Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warnanya putih, teksturnya seperti tepung. Tidak berasa, tak berbau. Daya bunuhnya jangan ditanya. Karena itu, racun tersebut, arsenik, dijuluki "raja segala racun". Tapi zat ini juga disebut "racun para raja" karena pernah populer dipakai untuk membunuh penguasa.
Munir bukan raja. Namun, menjelang subuh, di langit Eropa, racun itu menghabisinya. Arseniknya bisa segera diidentifikasi, tapi tidak detialnya: komposisi kimia, dosis, dan kapan racun itu diberikan. Beruntung ada I Made Agus Gelgel Wirasuta, ahli forensik racun Universitas Udayana. Ia memberi roh pada data yang digali dari tujuh sampel bahan yang diambil dari tubuh Munir, yang dibaca di Laboratorium Toxicology Applied Speciation and Consulting LLC, Seattle, Amerika Serikat.
Gelgel memastikan arsenik itu campuran 83 persen arsen trioksida dan 17 persen arsen pentoksida. Arsen trioksida ditemukan pada sampel cairan usus, empedu, darah jantung, hati, otak, dan cairan lensa mata. Arsen pentoksida ditemukan pada semua sampel itu dan dalam urine. Ia kesulitan menghitung dosisnya, tapi menemukan cara untuk menghitung waktu masuk racun itu, yakni delapan-sembilan jam sebelum kematian. Ini saat pembela hak asasi manusia itu transit di Bandar Udara Changi.
Munir Said Thalib
Tempat dan tanggal lahir: Malang, 8 Desember 1965
Pendidikan: Sarjana Hukum Universitas Brawijaya (1990)
Jabatan: Direktur Eksekutif Imparsial
Penghargaan:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo