Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KUMIS boleh tebal, tampang boleh sangar, tapi siapa yang bisa tahan kalau badan sudah letih dan pegalpegal? Inilah yang dialami Inspektur Satu Sugimin. Penat selepas berdinas seharian, Kepala Unit Reserse dan Kriminal Kepolisian Sektor Jatinegara, Jakarta Timur, itu masih harus menjalani piket malam. Ingin dipijat, tapi tukang pijat yang biasanya lewat malam itu tak kelihatan batang hidungnya.
Tibatiba ide cemerlang berpijar di balik tempurung kepala Sugimin. Dia memanggil Iskandar, 35 tahun, tahanan kelas teri yang meringkuk di balik sel sejak Februari lalu. Kepada pria yang dibui garagara mencuri dua pasang sepatu di masjid itulah ia menyampaikan hasrat. Tempatnya? Tak mungkinlah di balik terali besi. Sugimin mengajak Iskandar ke ruang kerjanya.
Di bilik itu Iskandar memberikan servis terbaiknya. Pijatannya dirasakan Sugimin muanteep bin mak nyus. Dalam sekejap rasa penatnya hilang berganti nikmat. Lalu, eh, Sugimin terlelap. Melihat gelagat itu, Iskandar pun mendapat ilham untuk kabur.
Sebelum melenggang, mata elang Iskandar melirik jam tangan dan cincin emas milik Sugimin yang tergeletak di atas meja. Wuss, kedua barang berharga itu pun cepat berpindah tangan. Melalui pintu samping ruangan sang kepala reserse, Iskandar lari menembus pekat malam.
Satu jam kemudian, barulah Sugimin terjaga dan menyadari si tukang pijat amatir telah raib dari ruangannya. Tergopoh dia memeriksa sel, tapi yang dicari tak dijumpa. Petugas yang berjaga di depan pun cuma menggeleng ketika ditanya keberadaan si tahanan.
Untuk menebus kelalaiannya, Sugimin mengejar sang buron ke kampung asalnya di Cirebon, Jawa Barat. Sayang, belum tertangkap, ia sudah keburu dilengserkan oleh atasannya. ”Ia lalai dalam menjalankan tugas,” kata Komisaris Besar Robinson Manurung, Kepala Kepolisian Jakarta Timur. Selain menanggung hukuman, Sugimin juga menanggung malu. Untung, tukang pijat itu cuma pencuri sandal, coba kalau pengemplang BLBI….
Pohon Celana Dalam
Celana dalam, kolor, kutang, dan sarung bekas dari kelas murahan itu bergelantungan dan melambailambai ditiup angin. Pemandangan menggelikan itu bukan berasal dari jemuran pakaian atau pajangan para pedagang di pasar, melainkan dari rumpun bambu.
Saking banyaknya pakaian dalam yang bertengger di sana, orang menamai rumpun bambu itu ”pohon berbuah celana dalam”. Pohon jadijadian itu ada di dekat Sendang Aeng Banger di Dusun Pagulan, Desa Sendang, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Madura.
Jangan remehkan ”pohon celana dalam” itu. Barang itu merupakan bagian dari sesaji. Sejumlah orang meyakini mata air berbau telur busuk di sendang itu mampu memberikan tuah, mulai dari enteng jodoh hingga menyembuhkan penyakit kulit.
Ada syarat yang harus dipenuhi agar keinginan itu tercapai. Mereka harus melempar kain basahan yang dipakai saat berendam, ke rumpun bambu yang hanya berjarak 6 meter dari sendang. Ada kepercayaan, pakaian dalam yang awet menyantol di rumpun bambu itu akan membuat pemiliknya terusmenerus mendapatkan aura yang dipancarkan sendang.
Lihat saja apa yang dilakukan Ahmad Jaini, warga Kalianget, Sumenep. Rabu pekan lalu, sopir truk ini mampir ke sana untuk mendapatkan berkah sendang. Seusai mandi, ia mencuci celana dalamnya yang berwana dasar putih dan bermotif biru. Kemudian ia melempar celana dalamnya ke rumpun bambu.
Ahmad mengaku ingin gatalgatal di kulitnya hilang. Ia pun hendak mendapatkan berkah enteng jodoh. Memangnya Ahmad yang berumur 34 tahun belum menikah? Sudah, soal jodoh kan tak ada urusan dengan punya istri. Ahmad sudah punya dua anak dari istri pertama. ”Saya ingin kawin lagi. Biasa, lakilaki, Mas..!” ujarnya seraya tersenggih bak kerang busuk.
Abe Mukti, tetua kampung, mengatakan tidak ada yang tahu sejak kapan sendang itu dipercaya membawa berkah enteng jodoh. Dulu, orang tidak mau mandi di sendang itu karena air berbau telur busuk akibat kandungan belerang. Aeng Banger dalam bahasa Madura memang berarti air berbau busuk.
Konon kebiasaan kungkum bermula pada 1990an. Ada seorang warga yang menderita gatalgatal berendam di sendang. Esok harinya gatalgatal lenyap. Sejak itulah warga sekitar berbondongbondong ikut berendam ke sana. Lalu berkembang mitos mandi di sendang itu membuat awet muda. Dari awet muda berkembang jadi enteng jodoh.
Masalahnya, lamakelamaan jumlah pakaian dalam yang bergelantungan di rumpun bambu semakin banyak. Mukti menuturkan, seusai Idul Fitri lalu, pakaian dalam sebanyak dua bak mobil harus diambil dan dibakar untuk mengurangi beban rumpun bambu. Bila tak dibersihkan, bisabisa sendangnya pun akan tertutup gunungan pakaian dalam.
Sunudyantoro (Sumenep), Sofian Ng (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo