INILAH perayaan peringatan ke-50 kelahiran King Kong. Binatang
seberat tiga ton itu dikerek ke atas Empire State Building di
New York. Enam ahli talitemali berkutat menghabiskan waktu
hampir sepuluh jam untuk mengikatkannya ke tiang di puncak
pencakar langit itu dengan tali khusus yang memang disediakan
untuk ini. Setiap utas sudah dites sanggup menanggung beban
seberat 50.000 pon.
Harry Heimsley, pemilik Empire State Building (dan separuh real
estate mewah di Manhattan), sangat mendukung ide gila-gilaan
untuk perayaan emas si King Kong. Harry bilang, "Gedung ini dan
King Kong sudah merupakan pasangan sejak 1933, hanya dua tahun
setelah gedung diresmikan. Kini, kami dengan suka cita menyambut
kedatangan King Kong kembali di New York City." Maka, pada
minggu kedua sampai pertengahan April 1983 yang lalu, binatang
dari plastik yang digelembungkan itu bertengger di puncak
bangunan nomor dua tertinggi di New York itu.
Suasana di kota metropolitan itu jadi ajaib. Berdiri dekat
Madison Square Garden - tempat yang biasa dipakai untuk
pertunjukan grup-grup musik terkenal, seperti Rolling Stone atau
Simon and Carfunkel - melihat ke arah timur dan mengamati patung
King Kong, orang boleh teringat adegan di bioskop.
Para pengendara mobil di subway dari Brooklyn, yang akan menuju
Manhattan sembari memintas East River, bisa menengok sejenak ke
sana - dan terkenanglah masa kanak-kanak dengan King Kong yang
selalu membayang di balik jendela kereta api. Dari lantai
teratas di Coney Island, atau dari Connecticut, orang bisa
memandang ke sana pula. Dan mereka boleh bingung, bagaimana
mulanya pionir animasi Willis O'Brien dan pencipta model Marcel
Delgado bisa-bisanya melahirkan binatang legendaris itu.
Tampaknya orang Hollywood juga takut berdosa jika tidak
mengadakan perayaan emas King Kong. Dua produser yang setia pada
para penggemar King Kong montang-manting mengurusi ini. Mereka
adalah Richard Correl dan Rick Mitchell. Maret 1982 mereka
menguhubungi lembaga Motion Picure and Television Fund. Rencana
pun dibuat: mengulangi suasana pertunjukan perdana film favorit
ini, yang telah berhasil mengeruk keuntungan besar di kawasan
Pantai Barat - di tengah kegelisahan orang menghadapi depresi
pada pertengahan 1930-an. Pertunjukan perdana film King Kong
dulu dilakukan pada 2 Maret 1933, secara serempak di Radio City
Music Hall dan Roxy Theatre di sana.
Tiga minggu kemudian, Sid Grauman mempertunjukkan pula di
Chinese Theatre, Hollywood Boulevard. Di sini patung dada King
Kong teronggok di sela-sela kerumunan penonton di halaman depan.
Pertunjukan secara nasional dilancarkan pada minggu pertama
April oleh RKO- sebuah kongsi dagang.
Untuk pesta emas King Kong sekarang ini, banyak pihak memberi
dukungan kepada ide Richard Correl dan Rick Mitchel itu.
Misalnya Robert Vicino, presiden RobertKeith & Company,
perusahaan yang selama ini memproduksikan beraneka balon untuk
iklan. Kebetulan Vicino juga ingin mewujudkan impiannya,
menancapkan balon King Kong di pucuk Empire State Building,
seperti yang terlihat dalam film dulu itu.
Seperti direncanakan, acara pesta tidak hanya mengerek balon
King Kong ke puncak menara pencakar langit. Tapi juga
mengonggokkan patung dadanya di halaman Chinese Theatre,
Hollywood Boulevard, persis seperti kejadian 50tahun lalu. "Tapi
sayang' barang aslinya sudah lenyap di studio bersama
tetek-bengek perkakas lain,"tulis George Turner dalam majalah
American Cinematographer Agustus lalu.
Mau apa lagi kalau tidak membuat lagi yang baru, pikir Correl
dan Mitchel. Untuk urusan ini pun dukungan dengan mudah mereka
dapat. "Meski anggaran yang tersedia boleh dibilang minim,
orang-orang yang terampil tak canggung melibatkan diri,"tutur
Turner. "Dan mereka mengerjakannya dengan penuh kecintaan."
Sebagian besar ahli special effects yang ikut kerja rata-rata
memiliki jawaban yang sama, jika ditanya kenapa kok mau terlibat
di situ. " Well," kata mereka, "ketika saya masih kecil, saya
nonton film yang ternyata berjudul King Kong dan ...."
Jim Danforth, yang terampil membuat makhluk sejenis dinosaurus
dan ular naga untuk film, secara sukarela membuat desain dan
sekaligus menjadi mandor konstruksi dalam pembuatan patung dada
yang baru ini. Tom Scherman, yang membuat kerangka kayu, dengan
cermat menimbang setiap potong yang akan menjadi bagian
kerangka. Dibuat supaya tidak terlalu berat, sebab bisa-bisa
merusakkan jejak-jejak tangan dan kaki orang-orang beken di
Chinese Theatre. Harap diketahui, di salah satu bagian theatre
ini ada tempat bagi para bintang besar membuat jejak kaki atau
tangan yang tercetak. Yang terakhir melakukannya, bulan lalu,
adalah Sylvester Stallone.
Bagian mata King Kong dibuat mekanis, bisa bergerak ditangani
oleh Bill Hedge dan Jane Omens. Kali ini giginya dibuat dari
sejenis plastik berwarna keruh, bukan sekadar kayu balsa. Gigi
dengan warna jigong ini menjadi tanggung jawab Margaret Vescovi.
Daging dibuat dari karet dan juga plastik. Bulu sintetis dipakai
untuk menyelimutinya, berfungsi sebagai kulit. "Mengingat
anggaran yang cekak, tak mungkin menggunakan kulit beruang
seperti versi aslinya," tutur Turner.
Begitu patung dada selesai, dan kelar, timbul soal baru:
bagaimana membawanya dari tempat kelahirannya - Don Post Studio
di San Fernando Valley- ke Chinese Theatre, Hollywood Boulevard.
Untuk menyeretnya ke luar melewati pintu studio model hanggar
itu saja, kepalanya mesti dipenggal - dengan teknik pembedahan
khusus.
Urusan selanjutnya kemudian: melakukan penjejakan seluruh rute
yang akan dilalui - diperhitungkan supaya tidak banyak melintasi
jembatan dan pepohonan, dan sebisa mungkin tidak sering
menerobos saluran atau kabel listrik. Perjalanan pun kemudian
dilakukan dinihari sebelum subuh, ketika lalu lintas masih sepi.
Di Grendale kegawatan terjadi: sewaktu truk dengan
terengah-engah merambat melintasi jalur kereta api, di bawah
kawat dan kabel yang centang perenang, peluit kereta mendadak
terdengar menjerit - lampunya pun sudah mencorong menerangi
lintasan itu.
Berbarengan dengan truk yang mengangkut bagian kepala King Kong
tepat sampai di tepi lintasan, kereta memintas. Ini berarti
karavan berikutnya menunggu di seberang pintu lintasan. Semua
orang menarik napas lega. Selamat.
Hari Kamis pukul tiga dinihari, 26 Mei, binatang ajaib itu
sampai di tujuan tanpa cacat sedikitpun. Ia dipajang di tempat
terhormat di sisi timur halaman depan Chinese Theatre. Siang
harinya, ribuan turis mengerumuninya. Ratusan orang berpose
membuat foto polaroid berwarna, dibuat oleh tukang potret yang
memiliki izin untuk bergerak di situ. Harap diketahui, Chinese
Theatre terletak di jalan yang dilintasi bis turis yang akan
menuju Hollywood.
Petang harinya, Army Arched kolumnis Hollywood yang hampir
selalu menjadi master ceremony pada setiap acara pertunjukan
perdana melakukan wawancara dengan kerumunan orang-orang top,
yang kali itu berbinar-binar dengan mobil model tahun 1932-1933,
khusus dicari untuk acara itu. Di antara keriuhan gemerlap pesta
itu ada wajah baru yang kebetulan hari itu menghias berbagai
media massa di sana. Ialah Terry Moore, cewek dari kalangan
glamour yang terbukti merupakan ahli waris Howard Hughes. Selain
Terry, ada pula misalnya Hugh Hefner - bos majalah Play boy -
bersama dua playmates-nya.
Tapi yang paling menjadi perhatian orang tentu saja Fay Wray,
yang masih tetap memikat seperti pada acara pertunjukan perdana
1933 dulu. Dialah, di samping King Kong, pemegang peran utama
dalam film itu. Pada petang hari itu, waktu Fray melangkah
mendekati telapak tangan makhluk raksasa itu, semua orang
terkesima. Sebab, si King Kong mendadak memiringkan kepalanya
lantas hidungnya kembang-kempis dan mulutnya menganga.
Dalam perayaan, rencananya akan diperlihatkan pulacetakan
nitratyang menggambarkan keriuhan yang sarna 50 tahun lalu.
Namun, barangnya tak ada - maka dipakailah hasil rekaman 1952 -
yang ternyata juga sama meriahnya.
Pesta sampanye dilangsungkan di seberang tempat itu, di
loosevelt Hotel. Dan festival ini berakhir setelah lewat
tengah malam. Yang juga penting adalah acara pameran benda-benda
kenangan film legendaris ini. Ada angker dinamo King Kong, dua
brontosauri- satu, yang mekanis, dioperasikan di air, satunya
lagi merupakan animasi yang berperan dalam adegan di hutan, juga
ada stegosaurus, petrodactyl, styracosaurus- di-shoot dalam
adegan King Kong, tapi kena edit dan dimunculkan dalam film
berikutnya berjudul Son of Kong. Lalu tongkat milik seorang raja
dalam dongeng, berbagai lembing dan perisai, rancangan dan
gambar selama pembuatan film, King Kong buatan David Allen milik
Volkswagen, dan lain-lain.
Barang baru yang dipamerkan hanya beberapa. Di antaranya patung
buatan Harryhausen yang menggambarkan adegan perkelahian antara
Kong dan tiranosaurus.
Dalam pada itu di New York, Darlyne O'Brien, janda laki-laki
yang punya andil besar dalam kelahiran King Kong itu, datang.
Sungguh mengharukan bahwa ini adalah pertama kalinya ia pergi
ke New York. elihat ke suasana metropolitan dari
Observation Deck, lantai 102, ia terkesima dan napasnya
tersentak.
"Tampaknya ia melihat ilusi yang tak bisa dipercaya, yang sudah
ditulis oleh suaminya setengah abad lalu," tutur Paul Mandell di
majalah yang sama.
Yang dipamerkan di beranda utama Empire State Building adalah,
antara lain, miniatur Kong bikinan Marcel Delgado, yang tidak
begitu mirip aslinya. Dalam lemari kaca dipajangkan suguhan
bersejarah dari arsip RKO: maklumat terakhir bagi para pembuat
animasi bertanggal 31 Januari 1933 rekaman daftar gaji mereka
telegram yang menunjukkan problem keuangan memo gawat dari RKO
perincian terakhir anggaran dan honor untuk pilot berani mati
yang membidik King Kong - 25 dolar - untuk adegan close up.
Kegairahan orang-orang Amerika itu agaknya berawal dari
kebiasaan masyarakat makmur Barat yang menghargai setiap
kelahiran ide dan kreativitas - apalagi yang spektakuler. Jangan
lupa, monyet raksasa yang legendaris ini muncul dari imajinasi.
Ceritanya, dulu, Merian Cooperdi bulan Februari 1930
meninggalkan kantornya di tengah Manhattan. Benih-benih cerita
klasik tentang gorila masih berkecambah di benaknya. la
memandang ke atas, dan dilihatnya sebuah pesawat terbang
mendadak membubung tinggi menghindari gedung pencakar langit di
kota itu. Langsung saja imajinasinya timbul: di puncak gedung
itu bertengger monyet raksasa yang tengah berjuang
mempertahankan hidup. Dari sinilah Cooper memproduksikan film
yang berjudul King Kong- dua tahun kemudian.
Toh di tahun 1983 ini balon King Kong bernasib sial di Empire
State Building. Beberapa jam setelah perayaan resmi usai,
binatang ajaib setinggi 84 kaki ini harus diturunkan lagi.
Sodokan angin telah menghempaskan tubuhnya, dan pecahan jendela
merobek dadanya yang terbuat dari vinil.
King Kong pun menyusut menjadi gelembung plastik yang
menggelantung lemas: lebih mirip sebuah tas raksasa daripada
seekor monyet yang hebat. Bagi Robert Vicino kejadian ini
berarti: King Kong sudah melambaikan salamnya yang penghabisan.
Dalam beberapa hari saja raksasa itu sudah tidak ada apa-apanya
lagi. Seandainya Cooper melihatnya, ia pasti akan
tersedan-sedan. Kong sudah loyo. Tinggal seonggok plastik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini