Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bukan sekali dua Ekoyono Hartono, manajer klub sepak bola Arema Malang, Jawa Timur, harus memutus kontrak pemain asing. Baru saat menghadapi Boubacar Kieta, stopper asal Guinea, ia menjadi begitu repot. Awal Juni lalu, Kieta yang diputus kontraknya di tengah jalan itu gusar di kantor Ekoyono, di Jalan Panderman. Ia menuntut Ekoyono memberikan kompensasi dua bulan gaji. Ia mengaku kehabisan uang sehingga terancam tak bisa pulang ke negaranya di Afrika Barat.
Ekoyono menolak permintaan Kieta. Menurut dia, kontrak diputus karena Kieta acap kali telat hadir latihan, kalau tidak mangkir sama sekali. Kieta juga dianggap menghina manajemen karena membuang surat peringatan. ”Ditegur protes, diperingatkan marah,” kata Ekoyono. Merasa ditampik, Kieta makin murka. Ia mengancam Ekoyono dan Muhammad Taufan, asisten manajer, bahwa keduanya dalam dua bulan ke depan akan menemui ajal. ”Saya orang Afrika dan kamu tahu black magic Afrika,’’ begitu Ekoyono menirukan ancaman Kieta.
Komunitas Arema pun heboh. Ekoyono ketakutan. Apalagi Kieta terusmenerus mengirimkan ancaman lewat pesan pendek ke telepon seluler. Kabarnya, Ekoyono gelisah mencari nasihat sekaligus penangkal santet Afrika itu kepada beberapa ”orang pintar”. Salah satu nasihat yang ia dapat: tidak tidur sebelum pukul 12 malam, tidurnya pun bukan di atas kasur, serta disarankan memasang mulut babi di rumah.
Sayangnya, Ekoyono menolak dimintai konfirmasi tentang tindakannya warawiri mencari nasihat itu. Menurut dia, masalah itu sudah beres. Demikian pula Taufan, yang menganggap enteng ancaman itu. Setahu dia, kemanjuran santet akan jauh berkurang dan bahkan tidak kuat jika dikirim dari jarak yang sangat jauh. Apalagi melewati samudra yang memisahkan Benua Asia dan Afrika.
Toh, diamdiam Taufan juga menyiapkan tameng. Ia punya penangkal santet dari Buston Nagbe Brown, striker asal Liberia. Menurut dia, pemberian Buston dianggap ampuh karena Buston dan Boubacar ”kampung”nya mirip, samasama berasal dari negara di Afrika Barat. ”Buat jagajaga saja,” katanya.
Kieta membantah telah mengancam Ekoyono dan Taufan. Ia mengaku marah pada mereka saat menerima surat pemecatan. Tapi ia mengurungkan melaporkan masalahnya ke PSSI, Badan Liga Indonesia, dan FIFA. ”Saya marah dan lepas kontrol, tapi saya tidak sejahat itu.”
Abdi Purnomo (Malang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo