Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAMA Setya Novanto sejak dulu sering disebut dalam beragam kasus korupsi. Pada 1999, ia mulai populer karena banyak disebut dalam skandal cessie Bank Bali bersama pengusaha Djoko Tjandra. Ia kemudian berkali-kali dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi dalam berbagai perkara, antara lain suap proyek Pekan Olahraga Nasional di Pekanbaru, yang melibatkan Gubernur Riau Rusli Zainal. Kasus dugaan korupsi proyek KTP elektronik di Kementerian Dalam Negeri pun melibatkan pria 60 tahun ini.
Posisinya sebagai Bendahara Umum Golkar membuat Setya dijuluki "Master Anggaran" atau "Direktur Utama Anggaran". Banyak sumber informasi menyebutkan ia lihai memainkan proyek-proyek pemerintah melalui pembahasan di gedung Dewan. "Mungkin karena saya akuntan, jadi sering diminta konsultasi mengenai itu," kata lulusan akuntansi Universitas Trisakti ini kepada Wayan Agus Purnomo dan Tika Primandari dari Tempo pekan lalu.
Setya menjadi motor Koalisi Merah Putih, oposisi pemerintah, yang menguasai parlemen. Sejak pengesahan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah hingga voting pemilihan Ketua DPR awal Oktober lalu, ia "melicinkan" berbagai kegiatan lobi. Diwawancarai untuk konfirmasi berbagai tuduhan kepadanya, seusai rapat pimpinan Dewan, Jumat petang pekan lalu, ia berkata, "Ampuuun…, jangan diekspos yang jelek terus, dong. Kami sudah mau kerja bener, nih."
Benarkah Anda melakukan politik uang untuk menghadirkan anggota Fraksi Golkar dalam rapat pengesahan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah?
Tak ada. Sebagai ketua fraksi, saya minta semua hadir agar kuorum, demi menjaga nama baik partai. Saya hubungi mereka satu-satu.
Partai Demokrat waktu itu masih netral. Anda melobi mereka?
Antarfraksi kami saling komunikasi. Biasa saja. Ini antara Koalisi Merah Putih dan Demokrat. Itu pun ke Ketua Fraksi Ibu Nurhayati Assegaf, yang selalu didampingi sekretarisnya jika bertemu.
Benarkah Anda menawarkan uang agar anggota Fraksi Demokrat tak hadir dalam rapat paripurna?
Waduh, itu kayaknya tidak mungkin, karena pendekatan kami tak begitu lagi. Pendekatan kami itu ketulusan ke depan. Sekarang kan diawasi semua.
Saat Demokrat walk out, apakah dibicarakan dengan Anda?
Waktu itu ada rapat konsultasi pimpinan. Demokrat ingin opsi ketiga dengan sepuluh syarat itu. Ketika mereka walk out, kami kaget juga. Di rapat tak ada rencana walk out. Tanpa dukungan Demokrat, kami sudah menghitung akan kalah.
Benarkah dalam lobi-lobi itu Anda mempercayakannya kepada Roem Kono dan Robert Kardinal?
Saya dekat dengan semua orang. Kami sering berkumpul membicarakan keberhasilan partai. Kami harus kompak.
Benarkah ada uang lobi Rp 150 juta per orang untuk semua proses di DPR itu?
Waduh, tak ada. Kami selalu taat pada aturan yang jelas.
Di Golkar, benarkah Anda tak didukung suara mayoritas pengurus pusat sebagai calon Ketua DPR?
Waktu itu ada rapat pleno. Pesertanya 200 orang diminta mengajukan nama. Keluarlah nama saya, Ade Komarudin, dan Fadel Muhammad. Prerogatifnya diserahkan kepada Ketua Umum Aburizal Bakrie. Tiga hari kemudian, saya yang dipilih.
Apa alasan Aburizal?
Ada kriterianya. Sudah pernah di fraksi, pengalaman, dedikasi, loyalitas kepada partai. Saya dianggap memenuhi semua syarat.
Di Golkar, banyak yang keberatan Anda memimpin DPR karena Anda banyak disebut dalam kasus korupsi….
Tak ada satu pun yang menyampaikan seperti itu. Kalau soal kasus-kasus, saya kan harus mendukung supremasi hukum. Dipanggil aparat hukum belum tentu punya kesalahan. Seperti yang pernah saya ceritakan berkali-kali, dipanggil sebagai saksi, ya, harus saya ceritakan dengan baik.
Anda terkenal sebagai "master" anggaran Senayan….
Saya ini sudah lama tidak bergelut di anggaran. Sejak jadi ketua fraksi, tak pernah membahas anggaran. Saya hanya dilapori jika ada pembahasan penting. Jadi bukan "master", tapi memang sekolah saya akuntansi, jadi saya mengerti. Kalau hal penting, selalu kami kasih nasihat yang baik, harus hati-hati, konsultasi dan administrasi harus kuat, jangan sampai disalahgunakan. Jadi orang anggaran itu sensitif sekali. Saya dituduh macam-macam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo