Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Posko Berlatar Kekerabatan

TENDA milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten, terlihat sepi.

28 Desember 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak satu pun pengungsi bersedia menggunakan fasilitas tersebut untuk hunian sementara setelah tsunami menerjang wilayah itu pada Sabtu dua pekan lalu. Kondisi tenda pengungsian milik Palang Merah Indonesia dan sejumlah lembaga negara lain tak jauh berbeda. Bantuan tersebut seperti tidak banyak menjawab kebutuhan para korban.

Tenda darurat di Kecamatan Sumur baru terpacak pada hari ketiga musibah, persis di depan balai kesehatan. Tenda milik PMI tersebut dilengkapi sarana dapur umum dan pengobatan darurat. Tapi minat warga mendatangi lokasi itu terbilang minim. ”Penduduk yang jadi korban kebanyakan memilih tinggal di posko darurat milik warga sekitar,” ujar Epi Sahepi, Kepala Dusun Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang.

Kondisi penanganan pengungsi korban tsunami di Kecamatan Sumur punya karakter yang berbeda dengan korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat; dan Palu, Sulawesi Tengah. Para korban cenderung menjadikan rumah saudara atau kerabat sebagai hunian sementara. Lokasi mereka tersebar di belasan posko darurat dari Dusun Kopi hingga Kecamatan Cimanggu. Lokasi tersebut berada di sisi kanan-kiri wilayah perbukitan jalan Taman Nasional Ujung Kulon. Kontur tanahnya berada di atas 50 meter dari permukaan laut.

Penduduk yang paling merasakan dampak tsunami berada di Dusun Sumber Jaya, yang berada persis di pinggir pantai. Di tempat itu, ratusan rumah luluh-lantak. Sebanyak 820 jiwa warga dusun kini tinggal di posko darurat. Untuk sekadar bertahan hidup, mereka banyak bergantung pada sumbangan para relawan. Tak hanya warga Sumber Jaya, penduduk dusun lain yang rumahnya aman dari gempuran bah juga memilih mengungsi di sana.

Aip Heryana, 32 tahun, warga Dusun Kertajaya, salah satu pengungsi yang memilih meninggalkan rumah. Jarak rumahnya dengan bibir pantai hanya sekitar 500 meter. Saat tsunami menerjang, air laut tak sampai menyapu wilayahnya. Istri dan anaknya selamat. Rumahnya juga masih berdiri tegak. Tapi efek traumatis akibat tsunami memaksanya mengungsi ke posko darurat milik saudaranya di Kecamatan Cimanggu. ”Masih takut ada tsunami susulan,” katanya.


 

Berbeda dengan yang lain, Epi memutuskan untuk mendirikan posko darurat yang hanya berjarak 100 meter dari bibir pantai Dusun Sumber Jaya. Keputusan itu ia ambil karena maraknya aksi penjarahan. Epi mengaku tak khawatir jika keputusan itu mengancam keselamatan jiwanya akibat potensi tsunami susulan.

 


 

Posko pengungsian Aip dirintis oleh korps Persatuan Guru Republik Indonesia. Selain karena faktor kedekatan hubungan darah dengan saudaranya, ia mengaku lebih nyaman tinggal di sana karena istrinya seorang guru. Bantuan di posko tersebut datang dari sejumlah individu ataupun lembaga. Termasuk di antaranya bantuan korps PGRI Kabupaten Serang, yang diangkut menggunakan delapan mobil pada Rabu malam pekan lalu.

Model penyelamatan berbasis ikatan kekerabatan ini punya andil yang besar di Kecamatan Sumur. Posko tersebut didirikan atas inisiatif warga dengan mengandalkan jaringan mereka ke sejumlah lembaga yang mereka kenal. Bantuan yang bersifat mandiri dari sejumlah individu ataupun lembaga karena itu harus didistribusikan mengikuti pola titik pengungsian. ”Kelemahannya, pembagian bantuan tidak merata karena sebaran para pengungsi belum terdata dengan rapi,” ucap Epi.

Berbeda dengan yang lain, Epi memutuskan mendirikan posko darurat yang hanya berjarak 100 meter dari bibir pantai Dusun Sumber Jaya. Keputusan itu ia ambil karena maraknya aksi penjarahan. Epi mengaku tak khawatir jika keputusan itu mengancam keselamatan jiwanya akibat potensi tsunami susulan. Sejak hari pertama musibah, setidaknya sudah dua kali terjadi kepanikan yang membuat relawan dan penduduk lari tunggang-langgang karena melihat air pasang.

Menurut Epi, pendirian posko darurat di Dusun Sumber Jaya juga bertujuan membantu warganya yang harus beraktivitas membersihkan kampung dan memastikan pengamanan wilayah. ”Selain itu, harus ada yang tetap menjaga kampung,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus