syadzily, dia berada di Arab Saudi menjalankan pengawasan ibadah haji. Tiga hari menjelang pemungutan suara, Setya memastikan kehadiran Sayed pada sidang paripurna. Sayed tidak bisa memenuhi permintaan itu, dengan alasan waktunya mepet. Waktu itu, menurut Sayed, Setya mengatakan, "Mohon doanya saja."
Roem Kono menuturkan, sehari sebelum voting, anggota Golkar dikumpulkan di ruang fraksi lantai 12 Gedung Nusantara I. Roem membantah kabar bahwa acara itu dilakukan untuk membagikan uang kepada mereka yang bersedia hadir dalam rapat paripurna. "Hanya makan-makan," ujar Roem. Dia mengatakan fraksi hanya ingin memastikan anggotanya segaris dengan kebijakan partai. "Kalau mau bagi-bagi, duit dari mana?"
Roem tak menampik disebut sebagai orang dekat Setya. Saat penyerahan susunan fraksi, Roem mulanya ditunjuk menjadi sekretaris. Tapi ia justru tersingkir. Seorang politikus bercerita, Roem jengkel kepada Setya karena namanya dicoret. "You tahu dari mana?" kata Roem ketika ditanyai ihwal ini. Adapun Setya membenarkan kabar tentang kekesalan Roem. "Mungkin ada perasaan begitu," katanya.
Untuk mengobati kekecewaan itu, Roem diberi jabatan lain, yaitu Ketua Badan Urusan Rumah Tangga DPR. Pada Dewan periode lalu, badan ini menuai kontroversi karena berencana membangun gedung baru. Sehari setelah dipilih, Roem langsung melontarkan gagasan itu kembali. Dia beralasan ruangan yang dimiliki anggota Dewan sudah terlalu sempit untuk menerima banyak tamu.
Menurut Roem, DPR periode ini mesti punya "proyek monumen yang bisa dikenang". Ia membantah tudingan bahwa rencana pembangunan ini merupakan upaya untuk mengisi kas partai dengan mengail anggaran negara. "Yang penting prosesnya transparan dan tidak macam-macam," ujarnya.
Keberhasilan memuluskan RUU Pemilukada berimbas kepada politikus Golkar yang tak terpilih kembali, seperti Nurul Arifin. Roem menjelaskan, Nurul membantu mengkonsolidasi anggota fraksi agar patuh pada kebijakan partai. Menurut dia, Setya memberi perhatian lebih kepada mereka yang tak lolos ke Senayan tapi berjasa bagi fraksi.
Menurut Roem, mereka yang dianggap berjasa bakal direkomendasikan menjadi kepala daerah atau duduk di struktur ataupun sayap partai. Karena itulah, misalnya, Nurul didapuk menjadi juru bicara Setya. Sedangkan menurut Setya, Nurul dipilih karena kemampuannya berbicara di depan media massa.
Nurul membantah informasi bahwa dia mengkoordinasi anggota agar hadir dalam rapat paripurna penetapan RUU Pemilukada. "Itu kewajiban anggota fraksi," katanya. Nurul mendengar isu dia disebut sebagai operator bagi-bagi duit untuk mengamankan kebijakan ini. "Saya mendengar fitnah tersebut. Itu tendensius dan kampungan," ujar pemain film 1990-an itu.
Kepanjangan tangan Setya lain yang disebut internal Golkar adalah Kahar Muzakir. Nama Kahar dan Setya pernah terseret dalam kasus Pekan Olahraga Nasional di Riau yang melibatkan Rusli Zainal, pengurus pusat Golkar dan Gubernur Riau ketika itu. Kahar dan Setya diduga menerima aliran dana dalam proyek ini.
Seorang politikus Golkar bercerita, Setya meminta Kahar duduk di Komisi X, yang membidangi masalah olahraga, pendidikan, dan kebudayaan. Namun Ketua Fraksi Golkar Ade Komarudin justru memindahkan Kahar ke Komisi II, yang membidangi masalah pemerintahan dan dalam negeri. "Itu urusan orang di atas," kata Kahar. Tarik-menarik inilah yang membuat belum jelasnya Kahar duduk di komisi berapa hingga hari ini.
Kahar diproyeksikan duduk di Komisi Olahraga karena dianggap paham seluk-beluk penganggaran di mitra kerja. Dituduh sebagai operator anggaran, Kahar irit bicara. "Saya tidak mengerti. Ditaruh di mana saja, saya siap," ujarnya. Setya membantah anggapan bahwa ia memaksakan Kahar ditempatkan di Komisi Olahraga. Namun Setya mengingatkan, penempatan seseorang sebaiknya dikonsultasikan dengan pengurus pusat partai. Adapun Ade Komarudin menolak diwawancarai.
Nama lain yang dituding sebagai "pelaksana lapangan" Setya adalah Fadh A. Rafiq, Bendahara Umum Angkatan Muda Partai Golkar. Fadh merupakan terpidana kasus korupsi pengadaan Al-Quran di Kementerian Agama. Fadh dipilih karena terbukti berani pasang badan untuk bekas Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso.
Priyo merupakan Ketua Umum Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong, organisasi pendiri Golkar. Pada saat kasus korupsi Al-Quran, Fadh menjabat Ketua Umum Gerakan Muda MKGR. Tatkala bersaksi di pengadilan, Fadh mengatakan hanya mencatut nama Priyo untuk mendapatkan proyek di Kementerian Agama.
Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengatakan Fadh menjadi pengurus atas rekomendasi Setya. "Nama itu muncul dalam proses dialog," katanya. Setya menolak disebut berperan atas jabatan Fadh. "Saya tidak tahu," ujarnya.
Fadh membantah kabar bahwa ia menjadi operator anggaran Setya untuk proyek yang berasal dari anggaran negara. Fadh beralasan bendahara partai dan organisasi sayap tak memiliki jalur koordinasi. Selain itu, kata dia, Angkatan Muda Partai Golkar sudah mempunyai kas untuk melanjutkan sisa kepengurusan. Bendahara partai, menurut Fadh, tidak ikut campur dalam proses pembentukan kepengurusan sayap partai. "Saya tidak ada urusan dengan Setya," ujarnya.
Wayan Agus Purnomo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo