Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Putri mahkota kerajaan playboy

Christie hefner, ditunjuk sebagai manager untuk membenahi management perusahaan "playboy enterprises inc", yang mulai mundur. (sel)

23 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKISAH ada sebuah kerajaan. Sang raja benar-benar hidup menurut pola Kisah 1001 Malam: istana dengan puluhan kamar, anggur berguci-guci, dan para bidadari yang berenang-renang dalam kolam remang-remang. Hanya berenang-renang? O, tidak. Ada yang lain, tentunya. Sang Raja bernama Hugh Hefner. Ia Ketua Dewan Direksi, Direktur, dan pemilik (66%) Playboy Enterprises Inc. yang berpangkalan di Chicaco, AS. Penerbit majalah ternama Playboy ini, dan pemilik sejumlah kasino dan hotel mewah, memang tokoh sukses, setidaknya menurut ukuran sana. Tapi kini lampu merah, minimal lampu kuning, mulai menyala. Agustus lalu Playboy Enterprises Inc. dinyatakan rugi US$ 30 ribu untuk 9 bulan terakhir. Dalam rupiah hampir 19 juta. Dan ini baru permulaan. Seorang gadis cantik berambut cokelat dan tinggi lenjang, tiba-tiba berdiri di hadapan Hefner. Piaraannya? Bukan. "Gadis itu langsung saja mengoreksi Hefner -- perbuatan yang tak pernah dilakukan seorang pun sebelumnya," tulis Shawn Tully dalam majalah Fortune. Marahkah sang bos? Hefner justru terkesan. Si brunette itu anaknya sendiri." Dan seperti yang lumrah terjadi dalam regenerasi kerajaan, Christie Ann Hefner pun menjadi putri mahkota. Dan memang cewek cakep 29 tahun itu pantas sekali menduduki jabatan tersebut. Sebab, "ia tak mirip ayahnya dalam banyak hal," menurut Tully. Mewarisi kecerdasan sang ayah, di Universitas Brandeis Christie tidak hanya terkenal karena cantik. Tapi juga cemerlang dalam hal otak. Ia lulus summa cum laude, 1974. Memang, untuk menjadi manajer tidak cukup hanya pintar, tapi juga bakat dagang. Dan itu pun diwarisinya dari Hefner --"yang jarang terjadi pada kalangan entrepreneur," tulis Tully. Tapi yang lebih penting adalah, sekali lagi, perbedaan-perbedaan antara mereka. KONON Christie punya semangat menggali fakta dan mengolahnya, dalam rangka merombak struktur organisasi bagi kemajuan usaha Bertolak-belakang dengan 'Hef', sang putri menaruh minat pada neraca perusahaan, senang bekerja siang hari, sementara si ayah yang suka bergadang mungkin masih mendengkur. Ia juga suka berteman dengan semua kalangan dan jenis kelamin, sementara Hefner hanya senang bergaul dengan cewek. Perusahaan Playboy, yang memiliki putaran US$ 389 juta pada 1981, menderita rugi besar setelah dua kali memperoleh keuntungan besar akhir tahun sebelumnya. Itulah yang membuat sejumlah kasino mereka di Inggris terpaksa dijual, kemudian juga yang di Atlantic City. Untung, Playboy masih memiliki usaha menguntungkan di dua bidang, menurut Tully. Pertama di majalah Playboy. Dan yang lain di bidang pemasaran barang-barang berlabel 'Playboy', termasuk penyewaan merk yang sama untuk jenis produksi tertentu. Mengikuti penjualan kasino-kasino di Inggris dan pelbagai jenis usaha lain, mereka berhasil melunasi utang-utang, dan kini memiliki uang kontan US$ 32 juta. Kini Christie, yang sebenarnya tak pernah punya pendidikan formal di bidang bisnis, mengontrol ketat perusahaan, ia berharap mampu mencetak pendapatan kotor US$ 10 juta tahun ini, setelah setahun sebelumnya merugi US$ 40 juta--dan percaya akan dapat menutup kerugian itu dengan strategi yang sederhana dan luwes. Yaitu dengan memberi lebih banyak kebebasan kepada para manajernya, memperkecil overhead perusahaan, dan menghimpun setiap sen pendapatan dalam bentuk kontan. Sebagai Presdir, Tuan Hefner masih penentu final kebijaksanaan. Tapi hasratnya untuk memakai palu kekuasaan sering tertahan oleh kesalahan-kesalahannya sendiri di masa lalu. Dan kini, "tanpa kesulitan yang berarti, Hefner mewariskan pengelolaan perusahaan kepada Christie. Gadis ini mulai berfungsi sebagai pimpinan eksekutif yang de facto. "Kesulitan-kesulitan yang diderita Playboy belakangan itu dibikin sendiri oleh pencipta majalah Playboy dan penelur sejumlah sukses cemerlang ini," tulis pengarang yang sama. Hugh Hefner, dulu, konon menjual perabotan rumah tangganya guna membiayai pengeluaran awal Payboy, 1953. Ketika untung mulai masuk, ia menanamkannya di pelbagai pusat pelayanan dan hiburan bagi kaum berdarah muda (bandot-bandot), dalam bentuk penyewaan hotel-hotel, gedung-gedung bioskop, rekaman dan sedan-sedan limousine. Belakangan, setelah Inggris melegalisasikan judi, Hefner mempertaruhkan hidupnya dengan membuka sejumlah kasino di sana. "Masa depan tampaknya cemerlang," Tully menulis. Tapi kemunduran dimulai ketika oplah majalah beringsut merosot. Pada pertengahan 1970-an, sirkulasi Playboy menderita dalam 'perang pinggul' lawan majalah Penthouse--pesaing tangguh yang didirikan oleh Bob Guccione. Berbagai kegiatan Playboy lainnya ikut-ikutan memburuk. Usaha-usaha dibidang perhotelan, bioskop dan produksi TV secara keseluruhan merugi sebesar US$ 11,6 juta pada 1975 dan 1976. Kemerosotan mewabah ke mana-mana. Banyak di antara usaha Playboy memiliki sistem akunting yang jelek filing SEC-nya sering ketinggalan Audit tahunan memerlukan waktu tiga bulan ketimbang enam minggu di kebanyakan perusahaan. Gaya manajemen Hefner yang ganjil, menyebabkan Playboy berjalan terseot-seot dan semerawut. Seorang editor berbakat mengakui, "bisnisnya tidak merangsangku". Tugasnya adalah: menata dekor klub-klub Playboy dan mengawasi tatamuka dan tatacetak Playboy. Pada hari-hari awalnya, Hefner--memakai piyama, mengisap pipa dan minum Pepsi Cola--mengawasi rapat para manajer yang berlangsung dari tengah malam hingga pagi esoknya. Bahkan dengan keuntungan besar dari meja judi, Playboy hanya mampu menutupi ongkos pada tahun fiskal 1975. Akhirnya Hefner sendiri menyadari: sudah masanya mencari seorang Dirut yang mampu membenahi perusahaan dan menimba untung. Dan ia menengok ke luar. Lalu merekrut Derick January Daniels, wakil presiden direktur perusahaan surat kabar Knight Ridder. Si Daniels itu mengembangkan profesionalismenya dengan selera setengah binal yang bahkan untuk Playboy terasa ekstrim. Caranya berpakaian urakan--juga jika hendak menghadap bankir. Misalnya: celana kulit tambah loafer (sepatu tak bertali), tanpa kaus kaki. Dan minum kopi 30 gelas sehari. Ia wartawan yang laporannya tergantung pada rilis humas, dengan suntingan ala kadarnya. Ketika mengambil alih tugas Hefner pada 1976, Daniels buru-buru membenahi staf organisasi Playboy yang membengkak. Ia memecat sekitar 100 pegawai. Dia dan Hefner melepaskan beberapa bidang usaha yang tidak menguntungkan, termasuk usaha bisnis dan bioskop. Terbukti itu membantu Playboy memperoleh pemasukan uang yang lumayan, pada 1977. Malah oplah majalah kembali melonjak. Pendapatan dari judi turut mendukung pemakmuran kembali. Sejak 1976 sampai 1981, kasino-kasino Inggris menghimpun US$ 130 juta. "Dibanjiri uang, Playboy mengabaikan pelajaran masa lalu," tulis Tully. Dari keuntungan judi itulah berasal subsidi untuk proyek-proyek rugi: penerbitan buku, hotel-hotel tetirah, dan Oui. Oui adalah majalah yang diterbikan untuk menyaingi Penthouse yang cabul. Staf perusahaan kembali membengkak. Sebagian karena SEC memerintahkan Playboy menaikkan auditing-nya--untuk mencegah penyalahgunaan pemakaian berbagai mansion (rumah besar), apartemen, dan berbagai sarana kemewahan yang disubsidi lainnya, oleh para eksekutif. Tidak hanya itu. Si urakan Daniels juga merekrut sejumlah besar staf untuk mendukung gaya manajemennya. Setelah awal peragaan keagresifannya, sejumlah eksekutif Playboy mengatakan: Daniels mulai menarik garis dan memerintah melalui sebarisan opsir yang terpilih. Mereka mengeluh sulit bertemu dengan sang President. "Keputusan turun ke bawah secara lamban," kata mereka. Sebuah grup konsultan melaporkan, orang-orangnya yang menjalankan tugas ternyata diabaikan. Daniels menekankan agar divisi-divisi menyerahkan bujet tahunan untuk pengeluaran pokok. Dan para staf tidak melayaninya sampai separuh dari tahun fiskal. Tahun fiskal 1979 sampai 1982, overhead perusahaan berlipat sampai sekitar dua kali--menjadi US$ 22 juta. Berkata Hefner: "Derick menguranginya (overhead), kemudian mengembalikannya lagi. Dan Daniels, terbuai oleh mwsik manis di meja judi, cuma mengangkat bahu. "Ketika aku mengambil alih, di Playboy tak ada apa-apa kecuali kelumpuhan," katanya anteng. "Aku memang bukan si manis muka atau sang peramah." Tapi menurut dia, tindakannya dalam struktur manajemen dan mengumpulkan para wiraswasta dalam organisasi Playboy itulah yang menimbulkan amarah orang. Hefner sebenarnya enggan menjual usaha-usahanya yang merugi. Misalnya kasus Great Gorge, hotel tetirah yang memerlukan US$ 35,5 juta untuk membangunnya--dua kali dari yang dirancangkan semula. Terletak di kawasan hutan lengang New Jersey Barat, hotel yang bersuasana istana dongengan ini benar-benar sepi kekurangan langganan. Ketamuan rata-rata per tahun di bawah 70% itu berakibat kegurian sekitar US$ 2 juta. Para eksekutif puncak ingin menjual perabotannya. Tapi Hefner melalui hembusan cangklongnya malah mengusulkan penambahan klub sauna atau mulai lagi mencoba mengadakan promosi penuh iming-iming. Toh yang dilakukan Hefner akhirnya: Great Gorge dilego. Terpaksa. Dan sekali lagi usaha judi berhasil menutupi kemalangan di bidang lain. Tapi tak lama, keuntungan dari sektor ini juga mulai terancam. Kasino-kasino di Inggris dioperasikan bagai 'negeri taklukan' di bawah kontrol markas besarnya di Chicago. Yang menjadi kambing hitam kerugian rumah-rumah judi di negeri Tante Thatcher ini adalah: peraturan sana di bidang perjudian, yang mengharuskan pengelolaan tempat judi berada di bawah sebuah dewan pengawas Iggris. Agaknya semacam "alih teknologi judi". Dan orang yang akhirnya ditugasi untuk itu terbilang wiraswasta yang bernafsu mengelola usaha menurut selera perutnya sendiri, menurut yang empunya cerita. Dialah Victor Lownes, 54 tahun adalah sobat lama Hefner Ia ini promotor cemeerlang yang mengundang penjudi-penjudi Arab pada saat yang lainnya menolak. Di pertengahan 1970-an, para sheikh membalas keramah-tamahan Lownes dengan ngeriung di sekitar meja judinya, mempertaruhkan petrodollar mereka. Lownes segera menjadi 'Hefner Eropa', menggayakan diri sebagai tukang foya-foya yang mapan. Tongkrongannya memang boleh: tampan, bercambang, dengan topi bowler singit di kepala. Kelahiran Buffalo, Negara Bagian New York, AS, si Victor ini senang menuntun anjing hias, tinggal direalestate Hertfordshire, gulang-galing dengan para sheikh Arab dan earl Inggris, membumbui percakapannya dengan bloody dan smashing. Playboy menggajinya US$ 580 ribu setahun--hampir Rp 423 juta, pada 1979--menyamai gaji Hefner, dan ter masuk top di antara para eksekutif Inggris menurut Guinness Book of World Records. Tapi Lownes ternyata jagoan pemberontak, dan tampaknya senang memainkan peranan itu. Dengan rasa tersinggung, dibiarkannya Daniels menempatkan seorang akuntan baru dan pengacara di Inggris yang menyiapkan Laporan keuangan untuk Markas Besar. Tapi ia menolak penanganan rencana studi staf klubnya yang setebal 250 halaman. Dalam rapat dengan eksekutif puncak dari Chicago, sambil dengar angkuh keluar dari ruangan, ia berseru lantam: "Semua kontrol dan birokrat ini, seperti tragedi Yunani yang bertengkar sesama sendiri." Utak-atik terhadap overhead dianggapnya sebagai "mengencingi pendapatanku". Bagaimanapun Lownes dan Daniels sukses mengembangkan kerjasama pada sejumlah proyek--termasuk proyek kasino Atlantic City. Namun bersamaan dengan itu mereka saling mengintai bagai kucing dan anjing. Dan Lownes terbukti berada di pihak kalah dalam berpacu dengan Daniels ketika memperebutkan kursi presdir. Saling kasak dan saling kusuk terjadi. Lownes, misalnya, yang perlente da!am busana Savile Row, sering mengeJek cara berpakaian Daniels yang norse-norak. Di meja rapat, Lownes bahkan mempergunjingkan Daniels-di depan dan di belakang punggungnya. Yang berada di bawah divisi pimpinan Lownes tidak hanya kasino-kasino. Juga proyek-proyek yang merugi. Misalnya klub-klub, dan hotel-hotel tetirah yahg rata-rata metugi US$ 3 juta setahun. Percaya bahwa Lownes tidak mempedulikan kerugian di sektor hotel dan klub, Hefner jengkel pada Daniels yang tidak memecat Lownes. Tapi Hefner sendiri sering gagal mendukung Daniels dalam konfrontasi dengan Lownes. Sekali pernah Daniels mencoba memecat staf puncak Lownes, Daniel Stone, karena tak mengindahkan perintah menutup mulut kepada wartawan. Tapi Lownes menghardik Daniels: "Ia bekerja padaku, bukan padamu!" lantas mengeluhkannya kepada Hefner. Juga kepada Christie-Stone sendiri yang menemuinya. Hefner sebenarnya menolak melangkahi para direkturnya, dan karena itu meminta Daniels "Menangani situasi sedarlt-dapatnya. Daniels akhirnya tetap mempekerjakan Stone, tapi memotong gajinya. Dan sebulan kemudian, Lownes menaikkannya kembali. Kekacauan dan kekisruhan manajemen itu mengarah pada kejutan-kejutan di markas besar. Tahun 1979 Lownes mengoceh kepada pejabat perjudian Inggris, dalam suatu kesempatan pengurusan izin. Ia mengeluh tentang Ladbroke Group Ltd., pengelola persaingannya, yang secara ilegal memikat 'tukang-tukang kocok dadu' yang cakap keluar dari Playboy. Tindakan Lownes itu cukup mengagetkan Chicago. Akibatnya, memang, Ladbroke kehilangan izin perjudiannya. Tapi kemudian membalas dendam dengan menyingkapkan kesalahan dan kecurangan yang diperbuat Playboy ke hadapan hamba wet. Dan benar: awal tahun lalu, gerebek dan yang dilakukan polisi di kasino-kasino Playboy London berhasil membongkar pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan perjudian Inggris itu. Yaitu, terutama, memberikan potongan terhadap utang-utang judi, dan menerima cek dari langganan yang tidak dipertanggungjawabkan validitasnya. Dalam rapat Direksi Playboy akhir Maret lalu, Lownes mencoba meyakinkan para direktur bahwa tidak ada hal yang gawat. "Percayalah," katanya. Namun guntur menggelegar lagi sebulan kemudian. Para pejabat perjudian Inggris meminta pihak kehakiman menolak pembaruan izin Playboy. Tersengat oleh salah langkah yang diambil Lownes, dan khawatir akan ketidak berhasilan mereka meyakinkan kembali para pejabat bersangkutan, Daniels dan Hefner buru-huru memecatnya. Lownes angkat kaki pada hari Jumat, 17 April. Tapi peristiwanya tidak berhenti sampai di situ. Para pejabat Inggris berhasil membuktikan hal ini: Pelanggaran sebenarnya tidak dilakukan oleh perwakilan Inggris, tetapi oleh manajemen Chicago. Dan akhir Oktober kemarin Kehakiman London menindak Playboy. Apa daya: perusahaan itu akhirnya menjual usaha judinya US$ 31 juta - di bawah harga beberapa bulan sebelumnya. Bagaimanapun, bencana London mengubah citra Playboy. Apa yang terjadi di sana menular ke Atlantic City-dengan diadakannya penelitian izin kash1o di sana. Akhirnya tidak berbeda: Komisi Pengawasan Kasino New Jersey, melalui sidang tertutup, menolakpembaruan izin perusahaan tersebut. Alasan: selama 20 tahun, para pejabat pemerintah yang korup mendapat sogokan dari Playboy sekitar US$ 60 ribu--untuk izin pabrik minuman keras di Negara Bagian New York. Tak syak Playboy kehilangan ruang geraknya. Namun yang punya masih yakin, mereka dapat melego usaha kasinonya paling sedikit US$ 45 juta kepada partnernya, Elsinere Corp Alau menjajakannya di luaran, dipasar bebas. Dengan lenyapnya rezeki dari meja judi, overheod perusahaan yang cukup besar tiba-tiba muncul lebih menggunung. Sehingga awal tahun ini Daniels dan Hefner terpaksa pula melego usaha penerbitannya, dua hotel tetirah (termasuk Great Gorge) dan gedung klub Playboy, untuk jumlah total di atas US$ 50 juta. Christie, saat itu bekerja sebagai penerbit buku petunjuk langganan Playboy, berkata kepada ayahnya: semangat kerja sekarang tidak menggembirakan - dengan satu analisa yang cerdik, bahwa di luar bidang judi "Playboy dalam masa jabatan Daniels akan terus-menerus merugi." Kenyataan Kritis bahwa Daniels selama ini tak mampu membendung kerugian di bidang usaha nonjudi, bagi Hefner ternyata merupakan berita baru. Maka di bulan April Hefner menendang Daniels. Dan petang hari saat meninggalkan Playboy, Daniels memakai jump suit kulit warna putih, mengendarai Mercy putih, dan mereguk champagne dari botol serbet handuk. Tujuannya bukan ke rumah, tapi gedung opera. Bukan main. Kini, bekerja di peranginan rumahnya yang menghadap ke Danau Michigan, Daniels sedang merancang-rancang usaha restoran dan menanam modal di bidang tv dan suratkabar. Saingan lamanya, Lownes, sementara itu baru saja menyelesaikan naskah otobiografinya, Playboy Extraordinary. AKAN halnya Christie sendiri, perjalanannya sebelumnya terbatas pada usaha bisnis kelas dua. Bahkan penampilannya "belum sangat impresif", menurut Tully. Setelah bergabung dengan Playboy di tahun 1975, ia membuka butik yang menjual kombinasi komoditi yang cukup ganjil: kaset rekaman dan pakaian olahraga wanita. Oleh Tully, itu dianggap dagangan butut. Setelah itu ia bekerja pada perusahaan yang mendukung wiraswasta yang ingin membuka usaha penerbitan majalah. Boleh dibilang di situ ia ada meraih sukses. Berhasil mengelola buku penuntun konsumen, yang terbit setengah tahun sekali--satu di bidang busana pria, yang lain barang-barang hiburan elektronik. Disebarkan gratis kepada 900 ribu pelanggan majalah Playboy, dan dijual di kios-kios koran dan majalah, berkala penuntun itu berhasil menarik pemasang iklan yang lumayan. Usaha yang rapuh ini memang turut menyedot keuntungan Playboy, tapi berhasil mendukung citra gagah majalah Playboy sebagai bacaan orang-orang yang punya 'gaya hidup'. Kendati bisa dianggap angin-anginan, tak syak Christie terbilang manajer yang menganut garis serius. Memang ia terlalu banyak omong. Dalam satu rapat para eksekutif, ia pernah menyela dengan umpatan: "Sapi lu" Ramping bagai seorang model, ia bergerak dengan berisiknya dalam ruangan kantor, tak henti-hentinya minum air soda seperti ayahnya minum Pepsi. Tapi kendati tampak kasar, ia hampir menjadi teman semua orang. Ia menyelenggarakan sejumlah pesta untuk menghormati beberapa eksekutif Playboy. Dan ia memiliki segudang lelucon cabul terutama yang berhubungan dengan para bekas gundik ayahnya. Gawat. Kini, kendati titel Presdir tetap pada bapaknya, kenyataannya Christie yang memegang kendali--semacam Presdir pelaksana. Hefner meneruskan Jabatan Ketua Dewan Direksi, dan Christie masih memerlukan pendapatnya dalam pengambilan keputusan yang menentukan. Menilik gaya-gayanya ia akan berhasil. Ia terbilang putri langka yang tidak gentar di bawah cemeti kekuasaan ayah. Ketika masih pegawai biasa saja Christie sudah mampu berbicara kepada dan atas nama ayah--yang tidak setiap anak, apalagi anak perempuan, bisa melakukannya. Keinginan Hefner untuk mempertaruhkan dirinya dengan menempatkan anaknya memang suatu tindakan yang termasuk berani. Sebab Christie akan mewarisi pekerjaan yang cukup berat dan bertindak sebagai pengendali perusahaan--dan untuk itu menerima sekitar 40% pendapatan Playboy. Strategi Christie sekarang adalah mengalihkan kembali kekuasaan, dari staf perusahaan ke pimpinan puncak-yang memang jadi tak keruan pada masa-masa sebelumnya. Ia menganggap perusahaan sebenarnya masih terlalu kecil untuk mempunyai lapisan dan jenjang administrator yang tumpangtindih. Ia menghapuskan kelompok lima orang yang bertindak selaku penganalisa data keuangan divisi-divisi untuk manajemen puncak. Kini giliran divisidivisi bersangkutan sendiri yang harus menjelaskan kepada Christie apa arti angka-angka yang ada pada mereka. Berbeda tajam dengan ayahnya (yang berbulan-bulan menyiksa diri scndiri sebelum memutuskan pemecatan atas seorang anak buahnya), Christie dengan cepat menendang seorang wapresdir yang menangani perizinan, perdagangan dan komunikasi perusahaan. Dan dalam beberapa bulan terakhir ia berhasil mengurangi overhead perusahaan US$ 8 juta setahun--penurunan sekitar 35% dari tahun fiskal 1981. Bisnisnya yang paling menguntungkan masih saja sang 'bendera' majalah Playboy, yang meraih US$ 16 juta keuntungan pada tahun fiskal 1982 dari pemasukan US$ 138 juta. Setelah merosot pada pertengahan 1970-an, sirkulasi Playboy kembali lima juta. Tapi waktu telah berubah: Playboy sudah tak mampu bersaing dengan majalah-majalah porno sebangsa Penthouse, misalnya. Dan penjualan eceran merosot dari 70% menjadi 52%. Memang, gelombang penerimaan dari iklan, bergandengan dengan peningkatan yang berarti di sektor langganan, tetap berhasil mengerek kemunduran pada sektor eceran. Sejak 1977 pemasukan iklan melipat dua--US$ 77 juta. Banyak pemasang advertensi mengangkat jempol atas supremasi Playboy di sektor langganan tetap. "Sebagai bukti ia satu-satunya majalah-penuh-cewek yang pantas sebagai bacaan keluarga dan dipajang di cafe cafe, " begitu konon tanggapan mereka. Majalah itu juga menjual lisensi Playboy pada penerbit-penerbit luar negeri yang ingin nimbrung untung dari daya pikat namanya. Operasi bidang ini, ditangani seorang staf dengan lima eksekutif, berhasil menyodok US$ 3 juta pada tahun fiskal 1982. Playboy mengharuskan penerbit asing mengikuti bentuk dan selera edisi AS--bahwa foto telanjang haruslah "berselera," tasteful. Playboy juga menggaet US$ 4 juta pada tahun fiskal 1982, dari hasil menjajakan produksinya sendiri: kacamata, busana, dan berbagai jenis barang lain dengan logonya yang terkenal. Yang kini masih membikin kepala Crhistie pusing tetap yang dulu-dulu juga: klub-klub--yang berusaha mati-matian agar, untuk sementara ini, pulang pokok saja jadilah. Klub-klub itu dimulai pada 1960-an sebagai klub malam. Tapi kini lebih utama sebagai restoran-restoran yang menyuguhkan makanan sederhana, dengan tamu-tamu setengah baya. Playboy sendiri sebenarnya hanya memiliki lima dari 15 klub yang dikelolanya. Sepuluh yang lain milik sekelompok pemonopoli. Christie ingin membenahi yang 10 biji itu--kalau perlu mengambil alih--dan menjadikannya terutama sebagai rumah makan. Ia juga merencanakan mendirikan klub gaya lama--yang mewah-untuk orang-orang yang ingin menghabiskan waktu malamnya di bawah remang-remang yang asyik. Christie tidak ingin menanam keuntungan di luar perusahaannya sendiri. Tak hendak menghambur-hamburkan uang seperti di masa lalu, misalnya dengan memulai usaha bisnis yang mahal di atas parut-parut lama. "Kami sudah banting setir beberapa kali," katanya. Proyek-proyek 'mercu suar,' Playboy memang sudah pernah menjajalnya. Maka kalau kini mengulanginya, harus benar-benar dengan perhitungan dagang. Untuk usaha di bidang pemancar tv umpamanya, daripada membuang uang menyewa sebuah satelit pemancar sebesar US$ 40 juta, 'kan lebih baik berpatungan dengan perusahaan yang sudah memiliki peralatan itu. Dan yang dipilih ialah Rainbow Programming Service. Dan yang diputar dalam siarannya, versi video bulanan majalah itu sendiri--berikut gambar-gambar yang dirancang Boccacio dan penulis fiksi (semi-) porno lainnya. Lebih sedikit biayanya, lebih besar untungnya. Christie meramalkan US$ 10 juta keuntungan kotor untuk tahun fiskal 1982--dari pemasukan yang oleh Fortune diperkirakan sekitar US$ 250 juta. Ia mengharap dapat meraih keuntungan US$ 21 juta dari penerbitan dan penyewaan merk. Lalu US$ 1 juta dari klub-klub, US$ 6 juta dari bunga, dan sekitar US$ 18 juta dari penciutan overhead (kalau ini juga dihitung) dan dari siaran tv. Pajak dihitungnya juga menciut-sebagian merupakan 'bawaan' tahun lalu. Mengejutkan juga, gambaran pendapatan bersih Playboy mendekati US$ 9 juta. Itu seperti yang didapat perusahaan itu tiga tahun lalu, saat keuntungan dari judi dipergunakan begitu banyaknya untuk mensubsidi proyek-proyek rugi. Namun Christie sendiri masih sering 'bertabrakan' dengan ayahnya. Misalnya, ia masih sulit "menerobos" majalah. Di sana Hefner masih suka 'nongkrong'--walaupun belakangan mengurangi kegiatan menyuntingi Playboy. Tua bangka itu kini lebih menyibukkan diri di studio tv. Rekaman-rekaman siaran tv tertentu diterimanya melalui satelit, dan pesawat penerima itu berdiri di samping lapangan tenisnya. Ia sering menontonnya semalam suntuk, diselingi dengan menonton kaset video dengan cerita favoritnya: Donkey Kong. Crhristie merasa bahwa kehidupan Hef dicemburui kebanyakan bos. Sedang dalam perusahaan "sejumlah eksekutif masih tetap berpura-pura sebagai anggota sebuah kelompok yang teguh seraya meneruskan tidurnya dengan sekretarisnya masing-masing," kata gadis itu. Tapi dengan Christie di kursi pimpinan, Hef kini punya banyak waktu luang untuk menonton Donkey Kong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus