Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Gemerlap Harta Pak Mang

Begitu menjadi Jaksa Agung, Rachman serempak membangun tiga rumah mewah di Cinere, Bekasi, dan Madura.

13 Oktober 2002 | 00.00 WIB

Gemerlap Harta Pak Mang
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
RUMAH megah itu mestinya jadi tempat tinggal yang nyaman. Terletak di sebidang tanah 825 meter persegi di Blok E2 Nomor 11 Graha Cinere, Depok, bangunannya berlantai dua dengan luas 1.300 meter persegi. Kamarnya saja ada delapan. Menurut Soekotjo Soeparto, anggota Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara yang pernah datang menelisik ke dalam, salah satu bilik utamanya bahkan berukuran 10 x 12 meter—kira-kira satu setengah kali luas lapangan badminton. Di dalam situ, penghuninya niscaya bisa tidur berguling-guling ke mana pun dia suka. Dan tak cuma itu keistimewaan rumah nan mewah ini. Di beranda belakang tersedia sebuah kolam renang berair biru yang mampu mengusir sinar matahari seterik apa pun. Di lantai atas pun ada teras yang cukup luas untuk melamun di usia pensiun. Belum lagi sebuah garasi yang sanggup memuat empat mobil sekaligus. Ketika membangunnya, Jaksa Agung M.A. Rachman, si empunya, pasti tak menyangka rumah impiannya bakal jadi perkara yang menjegalnya di puncak karir. Sebagaimana diketahui, lantaran tak tercantum dalam laporan kekayaan, bangunan yang harganya ditaksir sekitar Rp 1,8 miliar itu kini ramai dipersoalkan dan nyaris membuat ia terjungkal dari kursinya. Entah kenapa Rachman tak menyertakan gedung itu dalam laporan. Sebelumnya, kepada Komisi Pemeriksa, ia mengaku punya enam unit rumah (lihat tabel). Dua di Sumenep, satu di Surabaya dan Sidoarjo, serta dua lainnya di Bekasi. Yang menarik, beberapa di antaranya baru direnovasi setelah ia naik ke puncak Gedung Bundar Kejaksaan. Sejak dilantik menjadi Jaksa Agung, Rachman tinggal di dua tempat. Selain di rumah dinas di Jalan Denpasar Raya, Kuningan, Jakarta, ia dan istri sesekali tinggal di sebuah rumah lain di Kompleks Taman Villa Baru, Bekasi Selatan. Dibanding yang di Cinere, ukuran rumah di Bekasi ini lebih kecil. Luas kaplingnya sekitar 350 meter persegi. Menurut taksiran, tanahnya saja laku dijual sedikitnya Rp 350 juta. Dalam laporan, Rachman mengaku membeli tanah itu dua tahun lalu. Tampak mencolok di sudut halaman, sebuah sangkar burung besar mengurung beo berbagai jenis. "Pak Jaksa penggemar berat burung," kata seorang petugas jaga di situ. Kini, bangunan lama telah rata dengan tanah. Bukan karena terkena peluru kendali yang nyasar. Rumah itu rupanya sedang dibangun kembali. Sebagai gantinya, akan didirikan sebuah bangunan berlantai dua dengan empat kamar. Proyek baru saja dimulai sekitar Agustus lalu dan direncanakan selesai Februari 2003. "Biaya pembangunannya bisa mencapai semiliar rupiah," kata seorang mandor di situ. Menurut seorang anggota Komisi Pemeriksa, ada kesaksian bahwa proyek renovasi besar-besaran ini dipimpin seorang bernama Sudjana. Tak lain, ia mengaku bekerja di kantor Suryo Tan, yang disebut-sebut kalangan Kejaksaan Agung sebagai makelar perkara. Yang menarik, di luar pagar tampak parkir sebuah sedan Peugeot 206 biru metalik keluaran tahun 2002. Menurut penjaga di situ, mobil mentereng itu, "kepunyaan Panca, putra bungsu Pak Rachman yang masih kuliah di Universitas Pancasila." Ini juga harta yang belum dilaporkan Rachman. Di Pulau Garam, salah satu rumah Rachman terletak di Jalan K.H. Mansyur 63, Sumenep, persis di sebelah kantor kejaksaan negeri setempat. Bangunan ini baru saja total dipermak. Menurut Edy Sudrajat, kerabat Rachman dan pegawai kejaksaan Sumenep, renovasi dirampungkan enam bulan lalu. Sebelumnya, ini bangunan sederhana model rumah pejabat di tahun 1970-an. Baru setelah dirombak awal tahun lalu, gedung tua milik Pak Mang—begitu Rachman disapa di Madura—jadi keren mentereng. Cuma, bagaimana hal-ihwalnya dan dari mana dana mengalir masihlah gelap. Kadirun, Kepala Kejaksaan Sumenep yang ternyata juga adik kandung Rachman, menolak berkomentar. "Jangan kaitkan saya dengan permasalahan dia (Rachman)," katanya. Koleksi Rachman tersebar sampai ke Surabaya. Di kota ini, rumahnya terletak di Jalan Rungkut Mapan Selatan. Tampak tak berpenghuni dan kotor tak terurus, sebuah lampu 40 watt di terasnya terus menyala sepanjang hari. Menurut satpam dan para penghuni di sekitar situ, sejak dibangun rumah ini terus dibiarkan kosong. Punya rumah sebanyak itu, Rachman memang seorang miliarder. Ia melapor memiliki harta senilai Rp 2,1 miliar plus US$ 29.600. Yang menarik, sebagian besar di antara giro dan uang tunai yang disimpannya, Rp 361 juta dan US$ 16.600, dicatatkan berasal dari hibah. Dan ini "hebatnya": kepada tim pemeriksa, Rachman mengaku deposito itu berasal dari ucapan terima kasih pengusaha Jawa Timur yang pernah ditolongnya. Kata dia, duit itu tak ada hubungannya dengan bisnis perkara. Tapi, siapa sang sinterklas dan dalam urusan apa fulus dikucurkan, Rachman tak bersedia menjelaskan. Komisi Pemeriksa memang belum berani menyimpulkan apakah duit itu masuk kategori suap atau bukan. Cuma, kata Petrus Salestinus, anggota Komisi Pemeriksa, mereka terus menelisik hal-ihwal deposito dan giro milik Rachman. Apalagi dalam transaksi tanah di Cinere juga ditemukan sejumlah pembayaran lewat cek dan giro yang masih misterius asal-muasalnya. Buat Barman Zahir, juru bicara Kejaksaan Agung, tak ada yang aneh dengan segunung kekayaan bosnya itu. Menurut dia wajar kalau jaksa sesenior Rachman, yang telah berkarir selama 35 tahun, punya harta sebegitu banyak. Itu buat Barman. Untuk banyak orang, kata Petrus lagi, duit sebanyak itu jelas menyemaikan tanda tanya. Soalnya sederhana saja. Ketika memasukkan data kekayaannya, Rachman masih menjabat Jaksa Agung Muda dengan gaji Rp 5,9 juta sebulan. Jika dihitung dengan rumus matematika biasa, bahkan jika ia terus berpuasa, tak pernah sakit, dan tak pergi berbelanja, jumlah penghasilannya rasanya tak mungkin "se-nauzubillah" itu. Nezar Patria, Kukuh S. Wibowo (Surabaya), Sunudyantoro (Madura)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus