Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Pemimpin Front Pembela Islam atau FPI, Rizieq Shihab, mengaku sudah menonton film dokumenter Dirty Vote. “Oh, ya sudah,” kata dia Tempat Pemungutan Suara 47, Jalan Petamburan IV, Jakarta Pusat usai mencoblos.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film Dirty Vote mengungkap soal dugaan kecurangan pemilihan umum atau Pemilu 2024. Baru sehari rilis, pada Ahad, 11 Februari 2024, film itu sudah ditonton lebih dari 3 juta kali. Film itu kemudian menjadi perbincangan publik, khususnya masyarakat Indonesia yang 3 hari berikutnya akan menghadapi Pemilu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Indonesia atau DPP Foksi bahkan melaporkan sutradara Dandy Laksono dan tiga pakar ahli hukum tata negara yang ada di film tersebut ke polisi. Laporan itu dilayangkan ke Mabes Polri dengan terlapor Zainal Arifin Mochtar, Feri Amsari, Bivitri Susanti, serta Dandhy Laksono.
Rizieq merasa prihatin dengan adanya peristiwa pelaporan tersebut. ”Itu satu keprihatinan kita semua dan saya juga menyesalkan sekali kalau ada pihak-pihak yang melaporkan itu,” kata dia.
Menurut Rizieq, masyarakat Indonesia dapat menyampaikan pendapatnya karena tinggal di negara yang menujunjung nilai demokrasi. “Negara demokrasi kan orang boleh berpendapat selama pendapatnya itu didukung dengan data,”
Ia juga tak mempertanyakan tentang status para ahli tata negara yang menjadi aktor dalam film tersebut. Menurutnya, ketiga ahli hukum itu memiliki data, lalu merangkum, dan menyampaikan ke masyarakat.
Rizieq tak menampik adanya persepsi yang beragam dari masyarakat, tapi ia mengingatkan agar masyarakat tetap saling menghargai. “Wajib kita hargai, apa yang sudah disampaikan oleh mereka-mereka yang terlibat dalam film tersebut,” ucapnya.