Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pulang Suara Setelah Debat Kedua

Pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu hampir menang di Jawa Barat. Mengandalkan slogan ganti presiden.

30 Juni 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu hampir menang di Jawa Barat. Mengandalkan slogan ganti presiden.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INSTRUKSI dari mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, datang delapan hari sebelum pencoblosan. Di hadapan sejumlah personel tim pemenangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu, Ahmad Heryawan meminta semua kader Partai Keadilan Sejahtera memenangkan pasangan yang menamakan diri "Asyik" tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekretaris Dewan Pengurus Wilayah PKS Jawa Barat Abdul Hadi Wijaya, yang hadir dalam pertemuan itu, bercerita bahwa Aher-panggilan Ahmad Heryawan-juga meminta kader partai mendekati sejumlah tokoh masyarakat yang bisa meroketkan elektabilitas Sudrajat-Syaikhu. "Instruksinya, cari endorser umat sebanyak mungkin, sebarkan sebanyak mungkin," kata Hadi kepada Tempo, Jumat pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Hadi, Aher berperan besar menggerakkan kader PKS sejak lengser dari jabatan gubernur pada 13 Juni lalu. Terutama menggerakkan semua jaringan partai di Jawa Barat yang sudah dirawatnya selama dua periode menjabat gubernur. "Dia turun langsung menggalang dukungan."

Berkejaran dengan waktu, kader-kader PKS mulai mendekati penceramah berpengaruh untuk mendeklarasikan dukungan ke pasangan yang juga didukung Partai Gerindra tersebut. Ketua Dewan Pengurus Pusat PKS Mardani Ali Sera membenarkan kabar bahwa partainya berburu tokoh berpengaruh. Maka terhimpunlah dukungan dari sejumlah mubalig. "Misalnya dari Hanan Attaki dan Mamah Dedeh," ujar Mardani, yang diwawancarai dua kali sebelum pencoblosan.

Dukungan Hanan terlihat dari video yang menampilkan foto ustad kondang berusia 36 tahun itu disertai rekaman suara. Diiringi lagu Deen Assalam yang dinyanyikan Nissa Sabyan, suara tersebut mengatakan pemilihan kepala daerah Jawa Barat menjadi salah satu penentu pemimpin Indonesia pada 2019. Lalu rekaman itu mengajak memilih Sudrajat-Syaikhu. Hanan tak membalas pertanyaan yang diajukan Tempo melalui WhatsApp. Sedangkan anggota humas Hanan, Taufik, belum mau menanggapi soal beredarnya rekaman tersebut.

Adapun Dedeh Rosidah alias Mamah Dedeh mengajak masyarakat Jawa Barat meminta petunjuk melalui doa sebelum mendatangi tempat pemungutan suara. Mengenakan gamis biru, Mamah Dedeh menyarankan dan mengimbau pemilih mendukung pasangan nomor tiga, nomor urut Sudrajat-Syaikhu. Mamah Dedeh belum bisa dimintai tanggapan soal dukungan tersebut. Yang pasti, kata Abdul Hadi Wijaya, semua dukungan itu kemudian tersebar di berbagai media sosial dan grup WhatsApp.

Dukungan serupa, menurut Mardani Ali Sera, datang dari Ustad Abdul Somad Batubara dan pemimpin Front Pembela Islam, Rizieq Syihab. Anggota tim Somad, Nawir Qulubana, mengatakan Somad hanya menghadiri acara sesuai dengan undangan. "Silakan tanya detailnya ke Ustad Somad," ujarnya. Adapun pengacara Rizieq, Kapitra Ampera, membenarkan kabar bahwa kliennya memerintahkan pasukannya di Jawa Barat memenangkan Sudrajat.

Direktur eksekutif lembaga survei Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menilai dukungan tokoh-tokoh Islam cukup efektif melonjakkan suara Sudrajat-Syaikhu. Apalagi, berdasarkan hasil survei Indikator, Mamah Dedeh dan Abdul Somad berada di posisi teratas penceramah paling berpengaruh di negeri ini.

Sudrajat-Syaikhu akhirnya memang kalah. Hasil hitung cepat Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat hingga Jumat siang pekan lalu menunjukkan pasangan itu berada di posisi kedua dengan perolehan suara 28,37 persen. Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum diperkirakan menang dengan 33,12 persen suara. Sedangkan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dan Hasanuddin-Anton Charliyan masing-masing mendapat 25,86 dan 12,65 persen suara.

Meski Sudrajat-Syaikhu kalah, perolehan itu cukup mengejutkan. Ridwan Kamil pun tak menyangka pesaing terdekatnya justru Sudrajat-Syaikhu. "Saya tidak tahu metode apa yang digunakan pasangan nomor tiga. Luar biasa, ya," ujar Ridwan sehari setelah pencoblosan.

Memang, sejak awal pendaftaran pasangan calon, semua hasil survei memperkirakan pertarungan sengit hanya terjadi antara Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar. Hasil survei Litbang Kompas yang dirilis pertengahan Maret lalu, misalnya, menunjukkan tingkat keterpilihan Deddy-Dedi mencapai 42,8 persen, disusul Ridwan-Uu dengan 39,9 persen. Sedangkan elektabilitas Sudrajat-Syaikhu dan Hasanuddin-Anton hanya satu digit.

Bahkan hasil sigi Charta Politika pada akhir Mei lalu memperlihatkan Sudrajat-Syaikhu tak begitu dikenal penduduk Jawa Barat. Popularitas keduanya tak lebih dari 40 persen. Sedangkan Ridwan dan Deddy Mizwar memiliki popularitas lebih dari 80 persen. Ridwan dan Deddy kemudian bergantian menempati posisi pertama. Posisi ini bertahan hingga awal Juni lalu. Berbagai hasil riset menunjukkan pendukung PKS dan Gerindra juga mendukung Ridwan dan Deddy. "Tak sampai sebulan sebelum pencoblosan, tiba-tiba ada perubahan luar biasa," ujar Direktur Program Saiful Mujani Research and Consulting Sirojudin Abbas.

Sirojudin dan Burhanuddin Muhtadi meyakini kenaikan suara Sudrajat-Syaikhu terutama dipengaruhi gerakan #2019GantiPresiden, yang bergulir sejak pertengahan April lalu. "Gerakan ini mampu membawa pulang kembali suara pemilih PKS dan Gerindra," kata Burhanuddin. Pada 2014, Jawa Barat merupakan basis suara pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, yang juga diusung PKS dan Gerindra, dua partai yang kini menjadi oposisi. Sedangkan tiga pasang calon lain didukung partai koalisi pendukung pemerintah.

Faktor slogan ini juga diakui Dedi Mulyadi. Dia sudah mencium tanda-tanda kekalahan sejak Sudrajat-Syaikhu memamerkan kaus bertulisan "#2018AsyikMenang, #2019GantiPresiden" dalam debat kedua, pertengahan Mei lalu. "Sejak debat kedua, survei internal menunjukkan elektabilitas kami terus melorot," ujar Dedi.

Dia merasa paling dirugikan akibat slogan "ganti presiden". Sebab, sebagian pemilih Deddy Mizwar adalah pendukung PKS. Dalam pemilihan gubernur 2013, Deddy menjadi calon wakil gubernur berpasangan dengan Ahmad Heryawan, yang didukung PKS. Dedi Mulyadi mencontohkan, di TPS tempat Deddy Mizwar mencoblos di Jatiwaringin Asri, Pondok Gede, Bekasi, perolehan suara mereka hanya berada di posisi ketiga. Pasangan ini cuma menang di wilayah Subang, Purwakarta, dan Karawang, yang merupakan basis pemilih Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta 2008-2018.

PKS pun mampu merebut kembali daerah yang menjadi basis massa partai itu, seperti Depok, Kota Bekasi, dan Kota Bogor. Mardani Ali Sera mengatakan, di kawasan itu, kader partainya berjuang habis-habisan menggelorakan slogan #2019GantiPresiden. Total sekitar 100 ribu spanduk bertulisan "2018 Asyik menang, 2019 ganti presiden" disebarkan ke seantero Jawa Barat pada Ramadan lalu. Mardani mengklaim biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan spanduk dan kegiatan kampanye hanya sekitar Rp 7 miliar.

Meski "serangan" tersebut masif, Mardani menganggap partai pendukung Sudrajat-Syaikhu terlambat bekerja. Salah satu kendalanya adalah biaya kampanye yang lamban turun sehingga mesin partai sulit bekerja. "Kalau diberi waktu tambahan dua pekan, Asyik pasti menang," ujar Mardani.

Pramono, Raymundus Rikang, Wayan Agus Purnomo (Jakarta), Adi Warsono (Bekasi), Ahmad Fikri, Aminuddin (Bandung)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus