SEDAN BMW biru mencuat dari balik gerbang kediaman Presiden Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta. Raut muka M.A. Rachman di dalam mobil dinas Jaksa Agung itu tampak pekat walau malam belum larut benar. Rabu pekan lalu itu, setelah pagi harinya diperiksa Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara, Rachman mendadak dipanggil Presiden. Dan nasib pejabat kelahiran Madura ini, setelah ihwal rumah gelapnya di Cinere terbongkar, rupanya sudah kelam.
Menurut seorang anggota PDI Perjuangan dan seorang mantan menteri yang dekat dengan Istana, sebuah vonis memang telah dijatuhkan dalam pertemuan itu. Rachman diminta segera mengundurkan diri dari jabatan Jaksa Agung. "Mungkin dalam waktu dekat karena Ibu sudah marah benar," ungkap sumber TEMPO. Kabarnya, Rachman mengiyakan dan berjanji akan segera mengatur pengunduran dirinya.
Tanda-tanda ajal karir Rachman telah terlihat tiga pekan lalu. Ketika itu, tiba-tiba sejumlah petinggi PDIP menyuarakan perlunya Presiden merombak kabinet. Salah satu yang disebut-sebut adalah pos Jaksa Agung. Dalam rapat badan musyawarah yang membahas usul inisiatif pemberhentian Akbar Tandjung sebagai Ketua Dewan beberapa waktu lalu, skandal rumah Cinere juga telah santer digunjingkan anggota Fraksi Banteng Bulat. Saat itu, seorang wakil rakyat yang berkecimpung di bidang hukum dan dikenal bergaul rapat dangan Mega telah berkata begini, "Kali ini nasib kawan itu (maksudnya Rachman—Red.) sudah tamat."
Semula Mega masih kukuh menjaga keutuhan kabinetnya. Tapi belakangan reaksinya berbalik 180 derajat, setelah keintiman hubungan Rachman dengan Suryo Tan, yang menurut sumber di kejaksaan adalah seorang makelar perkara, mulai kencang diekspos. Dan terbongkarnya harta gelap sang Jaksa Agung pun memuncakkan kejengkelan Presiden, yang di banyak forum selalu gembar-gembor bakal menegakkan hukum.
Tapi kabar itu keras dibantah Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Barman Zahir. "Tidak ada alasan harus mundur," katanya. Menurut dia, ini cuma isu kosong. Barman lalu menunjuk pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Pramono Anung sehari setelah Rachman dipanggil, yang menegaskan tak akan ada pergantian kabinet.
Kepastiannya memang masih mesti ditunggu. Tapi nama calon pengganti sudah beredar kencang. Salah satu kandidat terkuat adalah Jaksa Agung Muda Intelijen, Basrief Arief. Peluangnya lebar karena ia disebut-sebut punya hubungan dekat dengan "Mister Presiden", Taufiq Kiemas. Selain itu, kata seorang mantan Jaksa Agung, integritasnya paling lumayan dibandingkan dengan jaksa lainnya.
Basrief juga punya pengalaman cukup. Pernah memimpin tim pemeriksa kasus pelanggaran hak asasi manusia Timor Timur, namanya telah dikenal baik di kalangan dunia internasional. Setelah itu, ia mendapat promosi menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Jakarta. Dan hanya delapan bulan kemudian, ia langsung melesat ke posisi Jaksa Agung Muda Intelijen.
Selain Basrief, nama Wakil Jaksa Agung Fachry Nasution masuk bursa. Secara hierarki, jika benar Rachman bakal mundur, dialah yang berada di urutan terdepan untuk naik. Fachry lama malang-melintang di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan sebelum ditarik ke Jakarta. Setelah satu setengah tahun lebih menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi Jakarta, ia pun masuk Gedung Bundar sebagai Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus. Di masanyalah penyidikan kasus Bulog jilid kedua mulai digulirkan.
Rachman dan siapa pun boleh cemas berharap, Presiden Megawatilah yang akan menentukan.
Rommy Fibri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini