JARINGAN televisi swasta bakal muncul di Malaysia. Barangkali
karena para penonton di sana sudah mulai bosan dengan acara pada
saluran satu dan dua dari shen Malaysia (RTM), sehingga
pemerintah merasa perlu memacu RTM dengan menampilkan semacam
saingan melalui saluran tiga. Juru bicara Kementerian Penerangan
Malaysia, Omi habibah Syariff, membantah berjangkitnya kebosanan
penonton tersebut. Tetapi sebuah penelitian menunjukkan
sepertiga jumlah penonton -- umumnya keturunan Cina di kota-kota
besar cenderung beralih ke video.
Selama ini jumlah penonton televisi Malaysia tak kurang dari
empat juta orang dewasa: Melayu 57%, Cina 31%, dan India 12%.
"Dengan menampilkan acara-acara yang lebih menarik, saya
berharap bisa menyingkirkan video yang buruk," ujar Mohamad
Tawfik run Dr. Ismail, manajer Fleed Group Sdn Bhd yarig akan
mengelola jaringan televisi partikelir tersebut. Kelompok
perusahaan besar milik perusahaan penerbitan "resmi" New Straits
rimes Group ini tidak sendirian. Bersamanya ada perusahaan
"resmi" lain seperti Utusan Malaysia Group Syed Kechik
Production dan beberapa pengusaha besar lainnya.
Perusahaan-perusahaan itu, masing-masing memegang 20% dari
saham, sementara sisanya dipegang para pengusaha.
Nama penyelenggara siaran ini sudah dirancang yaitu Sistem
Talivishen Malaysia Bhd. Studionya yang cukup luas, sekitar 20
ha, akan dibangun di sekitar Lembah Kelang, kawasan pinggir
Kuala Lumpur. Peralatan teknik yang serba modern akan dibeli
dari Jepang atau AS. Seluruh biaya proyek ini tak kurang dari Rp
20 milyar. Fleed Group yang akan meneelola manajemen Syed Kechik
Production kebagian menangani program siarannya. Seperti halnya
saluran satu dan dua, televisi swasta di saluran tiga ini akan
menggunakan bahasa Malaysia, Inggris, Mandarin dialek Kanton dan
India Tamil.
Direncanakan akan mulai siaran tepat pada 1 Januari 1985, sejak
pagi-pagi masyarakat penonton sudah dipersiapkan. Minggu lalu,
misalnya, dalam rubrik TV Times dari koran New Sunday Times
memuat angket apa yang mereka maui dari kehadiran saluran tiga
itu. Sementara izin menyelenggarakan siara televisi
nonpemerintah ini sudah diajukan ke Kementerian Energi, Pos dan
Telekomunikasi Malaysia, lampu hijau rupanya sudah tampak dari
kantor PM Datuk Seri Dr. Mahatir Mohammad. Cuma tentu saja ada
syaratnya: antara lain siarannya tidak boleh melanggar hukum
negara, hukum Islam dan tidak pula menyinggung masalah-masalah
ras yang dianggap rawan.
Kabarnya, Mahathir sendiri cenderung memberi kebebasan kepada
Sistem Talivishen Malaysia Bhd kelak untuk mengendalikan seluruh
programnya, termasuk siaran berita. Artinya tidak perlu
menyiarkan siaran berita RTM. Namun Syed Kechik sendiri, yang
bakal menyusun proram siaran, malah lebih suka merelay warta
berita atau soal-soal politik dari RTM. "Saya kira tidak usahlah
mendapat kebebasan sampai sejauh itu," kata pengusaha kayu dan
film asal Sabah ini. Bisa dimaklum, sebab televisi swasta ini
memang akan diarahkan sebagai televisi komersial. Berdasarkan
penelitian selama empat bulan yang menghabiskan sekitar Rp 20
juta, siaran televisi swasta ini bakal menggaruk keuntungan
besar.
Siarannya, yang diajukan lebih bermutu ketimbang RTM, terutama
hendak menjangkau masyarakat kota-kota besar seperti, Kuala
Lumpur, Kelang, Johor Baru, Kotabaru, Kelantan, Kinibalu
(Sabah), Kuching (Serawak). Sebab untuk menjangkau seluruh
pelosok negara, seperti yang selama ini dilakukan oleh RTM,
dibutuhkan biaya besar seperti pembangunan stasion relay dan
sewa satelit. Selain itu, penduduk di kota-kota besar tersebut
yang kebanyakan keturunan Cina -- yang dewasa ini cenderung
beralih ke video memang menjadi sasaran.
Meskipun Sistem Talivishen Malaysia Bhd tidak diizinkan memungut
pajak (RTM menarik 24 ringgit per tahun dari setiap keluarga,
tak peduli berapa jumlah pesawat yang dimiliki, hitam atau
berwarna), badan siaran baru ini sangat optimistis bakal
menggaruk ringgit dari iklan -- juga dari film cerita hasil
produksi sendiri yang akan dipasarkan pula ke negera-negara
tetanga. Terutama diharapkan saluran tiga ini bakal menarik
minat masyarakat Cina di kota-kota besar -- yang tentu banyak di
antaranya pengusaha -- dengan sendirinya diharapkan pula iklan
bisa diserap.
Dengan cara yang sudah cukup ketat, tahun lalu televisi Malaysia
mengeruk keuntungan lebih dari Rp 17 milyar dari iklan saja. Ini
berarti 18% dari seluruh biaya iklan yang tersebar di seluruh
media. Ketika tahun lalu hampir semua media massa mengalami
kemunduran iklan RTM justru mengalami kenaikan 12%. Padahal di
sana ada peraturan yang cukup ketat mengenai periklanan. Itulah
sebabnya, tidak terikat oleh peraturan penyiaran iklan yang
sangat ketat, televisi swasta di saluran tiga ini diharapkan
mampu merebut jenis-jenis iklan yang selama ini tidak boleh
disiarkan lewat saluran satu dan dua.
Selain menyiarkan lebih banyak lagi iklan pada waktu-waktu yang
bagus, saluran tiga merencanakan pula memberi tempat bagi
iklan-iklan yang lebih kecil. Karena itu kunci dari gagasan
televisi swasta yang komersial ini ialah: sebagai jaringan
siaran khusus untuk masyarakat kota, sekaigus memberi kesempatan
bagi iklan jenis kecil menjaring sasaran konsumen yang tepat.
Meski begitu pihak Fleet Group tidak memperhitungkan bahwa
saluran tiga bakal menjadi sumber rezeki setiap malam.
Diperkirakan usaha ini baru mencapai "titik impas" setelah tiga
tahun berjalan.
Menghadapi tantangan televisi swasta, RTM tidak tinggal diam.
Kementerian Penerangan negeri itu segera akan membenahi program
dan acara yang disiarkan lewat saluran satu dan dua. Beberapa
karyawan televisi, juga karyawan televisi di Kinibalu (Sabah)
dan Kuching (Serawak), akan ditatar di Kuala Lumpur, sementara
beberapa stasiun transmisi akan diperbaiki. Stasiun transmisi
hitam-putih mengudara sejak 1963, yang berwarna mulai akhir
1978. Karena tefevisi Serawak selain bersiaran dalam bahasa
Melayu juga dalam bahasa daerah seperti bahasa Iban dan
Kayan/Kenyah, tidak sedikit pula penduduk Indonesia yang tinggal
di perbatasan dapat menikmati siaran dari negeri tetangga. Asal
kelak mereka titak tergiur oleh iklan iklan di saluran tiga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini