Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Satu gagal kebal

Tato, warga tanjungwangi, subang, jabar meninggal dunia karena tersiram air mendidih. diduga infeksi dan akibat gagal mencoba ilmu kebal yang dipela- jari dari endang.

2 Januari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUPANYA ilmu kebal itu melepuh juga dibuat air mendidih. Inilah yang dialami oleh Tato, 19 tahun, yang menetap di Dusun Panembang, Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Anak muda yang tamat SMA ini pernah mengikuti pendidikan komputer di Bandung. Sebagai si sulung dalam keluarga Hartono, Tato yang tidak bertato ini dikenal rajin membantu orang tuanya yang punya bengkel mobil di dusun tersebut. Belakangan Tato mengatakan kesulitan mencari pekerjaan. Ia lalu berguru kepada Endang, pimpinan perguruan ''Geledeg Guntur'' yang mengajari ilmu kebatinan di Tanjungwangi. Saat ini muridnya sekitar 200 orang. Dan Tato sebenarnya baru dua minggu ikut belajar di perguruan tersebut. ''Tapi bukan belajar ilmu kebal,'' kata Endang. Yang diajarkan adalah ilmu keselamatan lahir batin, dunia akhirat, dan semata-mata untuk menolong orang. Suatu tengah malam, awal Desember silam, terdengar Tato terpekik di kamar mandi. Orang tuanya sangat kaget setelah melihat bagian depan tubuh anak mereka itu memerah terkena siraman air mendidih. Walau keadaannya sudah begitu, subuhnya Tato tidak segera dibawa ke rumah sakit, tapi dilarikan ke rumah Endang. Pensiunan kopral yang dikenal di sana sebagai guru sakti itu melakukan pengobatan dengan tangan kosong. Ini disebutnya sebagai mukjizat dari para gurunya yang tak tampak oleh mata awam. Lima hari kemudian Tato meninggal dunia. Dugaan sementara, tubuhnya infeksi berat karena kulitnya melepuh tersiram air panas. Sedangkan Hartono, 40 tahun, menganggap musibah yang menimpa anaknya tersebut sebagai takdir Ilahi. Namun, dalam pada itu, beredar cerita di desanya, seperti dikutip dua koran di Bandung pekan lalu, Tato tewas akibat gagal mencoba ilmu kebal yang dipelajarinya dari Endang. Selain itu muncul pula info dari radio dengkul yang menyebutkan Tato pernah dicoba orang tuanya sendiri. Misalnya, ia tidak mempan dibacok ayahnya. Juga ketika disiram dengan air panas oleh ibunya, tubuh Tato tidak cedera. ''Itu fitnah. Siapa sih yang tega membacok anak kesayangannya,'' kata Hartono kepada Asikin dari TEMPO. Dengan nada geram ia menuding berita itu sebagai sensasi belaka. Mengapa Tato sampai menyiramkan air panas ke tubuhnya, Endang mengaku tak tahu-menahu. Begitu pula Hartono. Ayah tiga anak ini juga tak ingin musibah ini diungkit lagi. ''Percuma, menghabisi ongkos, waktu, dan menambah kesedihan kami saja,'' katanya. Baginya, bahkan tidak ada yang dipertanyakan lagi, misalnya tentang Endang yang enggan mampir ke rumahnya sejak jenazah muridnya itu dimakamkan. Padahal jarak rumah mereka hanya sekitar 250 meter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus