Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Satu orang dengan 127 kepribadian

Penderita kelainan (penyimpangan) kepribadian satu orang yang memiliki dua kepribadian yang bertentangan. (sel)

27 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANDA barangkali tahu kisah Dr. Jekyll and Mr Hyde. Yaitu satu orang yang diceritakan memiliki dua kepribadian yang bertentangan. Siang hari Jekyll seorang dokter yang penuh peri kemausiaan. Malam hari ia seorang Mr. Hyde yang mengerikan. Sekitar tahun 1960-an, para penggemar film barangkali ingat pula film lain -- The Three faces of Eve, juga diputar di Jakarta, dan mengisahkan seorang wanita dengan tiga kepribadian yang juga bertentangan. Orang-orang yang seperti itu ternyata bukan hanya khayalan para pengarang. Paling tidak di Amerika: para ahli telah banyak menelitinya. Alkisah, Marianna suatu malam terjaga dari tidurnya karena rasa nyeri yang sangat. Setelah menghidupkan lampu, ia melihat goresan darah hitam pekat di sepreinya. Semuanya 30 goresan, di lengan dan kaki -- dengan pisau silet. Di meja toiletnya, di samping tempat tidur, tergeletak sepucuk surat dengan tulisan cakar ayam. Ternyata dari 'Si Penyabik'. Isinya ancaman, agar Marianna "menghentikan kebohongannya itu". Dan melarang 'Si Bocah' buka mulut, membocorkan rahasia yang bertahun-tahun dipendam Si Penyabik. "Kalau tidak, akan saya bunuh," bunyi ancaman itu. Yang jadi soal: baik Si Penyabik, Si Bocah maupun Marianna, ketiganya berada dalam satu jasad. Kepribadian mereka berbeda satu sama lain, dan ketiganya tidak merasakan perasaan yang sama. Bagi Si Penyabik -- tokoh lelaki beringas -- Si Bocah dan Marianna adalah orang-orang lain. Ia tak menyadari bahwa kematian dua tokoh itu berarti juga kematian dirinya sendiri . Apa yang dituturkan Marianna (nama-nama dalam tulisan ini sudah diubah, demi keselamatan para pelaku) oleh para dokter jiwa di Amerika dikenal sebagai sindrom yang disebut 'penyimpangan kepribadian yang bermacam-macam' (multiple personality disorder), yang sampai hari-hari kemarin kurang mendapat perhatian para peneliti ilmu kedokteran jiwa. Padahal sudah sejak 1791 seorang dokter Italia mengisyaratkan adanya penyakit ini. Ada pula sebuah buku, yang beberapa tahun lalu terbit di Amerika, Sybill, yang menceritakan hal tersebut. Toh baru tiga tahun belakangan ini kalangan psikiatri yakin sungguh-sunguh -- demikian ditulis wartawan kedokteran Ellen Hale dalam majalah The New York Times. Sebelumnya mereka menganggap penderita hanya sebagai orang yang "pintar berpura-pura". Dr. Frank W. Putnam, Jr., psikiater dan fisiolog di Institut Nasional Kesehatan Jiwa di Bethesda, Maryland, telah menemukan perbedaan yang mengejutkan dalam getaran-getaran otak para penderita kelainan kepribadian. Suara mereka juga berubah. Waktu jadi tokoh beringas Si Penyabik, misalnya, Marianna yang perempuan itu bisa memperdengarkan suara laki-laki yang galak. Sebaliknya waktu jadi Si bocah. Dalam literatur kedokteran Amerika, sedemikian jauh baru kurang dari 300 kasus penyimpangan kepribadian seperti itu yang dilaporkan. Tapi seorang ahli, Dr. Richard P. Kluft, asisten profesor psikiatri di Universitas Pennsylvania, baru-baru ini menulis tentang perawatan yang diberikan kepada 70 dari 154 pasien yang pernah dilihat atau ditanganinya sendiri. Menurut para ahli, penderita penyimpangan kepribadian itu sering disalah diagnosa sebagai para pengidap histeria, depresi, neurotik, borderline (keterbatasan intelijensi), schizophrenia epilepsi, atau kecanduan obat atau alkohol. Sekitar tahun 1910, diagnosa penyimpangan kepribadian di Amerika menurun. Bersama dengan itu diagnosa tentang schizophrenia, yang sedang jadi mode, banyak muncul -- demikian menurut profesor psikiatri terkemuka Dr. Milton Rosenbaum dari Fakultas Kedokteran Universitas Marshall di Huntington, Virginia Barat, dua tahun lalu. Dalam pada itu para ahli rupanya sepakat dalam satu hal: untuk penyakit ini belum ada obat yang mujarab. Sebagian besar mereka berpendapat, berbagai kepribadian yang menyimpang-nyimpang pada seseorang itu harus 'dilebur' melalui psikoterapi jangka lama. Atau, kalau tidak, bila watak sadis seorang penderita bisa dilenyapkan, sebagian mereka bisa tetap bertahan hidup, meski kepribadiannya tetap menyimpang. Salah seorang pasien Dr. Putnam, Ann (45 tahun), baru diketahui penyakitnya setelah observasi lebih dari setahun. Ann dikirim keluarganya ke Pusat Klinik Institut Nasional Kesehatan Mental. Tapi keadaannya makin memburuk, meski sudah setahun dirawat. Ia diperiksa berkali-kali, baik secara psikiatri maupun neurologi. Dua kali seminggu Ann menghadiri terapi kelompok Dr. Putnam. Keadaannya sama sekali tak membaik. Pucat, dan suka memukul. Tapi kadang-kadang bersemangat dan jenaka, tanpa ia sendiri menyadari perubahan itu. Dalam kebingungan, Dr. Putnam meminta kepada perawat Ann untuk menanyakan kepadanya: adakah ia merasa "ada lebih dari satu orang" dalam dirinya. Ketika Ann menjawab 'ya', mulailah orang-orang itu diteliti satu demi satu. Akhirnya Dr. Putnam dan perawatnya menyadari, apa yang selama ini mereka duga sebagai penyakit kelainan mental pada Ann ternyata "pertarungan" antara bermacam-macam kepribadian dalam dirinya. Selama tiga tahun, sang dokter telah menyaksikan lebih dari 60 orang yang didiagnosa sebagai menderita sindrom seperti itu. Ia lalu mempersiapkan studi yang paling ambisius -- untuk menentukan betapa sesungguhnya kepribadian yang menyimpang itu, seberapa luas pengaruhnya, dan apa sebabnya. Natasha bercerih di rumahnya di Maryland. Sejak usia dua sampai 16 tahun, ia sering diperkosa ayahnya sendiri. Bahkan sampai usia 12 tahun perkosaan acap berlangsung dengan disaksikan ibunya, yang kadang-kadang aktif membantu ayahnya. Kebejatan seperti ini memang tidak bisa dibayangkan terjadi di negeri kita. Baru ketika Natasha berusia 12 tahun, dan perkembangan tubuhnya mulai tampak, ibunya minta ayahnya menghentikan perbuatan itu. Ayah Natasha, bankir dan petani di Oklahoma itu, tak kehilangan akal. Anaknya dibawanya ke kantor, dengan dalih akan diajari masalah perbankan. Ini terjadi tiap Sabtu pagi, di saat kantor tutup. Dan di sana, di meja kerjanya, si bapak "mengerjain" anak kandungnya. Pada usia 16 itu pula Natasha mengandung jabang bayi ayahnya sendiri. Dan kini, pada usia 29, ia mengaku punya 127 (seratus dua puluh tujuh) kepribadian yang berlainan dalam dirinya. Yang terdapat dalam kasus itu ialah salah satu mekanisme pertahanan diri manusia yang dikenal sebagai paling ruwet dan sejati, kata Dr. Putnam. Nampaknya penyimpangan kepribadian itu berkembang sejak masa kanak-kanak, sebagai akibat penyiksaan fisik dan mental yang terus-menerus dan keji oleh orantua sendiri. Atau oleh sanak saudara dan teman dekat, misalnya, dalam kasus-kasus lain. Sekitar 100 psikiater di seluruh AS yang disurvei Dr. Putnam melaporkan, lebih dari 90% pasien yang pernah mereka diagnosa dan rawat sebagai penderita kepribadian menyimpang, memang telah mengalami penyiksaan fisik atau seksual untuk waktu lama di masa kanak mereka. Kenyataan ini telah lama dilaporkan para ahli. Tapi survei Dr. Putnam telah memperkuat pula apa yang sebelumnya hanya jadi dugaan alias hipotesa belaka. Dari laporan para perawat dalam surveinya diketahui, 85% penderita terdiri dari wanita. Tapi ini mungkin hanya mencerminkan kecenderungan masyarakat yang memberi perlakuan berbeda kepada pria dan wanita yang berperi laku keras. Sementara yang pria dijebloskan ke penjara, wanitanya lebih sering hanya dikirim ke dokter jiwa. Dalam pada itu karena tidak semua anak yang pernah disiksa mengalami penyimpangan kepribadian, tentu ada unsur lain yang menyebabkan kelainan pada yang sebagian itu. Ini dimulai dari kemampuan yang wajar untuk "memisahkan diri" atau menghipnotis diri sendiri. Karena selalu dikurung, diperkosa, dipukuli dan disiksa secara fisik maupun psikologis oleh orang-orang yang mestinya mencintai mereka, anak-anak ini belajar melarikan diri "secara mental dan emosional". Mereka menciptakan kepribadian yang lain dalam dirinya untuk menghadapi penyiksaan. Dalam keadaan terjepit, siapa pun akan berusaha menyelamatkan diri. Itu berarti melawan atau menghindar secara nyata, kata Dr. Frances C. Howland, asisten profesor psikiatri klinis dari Fakultas Kedokteran Universitas Yale, yang sudah bertahun-tahun merawat penderita seperti ini. Dan, "yang tak mampu berbuat kedua-duanya, lalu melakukannya dalam angan-angan atau secara simbolis. Memisah-misahkan kepribadian dalam diri merupakan tindakan pelarian simbolis itu." Dalam perkembangan berikutnya, proses penyelamatan diri itu menjadi mekanisme yang sulit diterapkan setelah si anak dewasa. Semakin dewasa ia, semakin kukuh berbagai kepribadian itu. Seorang penderita lain, yang menamakan dirinya Sybill, dalam usia 60 tahun juga menceritakan betapa ia sering diperlakukan kejam oleh orangtuanya sejak kanak-kanak. Lalu 16 macam pribadi yang bersarang dalam dirinya 'dibaurkan' dalam analisa 11 tahun -- oleh Dr. Cornelia B. Wilbur, dari Fakultas Kedokteran Universitas Kentucky di Lexington. Dr. Wilbur percaya, jumlah kepribadian yang dikembangkan seorang penderita menunjukkan tingkat keparahan penyiksaan yang dialaminya semasa kanak-kanak. Semakin parah, dan semakin si anak tidak berdaya, semakin banyak. Tiap kepribadian biasanya membawakan peranan khusus. Si Penyabik dalam diri Marianna, misalnya, menubuhkan aspek kemurkaan dan dendam. Yang lain menjelmakan kenangan yang mengguncangkan di masa kecil. Lalu ada pula yang tampil untuk suasana romantis. Dalam diri seorang penderita, Judy, misalnya, 31 tahun, ada pribadi seorang sarjana yang gagap. Namanya Mary, dan kononnya merupakan sarjana yang disegani di lingkungan Harvard karena hasil penelitiannya yang bermutu tinggi. Di samping itu masih ada figur Emma, yang datang seminggu sekali untuk membersihkan rumah. Emma munculnya hanya sebentar dalam diri Judy. Para ahli menamakannya 'fragmen kepribadian' dalam diri Judy, yang datangnya hanya untuk waktu dan tujuan tertentu. Di antara berbagai pribadi yang silih beranti dalam diri satu orang itu, terdapat perbedaan fisiologis yang menyolok. Ini tampak pada hasil riset Dr. Putnam, yang memusatkan kegiatannya pada usaha mengukur getaran dan kegiatan otak. Risetnya menggunakan tes dengan teknik yang disebut 'potensi yang dibangkitkan' (evoked potential), yang mengukur pola reaksi otak terhadap rangsangan tertentu. Putnam memilih para penderita 'fungsional' -- yang bisa hidup wajar sehari-hari, dan tidak merasa terganggu oleh kelainannya. Kepala mereka dipasangi elektroda pesawat elektroencephalograf (EEG = pencatat getaran otak). Empat orang yang paling stabil dan dominan, di antara sepuluh pasien yang dites, menjalani teknik itu -- dan selama lima hari diteliti untuk memastikan hasilnya. Sebagai kontrol, dites pula sepuluh orang normal dengan cara yang sama. Dr. Putnam mencatat, tinggi rendahnya getaran otak -- berapa lama ia mencapai puncaknya, setelah penderita disinari cahaya -- sangat besar perbedaannya pada seorang penderita, sementara pada orang normal tidak banyak perubahan. Penemuan ini menunjukkan bahwa seseorang bisa punya beberapa kesadaran independen yang berdampingan dalam satu otak. Berarti, secara elektrofisiologis orang-orang ini punya otak yang secara fungsional berbeda. "Dan inilah yang paling penting," kata Dr Howland. Karena mereka nampak memproyeksikan kenyataan milik mereka sendiri. Ditambah dengan tes lain yang menggunakan apa yang disebut para sarjana sebagai 'analisa spektral EEG', Putnam sampai pada kesimpulan sementara -- bahwa penderita kepribadian menyimpang bisa menyimpan berbagai intelijensi yang berbeda. Dan ketika suara pribadi-pribadi itu dianalisa, ditemukan pula perbedaan yang tak kalah menariknya. Jika si penderita 'mengganti' pribadinya, suaranya pun berganti, termasuk aksen, tata bahasa. Natasha, ketika menjadi dirinya sendiri, berbicara dalam bahasa Inggris dengan aksen berat daerah selatan Amerika. Sebagai Susan, ia hanya berbahasa Prancis. Pribadinya yang lain lagi dengan lancar berbahasa Cina dan Spanyol, bahkan menuliskannya sekalian. Menurut Natasha, bahasa-bahasa tersebut dipelajari secara terpisah "oleh masing-masing pribadi"nya. Yang berbahasa Spanyol belajar dari seorang pengurus rumah tangga yang pernah tinggal dengan keluarga Natasha selama beberapa tahun. Bahasa Prancis Susan didapatnya di sekolah, sedang bahasa Cina diperdapat dari tukang kebun keluarganya. Ketika Natasha dan Judy diperiksakan pada seorang ahli kelainan bicara, Christy L. Ludlow, hasilnya "sungguh mengejutkan". Mary, pribadi yang sarjana dalam diri Judy, bicaranya tergagap-gagap. Kelainan bicara seperti ini "tak mungkin terjadi secara berkala atau atas perintah," kata Dr. Ludlow, setelah memeriksa rekaman suaranya. Sedang pribadi Judy yang lain bicaranya sangat lancar. Ini berarti, pada saat yang sama seseorang bisa bicara lancar dan tergagap-gagap suatu hal yang tidak mungkin, menurut Dr. Ludlow. Nada suara Natasha "fenomenal", menurut Ludlow, yaitu 1.000 hertz atau dua kali lipat dibanding pada kebanyakan orang. Penyanyi atau aktor terlatih sekalipun tidak semua punya nada suara seperti itu. Ketika mengetes Natasha, Dr. Ludlow dikejutkan oleh pertemuannya dengan Candy, pribadi lain lagi dalam diri wanita itu. Candy rupanya baru berusia empat tahun, dan menggunakan bahasa Inggris yaag biasa diucapkan kalangan Negro-Amerika. Ini diakui Candy sendiri, ketika ditanya apa warna kulitnya. Nampaknya semua penderita kepribadian menyimpang memang punya satu pribadi dalam dirinya -- biasanya anak-anak -- yang punya ingatan lengkap dan kesadaran total akan pribadi-pribadi lain 'rekannya'. Beberapa psikiater menamakannya 'penolong intern', karena sering kali besar bantuannya dalam psikoterapi. Dr. Putnam dan rekan-rekannya sedang menyelenggarakan tes lain yang amat khusus -- untuk melacak ingatan, emosi, motivasi, dan bahasa tubuh, di samping memeriksa apakah getaran otak penderita menuju normal sementara terapi diberikan. Sarjana ini "belajar banyak" dari para penderita. Tapi ilmu psikiatri modern masih memandang konsep mengenai penyimpangan kepribadian yang bermacam-macam itu dengan skeptis. Dr. Martin T. Orne, misalnya, dari Fakultas Kedokteran Universitas Pennsylvania, menamakan penyimpangan itu folie a deux antara pasien dan terapis. Yaitu kelainan mental yang sama dan menimpa dua orang, biasanya para anggota keluarga yang tinggal bersama. Si terapis, melalui sugesti yang halus dan tak disadari, sebenarnya bisa menciptakan berbagai kepribadian pada diri pasien yang mudah kena sugesti. Dan itulah yang sebenarnya terjadi, katanya. Dr. Orne, ahli hipnotis yang disegani itu, tidak meragukan adanya penyimpangan itu. "Hanya barangkali diagnosanya terlalu berlebihan." Kasus Sherry barangkali yang paling berat yang pernah ditangani Dr. Bliss dari Universitas Utah. Sebelum ketemu Bliss, selama 15 tahun Sherry berobat kepada 12 dokter di seluruh AS. Tapi baru Dr. Bliss yang mendiagnosanya sebagai penderita kepribadian menyimpang. Ia mengamuk ketika mula-mula ketemu si dokter: menyangka melihat bercak-bercak darah di kemeja prakteknya. Dalam perawatan beberapa bulan kemudian Sherry tak lagi melihat darah itu, setelah "seseorang" dalam dirinya menceritakan kepada dokter tersebut bagaimana ayah Sherry "main dokter-dokteran" dengan dia waktu masih kecil. Ayahnya dulu suka mengenakan jas dokter putih sambil .... memperkosanya -- dan darah bercipratan di jas sang bapak. "Seseorang" lain, bernama Cleo, akhirnya lenyap pula dari dalam diri Sherry setelah terapi berbulan-bulan. Cleo ini suka mencekik kucing. Ini merupakan kebiasaan ayah Sherry pula: membunuh kucing, sebagai ancaman kepadanya agar tidak membocorkan rahasia bersama. Kini, betapa pun, Sherry hidup sebagai wanita pengusaha yang sukses di Salt Lake City. Tak banyak orang tahu penyimpangan kepribadiannya. Cara biasa yang ditempuh para dokter dalam penyembuhan ialah "menyatukan" bermacam kepribadian dalam diri pasien mereka. Setiap pribadi harus mengenal pengalaman mengerikan yang menyebabkan penyimpangan itu, dan mulai bekerja sama dan berkomunikasi satu sama lain. Dengan waktu cukup lama -- dan dengan nasib baik, atau pertolongan Tuhan -- pribadi yang berbeda-beda itu akhirnya membaur. Kadang-kadang dilaporkan terjadinya penyatuan secara 'spontan', tapi umumnya diperlukan waktu bertahun-tahun. Sekarang ini para dokter menganggap penyimpangan kepribadian sebagai salah satu dari sedikit kelainan mental yang tak bisa disembuhkan dengan obat-obatan, seperti halnya schizophrenia, depresi dan lain-lain. Pasien nampaknya hanya bisa membaik dengan psikoterapi yang tepat, menurut Dr. Howland. Tapi tentang 'penyatuan', sebagian penderita sendiri menganggapnya bukan jawaban yang tepat. Lebih merupakan norma umum yang dipaksakan: Judy yang bertubuh ramping itu malah mengatakan "banyak sekali manfaatnya" jadi penderita berkepribadian menyimpang. Mary, misalnya, si sarjana Harvard dalam diri Judy itu, adalah penulis berbakat dan cantik padahal Judy sendiri lemah dalam tata bahasa dan ejaan. Pribadi-pribadi lain dalam dirinya adalah ini: penyair, pelukis, atlet -- semuanya 27 "orang". Maka, membaurkan aneka kepribadian ini menjadi satu bisa berarti mengorbankan demikian banyak 'keahlian' bagi Judy. Bahkan John, tunangan Judy, kepala jurusan sosiologi Universitas Middle Western, mendukung keputusan Judy untuk tetap berkepribadian banyak. Yang paling disukainya tentu saja pribadi Judy asli, meski ia mengagumi pribadi Mary yang pintar. Ia sendiri berhasil terhindar dari usaha pembunuhan oleh Lea, pribadi yang ganas dalam diri tunangannya itu. Mula-mula, mengetahui keadaan pacarnya, John memang sangat bingung. Suatu saat ia harus bertarung dengan satu pribadi yang liar, dan tiba-tiba berbicara dengan orang lain yang sama sekali tidak tahu terjadinya perkelahian tadi. Dan semua ini dialaminya dengan satu orang -- Judy, tunangannya sendiri. Bagi sebagian penderita, penyembuhan tak mungkin bisa sempurna. Bagi Judy, kunci penyembuhan hanyalah menyingkirkan tokoh-tokoh jahat dalam dirinya. Bagi penderita lain, satu-satunya jawaban ialah 'pembauran' tadi. Sedang bagi banyak orang di Indonesia, misalnya, berbagai kasus penyimpangan itu sering dianggap termasuk dalam satu pengertian yang sama sekali lain: kesurupan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus