Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kembali Lengang Lorong Rumah Sakit

Rumah sakit rujukan Covid-19 mulai membuka lagi layanan untuk pasien umum. Tenda darurat sudah dibongkar sejak awal Agustus lalu.

27 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Tenaga Medis merawat pasien Covid-19 di RSUD Kramat Jati, Jakarta, 26 Agustus 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis
Perbesar
Tenaga Medis merawat pasien Covid-19 di RSUD Kramat Jati, Jakarta, 26 Agustus 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Rumah sakit mulai mengurangi jumlah tempat tidur di bangsal isolasi dan ruang perawatan intensif.

  • RSUD Cengkareng mulai membuka lagi pelayanan bagi pasien umum.

  • Saat ini tingkat keterisian tempat tidur bangsal isolasi hanya 19 persen dan ruang ICU 39 persen.

JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan izin kepada rumah sakit untuk mengurangi daya tampung bangsal isolasi dan ruang perawatan intensif (ICU) bagi pasien Covid-19. Pengurangan ini dilakukan setelah grafik penanganan pagebluk corona semakin baik dengan penurunan jumlah kasus harian yang cukup signifikan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kepala Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Weningtyas Purnomorini, mengatakan penurunan jumlah kasus itu berdampak pada tingkat keterisian ruang perawatan di 140 rumah sakit rujukan. Hingga 25 Agustus lalu, bed occupancy rate (BOR) bangsal isolasi merosot hingga 19 persen dan ICU 39 persen. “Tenda-tenda darurat (untuk pasien) sudah dibongkar,” kata dia, kemarin. “Antrean pasien di lorong dan IGD rumah sakit juga tak ada lagi. Masa-masa mencekam sudah dilewati.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Berdasarkan data Dinas Kesehatan, Ibu Kota telah mengalami tiga puncak gelombang penularan virus corona. Puncak tertinggi terjadi setelah perayaan Idul Fitri pada Mei-Juni lalu. Sebab, pada saat yang sama muncul virus corona varian delta yang daya tularnya lebih cepat. Kondisi itu memaksa rumah sakit menambah kapasitas ruang perawatan agar pasien bisa ditangani. “Saat itu, setiap hari kami terus meminta rumah sakit menambah kapasitas, 2-3 tempat tidur pun kami terima,” kata Weningtyas.

Pada 25 Juli 2021, kata Wening, kapasitas maksimal ruang isolasi di Ibu Kota adalah 11.522 tempat tidur. Sedangkan untuk ruang ICU 1.470 tempat tidur. Saat itu, tercatat jumlah kasus aktif menembus angka 113.137 pasien, dengan rata-rata penambahan jumlah kasus harian sekitar 12.500 orang. Dampaknya, tingkat keterisian bangsal isolasi mencapai 92 persen dan ICU 95 persen.

Petugas melayani pendaftaran di RSUD Kramat Jati, Jakarta, 26 Agustus 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo, Isnindyarti, mengatakan telah membongkar tenda darurat untuk pelayanan pasien Covid-19 pada awal Agustus lalu. Sebelumnya, tenda tersebut digunakan untuk ruang tunggu bagi pasien positif corona. Tenda ini dibutuhkan karena 142 tempat tidur isolasi dan 16 tempat tidur di ruang ICU di rumah sakit itu sudah terisi. Ruang instalasi gawat darurat (IGD) pun telah disulap menjadi ruang perawatan. Jadi, pemeriksaan terhadap pasien yang baru datang dilakukan di tenda darurat dan lorong IGD. “Saat ini, BOR kami sudah sangat turun, sekitar 15 persen,” kata Isnindyarti.

RSUD Cengkareng, yang sebelumnya hanya melayani pasien corona sejak September 2020, juga mulai melakukan pelonggaran. Direktur Utama RSUD Cengkareng, Bambang Suheri, mengatakan pelayanan terhadap pasien non-Covid-19 telah dibuka kembali. Demi keamanan, pasien umum dipusatkan di gedung A, yang sebelumnya digunakan sebagai ruang isolasi. Adapun pasien Covid-19 ditangani di gedung B. “Hari ini kami sudah menerima 95 orang pasien non-corona,” kata Bambang.

RSUD Cengkareng awalnya memiliki 200 ranjang untuk pasien Covid-19. Ketika terjadi lonjakan jumlah kasus pada Juli lalu, kapasitasnya ditambah hingga 360 ranjang. “Saat ini, BOR ICU kami 33 persen dan isolasi 13 persen,” kata Bambang.

Ketua Ikatan Rumah Sakit Jakarta Metropolitan (IRSJAM), Koesmedi Priharto, menilai pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan perlu memperbaiki koordinasi dalam menghadapi pandemi Covid-19. Menurut dia, lonjakan jumlah kasus yang terjadi pada Juli lalu memperlihatkan ketidaksiapan pemerintah dan rumah sakit dalam menangani pasien. Jadi, banyak pasien tidak mendapat penanganan secara benar.

Koesmedi menambahkan, tingginya tingkat keterisian rumah sakit menunjukkan tidak adanya antisipasi untuk menghadapi lonjakan jumlah kasus Covid-19. Karena itu, koordinasi antara pemerintah dan pengelola rumah sakit harus dibenahi. “Harus mulai disiapkan juga, bagaimana rumah sakit bisa memberikan rasa aman kepada pasien non-Covid. Terutama rumah sakit yang hanya memiliki satu gedung untuk tempat perawatan,” ujar Koesmedi.

FRANSISCO ROSARIANS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus