TUMINI ingin dagangannya laris. Sebagai pedagang kecil yang hanya jualan tauge, tentu tak terpikir olehnya untuk mengambil kursus manajemen pemasaran. Kiat untuk mendongkrak omset jualannya sederhana saja. Pergi ke dukun. Nah, pertengahan September lalu, berangkatlah Tumini ke rumah Ali Sukiran, 60 tahun, dukun sakti yang bermukim di Desa Kutuk, Kudus, Jawa Tengah. Warga Kelurahan Tandang, Semarang Timur, itu tak sendirian menemui sang dukun. Ia ditemani rekan seprofesinya: Partinah, Parti, dan Norsiah. Setelah menempuh puluhan kilometer, ketemulah mereka dengan Ali Sukiran. Ali menyebutkan soal melariskan dagangan adalah soal kecil. Sepele. Sebagaimana lazimnya ilmu perdukunan, tentu saja ada syaratnya. Dan syarat yang diajukan Ali cukup gampang. Mereka diwajibkan ziarah ke makam Anglingdarmo dan diteruskan mandi kungkum (berendam) di Gua Grenjeng di kawasan perbukitan kapur di Desa Mrawat, Pati. Gua Grenjeng itu konon petilasan Pikulun Naga Raja -- guru Anglingdarmo. Apalah sulitnya kalau syaratnya cuma itu. Rombongan kecil itu pun berangkat ke Gua Grenjeng disertai Ali Sukiran dengan menumpang ojek. Sampai di tempat sasaran, syaratnya bertambah lagi. Mereka diharuskan telanjang bulat untuk masuk gua. Lagi-lagi, syarat itu tak jadi soal. Beriringan mereka masuk gua yang sempit dan gelap. Di dasar gua, wanita-wanita itu mandi. Yang memandikan adalah Pak Dukun Ali. Sebagai manusia normal, Ali kabarnya nafsu juga. Tapi, syukur tak ada cerita cabul-cabulan. Semuanya berakhir selamat, kecuali.... Lho, ke mana Tumini? Ketika semuanya keluar dari gua, Tumini tak ikut serta. Ia dicari lagi ke dalam. Tak ada. Tumini raib misterius. Rekan Tumini pun jadi kalut. Hilangnya Tumini menjadi berita yang segera menyebar. Polisi pun turun tangan. Bahkan Tim SAR Polda Ja-Teng dikerahkan mencari jejak Tumini. Tapi hasilnya nihil. Tokoh paranormal juga dikerahkan. Salah satunya Nyonya Alti Umi Chalifah. Ia bersemadi di dalam gua. Di hari ketiga ia konon dikagetkan suara, "Jangan dijemput dulu. Ia baru masak." Lantas juru kunci gua, Sudirman, meminta Sri Lestari, tetangga Tumini, agar masuk ke gua. Setengah jam kemudian Lestari keluar sembari menangis. "Saya melihat Tumini, tapi saya ajak keluar ndak mau," kata Lestari kepada Bandelan Amarudin dari TEMPO. Tumini tetap saja belum ditemukan sampai kini. Namun, kisah Tumini sempat membuat Bupati Pati, Saoedji, sewot. "Pasti ada dalangnya. Sekaligus ada suatu rencana agar kejadian itu makin membesar," kata Saoedji di depan rapat dinas, 27 Oktober lalu. Tak jelas apa yang dimaksudkan Pak Bupati. Yang sudah jelas adalah Gua Grenjeng itu semakin banyak didatangi orang yang ingin mendengarkan kisah hilangnya Tumini. Gua itu naga-naganya bisa jadi obyek pariwisata. Tapi, ke mana Tumini? Budiono Darsono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini