Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sengketa antar umat agama, contoh...

Bentrokan antar agama di hyderabad, india antara umat hindu dan islam. jika tindak kekerasan sekarang ini tak juga bisa ditumpas, hubungan antar golongan akan tetap suram. (sel)

19 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANDHRA Pradesh, di bagian tengah India, merupakan negara bagian yang unik. Terutama di ibu kotanya, Hyderabad, orang akan melihat bertemunya suasana kehidupan Hindu yang dominan dengan sisa kejayaan Islam masa lampau. Di tengah begitu banyak kuil dan upacara agama Hindu, berdiri megah masjid-masjid dan segala bangunan kuno lainnya peninggalan raja-raja Islam yang jaya. Jika tiba waktu salat, terdengar sayup suara azan - membuat seorang muslim Indonesia tidak merasa dirinya seperti berada di India. Tapi belakangan ini, keadaan itu seakan jadi sumber bencana. Hyderabad, seperti banyak tempat lain di India, menjadi ajang bentrokan antaragama - dan di sini antara umat Hindu dan Islam. Amarnath K. Menon, dalam majalah India Today, 15 Oktober lalu, malah menyatakan bahwa kerusuhan antar golongan itu dengan segera menjadi ciri tetap Hyderabad. Pertumpahan darah terakhir - September - merupakan peristiwa paling buruk yang pernah disaksikan kota itu. Tak kurang dari 43 orang tewas selama 18 hari berturut-turut ketika berlangsung perayaan tahunan Hindu, Ganesh Chaturthi. Umumnya, mereka dibunuh para penjahat bersenjata tajam yang mengintai orang yang sedang sendirian di jalan dan gang sempit di bagian Kota Lama. Polisi berusaha keras melerai kedua golongan yang bersengketa. Mereka sampai mendatangkan bala bantuan dari negara-negara bagian yang bertetangga. Pada 20 September dikerahkan 10.000 orang dari Pasukan Cadangan Kepolisian Pusat, Pasukan Keamanan Perbatasan, Polisi Khusus Tamil Nadu, di samping pasukan setempat. Hampir 400 orang ditangkap ketika kerusuhan terus berlangsung. Di antara mereka bahkan terdapat anggota DPR yang galak dari Partai Bharatiya Janata (BJP), A. Narendra. Juga Sultan Salauddin Owaisi dari Majelis Ittihadul Muslimin (MIM) dan dua anggota DPR lain dari MIM pula. Pameran kekuatan oleh alat negara itu, sayangnya, belum cukup memadai. Yang aneh, Ketua Menteri N.T. Rama Rao berusaha mencegah diberlakukannya jam malam, meski arak-arakan Ganesh Chaturthi Hindu itu, 21 September, sudah ditempeli bentrokan hebat yang menewaskan satu orang dan melukai 32 orang. Barulah pada 25 September, ketika empat orang ditikam dalam kejadian terpisah di kota, Rama Rao memutuskan jam malam tak dapat dihindarkan lagi. Ia mengambil keputusan ini segera sesudah seorang perwira senior dari Biro Inteligen datang dari New Dehi, dan perdana menteri India Ny. Indira Gandhi menulis surat kepadanya, dari Paris, yang menyatakan kekhawatirannya. Keengganan Ketua Menteri Rao memberlakukan jam malam merupakan sebab timbulnya kecaman luas. Ada dugaan, ia menganggapnya masalah prestise - dan harian terkemuka India, The Hindu, mengecam sikap itu sebagai tidak bijaksana. Memang seorang penjual buah-buahan, misalnya, mengeluh tak bisa cari uang gara-gara jam malam. Sekadar jalan-jalan ke luar rumah saja sudah merupakan tindakan penuh bahaya. Keadaan kacau ini dimulai awal September, ketika sebuah kuil Hindu, Bhagyalakshmi, di Charmimar bagian kota Hyderabad - diserang. Menurut si penulis, pelakunya seorang gila. Ia melempari patung dewa-dewa dengan batu sehingga rusak berat. Sebagai pembalasan, sekelompok pegawai perusahaan Allwyn yang beragama Hindu memasang potret seorang dewa mereka di musala 'Ibrahimi' dalam lingkungan halaman perusahaan itu sendiri. Malah mereka juga bersembahyang cara Hindu di sana. Musala itu hingga belakangan ini memang jadi bahan sengketa orang-orang Muslim setempat dengan perusahaan tersebut. Lalu, keputusan yang kemudian dikeluarkan mahkamah agung dianggap menguntungkan pihak Muslim. Orang-orang Hindu pun tersinggung. Untuk menenteramkan keadaan, Rama Rao segera meminta campur tangan Menteri Urusan Wakaf Mohammad Shakir dan anggota DPR Narendra dari BJP yang kebetulan juga ketua Serikat Buruh Allwyn. Jika saja reaksi orang Muslim pada apa yang disebut 'penajisan' usala itu tidak terlalu keras, Rama Rao mungkin akan berhasil menjaga ketertiban di negara bagian yang dipimpinnya, demikian India Today. Tapi sebaliknyalah sikap yang diperlihatkan. Sekelompok organisasi Islam, termasuk MIM, Liga Muslimin, Tamire-Millat, Jamat-e-lslami, Amarat Millat Islamia, dan para pemimpin agama Hamimuddin Aquil Hussaini serta Habib Umar Hussaini, mengadakan pertemuan - 8 September, malam Jumat. Dan itu adalah malam ketika esoknya orang Hindu akan memulai perayaan Ganesh Chaturthi mereka. Hasil pertemuan di rumah Said Vicaruddin, ketua Liga Persahabatan India-Arab itu, justru menyerukan agar bandh diadakan pada hari Jumat untuk mengimbangi kegiatan umat Hindu. Seperti provokasi, bukan? Tapi, menurut Menon, si penulis, keputusan seperti itu sebenarnya tidak mengherankan. Khususnya sudah dalam beberapa tahun belakangan ini kerukunan antarumat yang pernah begitu mantap di Hyderabad mengalami kemerosotan yang mengejutkan. Ini dimulai bulan Maret 1981, segera setelah terjadi apa yang disebut 'episode Rameza Bee'. Hampir tiap tahun sesudah itu selalu terjadi pergolakan. Tahun ini, Januari, anggota keluarga seorang penyair Telugu - bahasa yang digunakan mayoritas penduduk Hyderabad Ghulam Yasin namanya, tewas dibunuh. Bulan Mei terjadi pula pembunuhan atas Mangalghat, ketika suatu arak-arakan perayaan Hindu bentrok dengan orang Islam. Tapi yang jauh lebih mengerikan ialah tindak kekerasan sekarang ini, terutama serangan pisau oleh gangguan penjahat di tempat-tempat sepi, sulit dikuasai. Kegiatan mereka, yang oleh Menon tak disebut dari pihak mana, menunjukkan pula hasil kerja dengan perencanaan rapi dan perhitungan tanpa perasaan. Kata Waheeduddin Khan, di rektur Pusat Pengkajian Ekonomi dan Sosial, "Yang terjadi kini sudah berupa perang untuk menghabiskan tenaga musuh, dan tidak mudah dilacak. Siapa saja bisa ditikam di mana saja. Tindak kekerasan itu merupakan hasil kerja orang-orang yang terorganisir dan terlatih." Celakanya, partai politik dan organisasi agama di kalangan kedua golongan memanfaatkan keadaan yang tidak aman untuk mencapai tujuan politik mereka sendiri. Di pihak Muslim, MIM dan Jamaat-e-lslami sangat aktif. Di pihak Hindu, Arya Samaj dan BJP memperbesar kekuatan mereka. Kata Anwar Moazzan, mahaguru dan kepala Studi Islam di Universitras Osmania, Hyderabad, "Ketegangan antar umat beragama dikobarkan para aktivis MIM, Arya Samaj, dan belakangan ini oleh BJP, demi kepentingan politik mereka. Apa yang terjadi bukanlah keinginan rata-rata umat Hindu atau Muslim." Seorang penulis terkemuka India, M.T. Khan, mengatakan pula bahwa sejarah bentrokan antargolongan di Hyderabad sebenarnya seiring dengan pertumbuhan MIM serta iklim politik buruk yang diciptakan Rhashtriya Swyamsevak Sangh untuk cari nama. Semua partai politik tampaknya memang harus memikul tanggung jawab atas perkembangan buruk yang terjadi. Para ketua menteri terdahulu, seperti K. Brahmananda Reddy, J. Vengala Rao, M. Channa Reddy, dan T. Anijah, nyatanya gagal menindak tegas organisasi-organisasi golongan itu. Organisasi keagamaan sendiri, di kedua pihak, selama bertahun-tahun mengubah upacara perayaan agama menjadi alat pamer kekuatan. Terutama perayaan Ganesh Chaturthi dan Durga Navarathri-- arak-arakan patung-patung Ganesha dan Durga di pihak Hindu. Ganesh Chaturthi dewasa ini merupakan iringan manusia dalam jumlah amat besar, yang seperti dengan sengaja memacetkan semua kegiatan kerja di Hyderabad. Yang aneh, arak-arakan besar ini sebagian merupakan hasil kerja Channa Reddy, muslim, yang pada 1979 mengadakan semacam perjanjian dengan orang-orang Hindu. Berdasarkan perjanjian itu orang Hindu boleh menyelenggarakan satu arak-arakan besar jika sebagai imbalannya mereka memperbolehkan arak-arakan Muharam, tahun baru Hijri, lewat di daerah kediaman Hindu di Kota Lama. Maka sejak 1980 Arya Samaj, BJP, dan lain-lainnya menyelenggarakan arak-arakan besar itu. Kata ketua Samiti, Vandemataram Ramachandra Rao, "Kami menggabungnya menjadi satu untuk mencegah gangguan orang-orang jahat. Jika arak-arakan itu diselenggarakan terpisah, dan dalam jumlah kecil, ia mudah diganggu" Tapi Owaisi, pemimpin MIM, mempertanyakan dasar penyelenggaraan arak-arakan itu. Malah sukses besar Ganesh Chaturthi memancing Owaisi untuk menyelenggarakan arak-arakan sendiri di pihak Islam. Tahun lalu ia menjadi dalang diperkenalkannya arak-arakan baru yang bersifat keagamaan, yang disebut pankah. Dalam arak-arakan ini, pankah simbol yang melambangkan keislaman - diarak dengan becak atau kendaraan lain yang berhias. Tahun ini pankah diselenggarakan 14 September, seminggu mendahului Ganesh Chaturthi. Tapi para ulama sendiri mengecam keras upacara yang dibuat-buat ini . "Tak ada urusannya dengan Islam," kata mereka. Jor-joran arak-arakan itu memang mencerminkan persaingan tak sehat antara kedua umat beragama. Tapi motif lebih dalam sebenarnya dapat dilihat pada sebab-sebab ekonomis. Berdasarkan sejarah, kaum muslimin Hyderabad selalu dikaitkan dengan rezim otokratis di kota itu. Hyderabad sendiri sebenarnya sebuah kota Islam. Ia didirikan di tahun 1591 oleh para sultan Qutb Shahi dari Golconda, dan pada 1685 direbut Aurangzeb dari Kesultanan Mughal. Pada 1724, wakil Mughal di situ, Asaf Jah Nizamul Mulk, memproklamasikan kemerdekaan dan Hyderabad menjadi ibu kota Kepangeranan Hyderabad yang terdiri dari (sekarang) Negara Bagian Andra Pradesh, Mysore, dan Madya Pradesh. Ini sebuah kota yang sekali pernah disebut 'kota kebun-kebun': bangunan-bangunan indah, jalan-jalan lurus, dan perencanaan kota yang baik yang meliputi daerah-daerah permukiman, tempat-tempat perbelanjaan, rumah-rumah sakit, istana-istana, dan taman-taman. Charminar, misalnya, sebuah komposisi arsitektur agung dalam gaya Indo-Arab, dinilai sebagai peninggalan periode Qutb Shahi yang sangat penting. Juga Masjid Makkah memang begitu namanya - yang memuat 10.000 jemaah. Dan Universitas Osmania, baru berdiri pada 1918, yang antara lain terdiri dari fakultas-fakultas kedokteran, hukum, dan teknik mesin. Daerah kepangeranan yang para kepala pemerintahannya kemudian disebut nizamini (dunia misalnya mengenal 'Intan Nizam Hyderabad') dalam sejarah dicatat sebagai wilayah mayoritas Hindu yang dikuasai minoritas muslim - dan setidak-tidaknya sampai saat pembagian Anak Benua India (1947) hidup rukun. Penduduk Hindu itu sama sekali tak pernah berusaha menggulingkan penguasa mereka - dan itu merupakan kehormatan bagi pemerintahan para nizan, kata Encyclopaedia Britannica. Tapi itu dulu. Kaitan para muslimin dengan sejarah lama itu toh, sekarang ini, tidak membawa manfaat ekonomis bagi mereka. Malah tahun-tahun belakangan ini mereka mengalami "kemunduran psikologis," kata ketua Komisi Minoritas Andhra Pradesh, Asif Pasha. Padatnya penduduk di Kota Lama Hyderabad juga menambah kesulitan. Dapat dikatakan kepadatan jumlah manusia di bagian ini sangat tinggi. Tiap satu acredihuni 60 jiwa, sementara di bagian lain angka itu hanya 41. Dari 25 lakh (2,5 juta) jiwa jumlah penduduk Hyderabad, 700.000 tinggal di Kota Lama, di selatan Sungai Musi. Dari data kependudukan diketahui, dua dari lima penduduk seluruh kota beragama Islam, dan paling sedikit tiga dari tiap lima orang muslim tinggal di Kota Lama. Jadi, "masalah Utara-Selatan" terdapat pula dalam skala kecil di Hyderabad. Bagian Kota Lama, yang di selatan, justru terbelakang dan miskin. Masalahnya di Hyderabad, sebagaimana khususnya di bagian lama di kota mana pun, ialah perkembangan yang serampangan dan kemacetan segala jenis fasilitas umum. Dan di Hyderabad keadaan ini sudah melampaui batas. Baik Owaisi maupun Narendra tak jemu-jemunya meminta perhatian tentang ini dan meminta dukungan masyarakat. Owaisi mencari sponsordi kalangan pengusaha angkutan, termasuk sopir truk dan bajaj, berikut pemiliknya. Sedang Narendra pergi ke kalangan pengusaha, terutama golongan Marwar. Selama bentrokan antar golongan tahun 1981, ketua menteri ketika itu, Anijah, membentuk Badan Pengembangan Kota Quli Qutb Shah. Ini dilakukannya untuk menenteramkan orang muslim. Badan itu harus bertanggung jawab atas rencana pertumbuhan sebuah wilayah seluas 25,5 mil persegi dari wilayah ibu kota seluas 65,3 mil persegi, termasuk seluruh Kota Lama, wilayah Karwan dan Golconda di utara Sungai Musi. Namun, selama dua tahun berdiri sejak Agustus 1981- badan itu hanya bersidang tiga kali. Sesungguhnyalah, menurut si penulis, pemerintah Negara Bagian Andhra Pradesh yang terdahulu pun memperlihatkan sikap tak acuh yang sama terhadap pembangunan Kota Lama. Seorang pejabat badan itu malah mengatakan, tugas mereka hanya menampung dana untuk perbaikan jaringan listrik dan air bersih . Saran Komisi Minoritas agar mengadakan survei sosial-ekonomis di sana pun ditolak. Kata Asif Pasha, "Pemerintah menolak mentah-mentah usul itu, meski biayanya hanya 200.000 rupee. Ini menunjukkan sikap tidak menghargai pengumpulan data yang amat penting bagi rencana pembangunan jangka panjang. Bahkan laporan Komisi Minoritas tiga di antaranya sudah disampaikan kepada pemerintah - masih belum diajukan ke DPRD. Laporan keempat untuk tahun 1982 akan selesai bulan November. " Persoalan lain yang timbul belakangan ini menyangkut pengiriman uang dari luar negeri. Asif Pasha mengatakan, orang Hyderabad yang bekerja di negara-negara Asia Barat - Arab, maksudnya mengirimkan banyak uang ke rumah mereka. Tapi hanya segelintir yang menanamkan uang itu sebagai modal. Kebanyakan hanya disimpan di bank, atau dibelikan tanah atau rumah. Diperkirakan, kini terdapat dana 650 juta rupee di bank-bank Hyderabad hasil jerih payah orang-orang Hyderabad di Timur Tengah. Bulan September dibuka biro bimbingan penanaman modal yang berusaha memanfaatkan modal mati itu. Sekretaris biro itu, Mazhar-ulHuq, mengecam para pengirim uang itu sebagai "orang-orang kaya baru yang tak menyadari betapa investasi bisa dilakukan dalam bidang industri atau bisnis, yang sekaligus berarti menciptakan lapangan kerja lebih banyak." Padahal, jika dimanfaatkan sebagaimana layaknya, modal itu akan membantu orang muslim mendapat kedudukan baru di kalangan bisnis. Pada gilirannya, ini akan melahirkan kepercayaan diri yang baru bagi mereka. Tapi masih banyak yang harus dilakukan untuk mencapai keadaan itu. Lebih-lebih, jika tindak kekerasan sekarang ini tak juga bisa ditumpas, hubungan antargolongan akan tetap suram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus