Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada suatu malam, bulan Januari 1980. Berdesakan dalam sebuah ruang tamu yang mungil, beberapa orang mengitari seorang pria yang tegak dengan Alkitab di tangan. Dia menguraikan isi kitab, meladeni tanya-jawab, lalu memimpin ibadat malam. Seusai acara, kumpulan kecil manusia itu saling mencurahkan kesulitan hidup, berbarter pengalaman, dan bertukar kabar sehari-hari. Ini memang peribadatan biasa, lazim dilakukan jemaat Kristen di mana pun. Tapi, bagi komunitas Kristen Indonesia di Melbourne, kumpul-kumpul di atas sesungguhnya lebih dari sekadar persekutuan doa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo