Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

PLN, Membuang Kelebihan

Pemakaian PLTD di balikpapan dan Samarinda diresmikan. 25 megawatt listrik belum bisa dipasarkan, karena hotel-hotel besar dan industri perkayuan telah memiliki diesel sendiri. Tarif PLN terlalu tinggi.(kt)

28 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BALIKPAPAN dan Samarinda, dua kota utama di propinsi Kalimantan Timur itu tak perlu takut lagi dilanda gelap. Sejak pemakaian PLTD diresmikan Maret lalu, kedua kota itu terang benderang. Jalannya juga sudah sip. Tak lagi megap-megap seperti beberapa bulan lalu. Penyempurnaan juga telah dilakukan. Tegangan semula 110 dirubah 220 V. Meski demikian, ternyata tak berarti semuanya sudah beres. Seperti dikatakan Ery Soeparjan, Gubernur Kalimantan Timur, 25 mega watt (MW) listrik di daerah itu belum bisa dipasarkan. Yaitu, dari 30 MW daya yang dimiliki PLN baru 5 MW yang terpakai. Kelebihan itu diharapkan terjual pada hotel-hotel besar dan industri perkayuan yang ternyata belum tertarik untuk memakai listrik PLN. Hotel besar di Balikpapan seperti Grand Park dan Blue Sky misalnya masih lebih senang memakai diesel sendiri. Juga Pertamina, yang memperluas pengilangan minyaknya belum memberi lampu hijau. "Soalnya mereka sudah terlanjur memiliki diesel sendiri," ucap ir Suwarto, Kepala PLN Balikpapan. Tapi menurut Suwarto kerugian tidaklah terlalu besar. Dua unit yang dipasangnya saat ini terjual cukup. Hanya 4 unit lainnya yang nganggur memang perlu segera dijual. "Pendekatan pada para pengusaha masih terus kita lakukan," kata Suwarto. Namun selama 5 bulan ini titik terang belum juga terlihat. Akhirnya Pemda turun tangan. H. Asnawi Arbain, Walikota Balikpapan menurunkan SK: "Seluruh bangunan dan industri diharuskan memakai listrik PLN." Tapi hasilnya tak segera bisa dilihat. Beberapa pengusaha agaknya masih perlu berfikir panjang. Terlalu Komersil Secara komersil, PLN Samarinda lebih banyak merasa rugi dibanding Balikpapan. Kelebihan yang tak terjual rata-rata 2000 KW perbulannya. Mungkin itulah sebabnya PLN mendiamkan saja pencurian aliran yang terjadi akhir-akhir ini. Sebab "kalau daya terpasang tak sebanding dengan pengeluaran bisa membahayakan mesin," ucap seorang pegawainya. Usaha menggaet pengusaha kayu yang memiliki saw mill tampaknya tak mencapai hasil. Begitu pula dengan perumahan buruh UKA (pelabuhan) di Mangkupalas, Samarinda Seberang. Perumahan buruh yang kini sudah berjumlah 700 buah itu semula ditargetkan ir Gaja Lumban Gaol, Kepala PLN Samarinda, agar menyedot kelebihan. (TEMPO 22 April 1978). Tapi sampai saat ini belum terlihat sebiji tiang PLN pun terpancang di sana. Bahkan beberapa buruh sudah membeli generator diesel sendiri. "Harga PLN terlalu komersil," ucap seorang pemilik saw mill. Bantuan Pemda seperti diharapkan Lumban Gaol hampir tak pernah ada. "Yang penting PLN mau berdamai menetapkan tarif yang rendah," kata Ery Soeparjan sewaktu serah terima jabatan Kepala PLN Samarinda, pertengahan September tadi. Dan Nurkia BBE, pengganti Lumban Gaol yang pindah ke Banjarmasin tampaknya memahami kesulitan pemasaran listrik PLN selama ini. Seminggu bertugas ia sudah sibuk membikin rencana. Perumahan buruh UKA segera dilirik kembali. Termasuk 30 buah perumahan wartawan yang akan dibangun di Temindung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus