Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Rupert murdoch raja koran...

Sekilas tentang rupert murdoch, yang dijuluki raja koran. ia tidak hanya bergerak dalam bidang pers. mulai pengelolaan tv, film, perusahaan ph, penerbangan. (sel)

14 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA Lord Thomson of Fleet mengumumkan Oktober lalu bahwa The Times, The Sunday Times dan ketiga suplemennya akan dijual, sejumlah calon pembeli bersaing. Antara lain James Goldsmith (pemilik majalah NOW dan majalah berita berbahasa Prancis L"Express), Rovert Maxwell (pemilik Pergamon Press), Lord Rothermere (Ketua Persatuan Surat Kabar yang menerbitkan Dily Mail) dan Lonrho Group (konglomerat industri Inggris). Semua peminat itu jelas mengejar prestise, bukan karena pertimbangan bisnis. Koran itu, walaupun bermutu, sedang rugi besar (lihat box). Akhirnya Rupert Murdoch yang selama ini dikenal sbagai pemilik jenis koran 'kuning' keluar sebagi pemenang. Namanya melejit sebagai juru selamat, Siapa Rupert Murdoch? Menyebut namanya sebagai pemilik jenis surat kabar sensasional saja sebenarnya tidak tepat. Memang betul, mingguan News of the World di London terkenal sebagai koran yang royal dengan berita seks dan tetap menampilkan wanita telanjang dada. Begitu juga dengan The Star di Amerika Serikat. Tapi The Australian, suatu surat kabar nasional yang terkemuka di Australia, juga miliknya. Murdoch -- 11 Maret ini berusia 50 tahun -- tidak hanya bergerak dalam bidang pers, walaupun mendapat julukan raja koran. Perusahaannya bernama News Corpn dan berpusat di Sydney. Selain menerbitkan suratkabar di Australia, Inggris dan AS, perusahaan itu juga bergerak dalam pengelolaan televisi, film, perusahaan piring hitam, perusahaan penerbangan dan sumber alam seperti gas dan uranium. Empatpuluh tiga persen saham di News Corpn adalah milik keluarga Murdoch. Suratkabar merupakan operasi utama News Corpn, sejak Murdoch mulai bertugas di sana tahun 1954. Murdoch yang waktu itu berusia 23 tahun dan masih kuliah di jurusan filsafat Universitas Oxford menerima warisan suratkabar sore Adelaide News yang hampir menemui ajal. Ayahnya, Sir Keith Murdoch, adalah editor terkenal yang belakangan menjabat pimpinan eksekutif di Herald and Weekly Times Ltd, kelompok pers terbesar di Australia yang berpusat di Melbourne. Rupert menerima tanggungjawab mengelola Adelaide News satu tahun setelah ayahnya tutup usia. Delapan tahun lamanya Murdoch junior bertagas sebagai penerbit dan editor koran Adelaide itu. Orang menduga koran sore itu pasti akan bangkrut. Dugaan itu meleset. Koran itu bangkit kembali dengan resep Murdoch yang berhasil. Resep itu tidak lain dari gabungan berita seks kriminal dan skandal. Murdoch bukan saja menyelamatkan Adelaide News, tapi berbuat lebih jauh. Ia membeli harian-harian yang hampir bangkrut di Perth (1956) dan Sydney (1960). Di Australia saja suratkabar milik Murdoch banyak sekali. Di Sydney tiga suratkabarnya beredar luas di pasaran, yaitu Doily Telegraph, Sunday Telegraph dan Daily Mirror. Cumberland merajai kawasan luar kota Sydney, Sunday Mail dan Adeleide News di Adeleide, Sunday Times di Perth, Sunday Sun di Queensland, Nothern Territory News di Darwin dan Northern Daily Leader di New South Wales. Oplah semua suratkabar itu 2,4 juta. Sebelum membeli The Times, di Inggris dua koran milik Murdoch juga telah merajai pasaran. The Sun yang berukuran tabloid dan isinya melulu tentang seks dan skandal terjual habis 3,8 juta eksemplar setiap hari. News of the World dengan ukuran biasa yang juga mengobral topik serupa punya sirkulasi harian 4,4 juta. Tidak ada penerbitan lain di Inggris yang beroplah sebanyak itu, baik mingguan maupun harian. Orang Inggris sendiri cukup mengenal Murdoch sejak ia tahun 1968 membeli News of the World. Sembilan bulan setelah itu, Murdoch memperluas jaringan persnya dengan membeli The Sun. Harian sayap kiri yang dilanda kerugian ini diselamatkan Murdoch dengan resep yang pernah digunakannya dengan Adeleide News, seks dan gosip. Dari Inggris, Murdoch mengalihkan perhatiannya ke Amerika. Tahun 1973, ia membeli San Antonio Express dan San Antonio News. Tak lama setelah itu ia menerbitkan Star, koran berukuran tabloid. Mingguan ini laris sekali, paling banyak memberi keuntungan bagi Murdoch di AS, dengan oplahnya yang mencapai 3,4 juta. Tidak puas dengan itu saja, Murdoch membeli lagi New York Post dengan harga $32 juta pada tahun 1976 dan New York Magazine. Ketika Murdoch menyatakan hasratnya membeli The Times tidak sedikit kalangan yang curiga. Jangan-jangan Murdoch akan menggunakan resep seks, gosip dan skandal untuk menyelamatkan koran Inggris yang terhormat itu. Apalagi Murdoch memang terkenal tukang cari keuntungan. Kecurigaan itu akhirnya lenyap sendiri setelah orang menyadari bahwa The Australian adalah milik Murdoch. Raja koran Australia ini menerbitkan suratkabar itu sejak 1964. Koran itu baru belakangan ini saja memperoleh keuntungan, setelah Murdoch menanam modal lebih dari $ 27 juta. Murdoch di sini tidak memakai resepnya yang terkenal itu. Bahkan The Australian terkenal karena mutu redaksinya yang baik. Orang Inggris juga khawatir dengan kebiasaan Murdoch yang lain. Ia suka campur tangan dalam urusan redaksi. Karena itulah Murdoch terpaksa memberikan janji tertulis: Ia tidak akan mencampuri urusan redaksi di samping memberikan wewenang kepada direktur independen untuk memecat atau mengangkat wartawan The Times. Selama ini memang umumnya koran milik Murdoch di Inggris, dan Australia, juga New York Post di AS menyalurkan suara Murdoch. Para redaktur yang bertugas di bawah pengarahannya telah mengubah berbagai artikel sehingga condong memihak kepada calon-calon partai politik yang didukung Murdoch. Selain itu pemberitaan calon favoritnya lebih diprioritaskan penerbitannya. Mereka yang mengecamnya khawatir, walaupun ia telah berjanji dan ada sanksi hukum hal yang serupa bisa saja menimpa The Times. Menghadapi kecaman itu, Murdoch mengatakan ia tidak akan mengubah format dan kebebasan redaksi The Times. Kecurigaan terhadap Murdoch sebenarnya bertolak dari pemilihan umum di Australia tahun 1975. Semua suratkabar milik Murdoch mengecam Perdana Menteri Gough Whitlam, pemimpin Partai Buruh yang pernah disokong Murdoch pada pemilihan tahun 1972. Syd Crosland, bekas sekretaris federal Persatuan Wartawan Australia mengingatkan kembali, para reporter politik suratkabar The Australian pernah mengirimkan surat protes kepada Murdoch karena tulisan dan laporan mereka telah disunting begitu rupa. Apa yang dinamakan back bench subeditor telah membuat laporan dan tulisan yang muncul dalam koran itu, merugikan dan mengecam Whitlam. Ketika para reporter tersebut tidak mendapat jawaban, mereka mogok bersama-sama dengan para wartawan dua suratkabar Murdoch lainnya, The Sunday Mirror dan The Sunday Telegraph. Barulah melalui perundingan, Murdoch berjanji, back bench tadi akan tunduk pada kode etik dalam penyajian berita berikutnya. Namun janji itu diberikan ketika waktu kampanye hampir selesai dan akhirnya Malcolm Fraser dan Partai Liberal menang. Dua tahun setelah itu sebuah Dewan Pers Australia menyerang Adeleide News milik Murdoch yang dalam pemilihan di negara-bagian memihak kepada Partai Liberal. Itu sekedar contoh kenapa kemudian dalam omong-omong tidak resmi para politisi di Australia, Inggris dan New York umumnya mengatakan mereka 'takut' kepada koran-koran milik Murdoch. Dalam kampanye pemilihan presiden AS, misalnya. Tajuk New York Post di halaman depan bersimpati kepada Reagan. Setelah itu hampir semua beritanya mengejek Carter. Tulisan dan fotonya memperlihatkan betapa besarnya sokongan rakyat kepada Reagan, sedangkan artikel mengenai Carter menekankan kegagalan presiden AS itu di bidang ekonomi dan kasus sandera di Iran. Manfaatnya bagi Murdoch? Perusahaannya, baik yang berupa penerbitan maupun yang lain, beruntung karena pengarahannya dalam bidang pemberitaan itu. Tokoh-tokoh yang pernah disokongnya ternyata memberikan balasan yang menyenangkan. Enam hari setelah New York Post memastikan kemenangan Carter dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat di New York, Bank Ekspor-Impor federal menyetujui pinjaman sebesar $290 juta untuk perusahaan penerbangannya, Australian Airline Company, dengan suku bunga rata-rata 8,1%. Belakangan ini PM Inggris Margaret Thatcher sangat mendapat sokongan koran Murdoch di negara itu. Dan Pemerintahan Thatcher memutuskan tidak akan melakukan penyelidikan untuk menetapkan apakah pembelian The Times melanggar undang-undang anti-monopoli. Apakah suratkabar terkenal itu akan menemui masa jayanya kembali seperti dulu? Murdoch, Raja Koran Australia, jelas berani mempertaruhkan modalnya untuk itu. Dalam tatap muka dengan Komisi Pendidikan Parlemen Inggris, Murdoch menekankan, "Sangat sukar membuat penerbitan itu dapat terus bertahan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus