Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RATUSAN ”warga Tawangmangu”, Karanganyar, Jawa Tengah, membubarkan latihan kepemimpinan yang diadakan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) pada Senin pekan lalu. Sekitar 35 peserta latihan di bumi perkemahan milik Perhutani itu dipaksa mengemasi peralatan dan hengkang. ”Kami tak ingin menjadi sorotan. Ini sudah mencoreng Tawangmangu,” kata seseorang yang mengaku sebagai penduduk Dusun Kalisoro kepada TEMPO. Bila tidak ada Camat Tawangmangu Drajad Mahendratama, bisa jadi akan pecah bentrokan di antara mereka.
Saat pembubaran, pihak musyawarah pimpinan kecamatan setempat mewajibkan peserta mendaftarkan nama dan alamat sesuai dengan kartu tanda penduduknya. Mereka berasal dari Yogyakarta, Jakarta, beberapa kota lain di Jawa, Lombok, dan Sumbawa. Seorang peserta, Laksmana Ibrahim, langsung dibawa aparat kepolisian Jawa Tengah.
Ketua MMI Irfan Awwas membenarkan bahwa beberapa anggotanya diperiksa aparat. ”Mengapa (ada yang) selalu mengganggu aktivitas Majelis Mujahidin?” kata Irfan. MMI sudah membentuk tim investigasi untuk menyelidiki peristiwa pembubaran itu. Menurut juru bicara MMI Solo, Kholid Saifullah, timnya menemukan tidak ada warga yang melakukan pembubaran. Pelakunya, kata dia, adalah preman yang diatur aparat setempat.
Wiranto Bertemu Xanana
JENDERAL (Purnawirawan) Wiranto punya cara sendiri untuk menepis citra buruk—terutama menyangkut pelanggaran hak asasi manusia di Timor Leste—yang melekati dirinya. Sabtu pekan lalu, calon presiden dari Partai Golkar ini bertemu secara informal dengan Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao, di Hotel Oberoi, Denpasar, Bali. Menurut anggota tim suksesnya, Muladi, pertemuan itu membahas rekonsiliasi bekas provinsi Indonesia itu dengan sang mantan Panglima TNI.
Usul rekonsiliasi datang dari Menteri Luar Negeri Timor Leste, Ramos Horta, untuk mengatasi kasus pelanggaran hak asasi manusia di sana. ”Usul itu disampaikan ke Presiden Xanana dan Wiranto juga setuju,” kata Muladi. Proses rekonsiliasi baru akan dilakukan seusai pemilihan presiden. ”Sekarang ini Timor Leste masih menunggu hasil pemilu presiden,” ujarnya.
Pengadilan Distrik Dili telah berupaya memanggil Wiranto dan sejumlah pejabat militer yang diduga terlibat pelanggaran hak asasi manusia di Timor Leste pasca-jajak pendapat. Tapi Xanana lebih memilih rekonsiliasi ketimbang mengungkap kasusnya.
Ramos Horta sendiri membantah jika dikatakan dia yang mengusulkan pertemuan itu. Yang ia akui, upaya rekonsiliasi ini sedang digagas pemerintah kedua negara. Untuk itu, beberapa kali terjadi pertemuan antara Xanana dan Presiden Megawati Soekarnoputri awal Mei lalu. Juga antara Ramos Horta dan Menteri Luar Negeri Noer Hassan Wirajuda.
Mutasi TNI Menjelang Pemilu Presiden
SEPEKAN menjelang kampanye pemilihan presiden, Markas Besar TNI memutasi 82 perwira menengah dan tinggi. Mereka dimutasi atau dipensiun sesuai dengan Keputusan Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto Nomor Skep/170/2004. Dari jumlah itu, 27 di antaranya mendapat promosi jabatan perwira tinggi TNI.
Panglima Operasi Darurat Militer di Aceh, Brigjen George Toisutta, misalnya, menjadi Panglima Divisi Infanteri I Kostrad. Dia menggantikan Mayjen Arif Budi Sampurno, yang menjadi Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri TNI-AD menggantikan Mayjen TNI Saril Tanjung. Sedangkan 34 perwira lainnya memasuki masa pensiun, seperti Komandan Pusat Polisi Militer Mayjen Sulaiman A.B. ”Ini adalah pergantian rutin,” kata Kepala Dinas Penerangan Umum Markas Besar TNI Kolonel CAJ Ahmad Yani Basuki.
Sjachroedin Gubernur Lampung
SETELAH kosong setahun lebih, kini Provinsi Lampung punya pemimpin. Pasangan Sjachroedin Z.P. dan Syamsurya Ryacudu terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Lampung periode 2004-2009 dalam pemilihan ulang Senin pekan kemarin. Dalam Rapat Paripurna Khusus DPRD Lampung, duet yang diajukan Fraksi PDI Perjuangan itu meraih 49 suara. Pesaingnya, Oemarsono dan M. Ibrahim B.S., yang diajukan Fraksi TNI/Polri, hanya mendapat 17 suara.
Rapat yang dikawal ekstraketat itu diikuti 67 anggota DPRD, sedangkan delapan anggota absen, dengan satu anggota, Zainudin Sembiring (Fraksi Amanat Bintang Keadilan Umat), abstain. Rapat sempat diawali pembacaan surat dari Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno yang menyatakan kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur itu sah dan telah ditetapkan sebagai calon.
Juga dibacakan surat dari firma hukum Luhut Pangaribuan. Surat itu berisi somasi dari gubernur terpilih sebelumnya, Alzier Dianis Thabranie, terhadap Menteri Dalam Negeri berkaitan dengan pembatalan hasil pemilihan Gubernur Lampung 2002 yang memenangkannya.
Pemilihan ulang itu berjalan lancar meski diwarnai unjuk rasa kelompok masyarakat yang pro dan kontra. Tak ada interupsi berarti. Ancaman penolakan dan walk-out dari beberapa anggota fraksi serta isu politik uang pun urung muncul. Menurut rencana, Sjachroedin, mantan Deputi Operasi Markas Besar Kepolisian RI, dan Syamsurya, adik Kepala Staf TNI-AD Jenderal Ryamizard Ryacudu, akan dilantik pada 2 Juni ini.
Tuntutan Mati bagi Gunawan S.
GUNAWAN Santosa, terdakwa pembunuh bos PT Asaba, Boedyharto Angsono, dituntut hukuman mati oleh Jaksa Bayu Pramesti. Dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Selasa pekan lalu, terdakwa terbukti membujuk orang lain untuk melakukan pembunuhan. Jaksa menambahkan, ”Terdakwa tak kooperatif selama persidangan. Keterangannya berbelit-belit.”
Boedyharto ditembak mati bersama pengawalnya, Serda Edi Siyep, anggota Kopassus TNI-AD, di tempat parkir Gelanggang Olahraga Sasana Krida, Pluit, Jakarta Utara, 19 Juli 2003. Pelakunya empat anggota Brigade Infanteri II Marinir TNI-AL, Cilandak. Penyidik juga menemukan bukti kuat Gunawan, bekas menantu Boedyharto, sebagai ”otaknya”. Setelah dua bulan menjadi buron, ia dibekuk di rumah kos di Kemayoran, Jakarta Pusat. Ia ”ganti nama” menjadi Indra Amapta dan mengubah wajahnya lewat operasi plastik.
Tuntutan tadi adalah hukuman maksimal atas pelanggaran Pasal 340 jo Pasal 55 KUHP. Yang memberatkan, terdakwa pernah dihukum dan dua kali melarikan diri dari penjara. Gunawan juga terlibat rencana pembunuhan Paulus Tedja Kusuma, petinggi Asaba. ”Tuntutan tak berdasarkan fakta di pengadilan, tapi hasil penyidikan polisi,” kata Hendra Heriansyah, pengacara Gunawan.
Salahuddin Disemprit Panwaslu
SALAHUDDIN Wahid, calon wakil presiden dari Partai Golkar, dianggap oleh Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Semarang telah mencuri start kampanye pemilu calon presiden dan calon wakil presiden di ibu kota Jawa Tengah itu. Dalam sebuah acara Selasa pekan kemarin, Gus Solah—sapaan Salahuddin—memaparkan visi-misinya. Panwaslu juga menemukan bukti penyebaran stiker bergambar Wiranto dan Salahuddin. Menurut Ketua Panwaslu Semarang, Gunarto, kegiatan itu identik dengan kegiatan kampanye sesuai dengan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 36 Tahun 2004. ”Itu tindak pidana pemilu. Kami akan minta klarifikasi,” ujarnya.
Tapi panitia penyelenggara, Institute for Research and Community Development Studies, menilai kegiatan pihaknya bukan kampanye, melainkan cuma pendidikan politik. Semua calon wakil presiden juga diundang. ”Tapi yang hadir cuma Gus Salahuddin,” ujar Ida Saidah, anggota panitia.
Ambon Diteror Bom
AMBON kembali berkumbah darah. Puluhan orang menjadi korban ledakan bom di sejumlah tempat di kota Maluku itu. Bom pertama meledak pada Ahad pagi, 23 Mei lalu, di perbatasan Desa Latta dan Desa Halong, Kecamatan Baguala. Empat orang terluka. Selasa pagi, satu bom menyalak di Pasar Batu Meja, 500 meter dari Markas Kepolisian Daerah Maluku. Satu orang tewas dan 16 terluka. Sebuah bom belum ditemukan di lokasi Gereja Maranatha Ambon.
Esok harinya, dua bom ditemukan di halte bus Desa Passo, Kecamatan Baguala, dan di pintu masuk Gedung PLN Wilayah Maluku. Bahan eksplosif itu terbungkus tas plastik hitam. Rabu itu, polisi juga menangkap Frederik Tulaseket, 27 tahun, di Desa Passo, sebagai peneror bom. ”Ia mengaku menaruh bom di halte bus Desa Passo,” kata Kepala Kepolisian Resor Ambon Ajun Komisaris Besar Leonidas Braksan.
Menurut Kepala Kepolisian Daerah Maluku Brigjen Aditya Warman, modus peneror mirip dengan peristiwa 2002. ”Dari jenis komponen bom dan modus peletakannya, itu dilakukan orang-orang terlatih. Tujuannya membuat masyarakat cemas,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo