Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Saluran tiga melawan video

Jaringan televisi swasta akan muncul di malaysia. dikelola oleh fleed group sdn bhd dan pengusaha lainnya patungan dengan pemerintah. (md)

27 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JARINGAN televisi swasta bakal muncul di Malaysia. Barangkali karena para penonton di sana sudah mulai bosan dengan acara pada saluran satu dan dua dari shen Malaysia (RTM), sehingga pemerintah merasa perlu memacu RTM dengan menampilkan semacam saingan melalui saluran tiga. Juru bicara Kementerian Penerangan Malaysia, Omi habibah Syariff, membantah berjangkitnya kebosanan penonton tersebut. Tetapi sebuah penelitian menunjukkan sepertiga jumlah penonton -- umumnya keturunan Cina di kota-kota besar cenderung beralih ke video. Selama ini jumlah penonton televisi Malaysia tak kurang dari empat juta orang dewasa: Melayu 57%, Cina 31%, dan India 12%. "Dengan menampilkan acara-acara yang lebih menarik, saya berharap bisa menyingkirkan video yang buruk," ujar Mohamad Tawfik run Dr. Ismail, manajer Fleed Group Sdn Bhd yarig akan mengelola jaringan televisi partikelir tersebut. Kelompok perusahaan besar milik perusahaan penerbitan "resmi" New Straits rimes Group ini tidak sendirian. Bersamanya ada perusahaan "resmi" lain seperti Utusan Malaysia Group Syed Kechik Production dan beberapa pengusaha besar lainnya. Perusahaan-perusahaan itu, masing-masing memegang 20% dari saham, sementara sisanya dipegang para pengusaha. Nama penyelenggara siaran ini sudah dirancang yaitu Sistem Talivishen Malaysia Bhd. Studionya yang cukup luas, sekitar 20 ha, akan dibangun di sekitar Lembah Kelang, kawasan pinggir Kuala Lumpur. Peralatan teknik yang serba modern akan dibeli dari Jepang atau AS. Seluruh biaya proyek ini tak kurang dari Rp 20 milyar. Fleed Group yang akan meneelola manajemen Syed Kechik Production kebagian menangani program siarannya. Seperti halnya saluran satu dan dua, televisi swasta di saluran tiga ini akan menggunakan bahasa Malaysia, Inggris, Mandarin dialek Kanton dan India Tamil. Direncanakan akan mulai siaran tepat pada 1 Januari 1985, sejak pagi-pagi masyarakat penonton sudah dipersiapkan. Minggu lalu, misalnya, dalam rubrik TV Times dari koran New Sunday Times memuat angket apa yang mereka maui dari kehadiran saluran tiga itu. Sementara izin menyelenggarakan siara televisi nonpemerintah ini sudah diajukan ke Kementerian Energi, Pos dan Telekomunikasi Malaysia, lampu hijau rupanya sudah tampak dari kantor PM Datuk Seri Dr. Mahatir Mohammad. Cuma tentu saja ada syaratnya: antara lain siarannya tidak boleh melanggar hukum negara, hukum Islam dan tidak pula menyinggung masalah-masalah ras yang dianggap rawan. Kabarnya, Mahathir sendiri cenderung memberi kebebasan kepada Sistem Talivishen Malaysia Bhd kelak untuk mengendalikan seluruh programnya, termasuk siaran berita. Artinya tidak perlu menyiarkan siaran berita RTM. Namun Syed Kechik sendiri, yang bakal menyusun proram siaran, malah lebih suka merelay warta berita atau soal-soal politik dari RTM. "Saya kira tidak usahlah mendapat kebebasan sampai sejauh itu," kata pengusaha kayu dan film asal Sabah ini. Bisa dimaklum, sebab televisi swasta ini memang akan diarahkan sebagai televisi komersial. Berdasarkan penelitian selama empat bulan yang menghabiskan sekitar Rp 20 juta, siaran televisi swasta ini bakal menggaruk keuntungan besar. Siarannya, yang diajukan lebih bermutu ketimbang RTM, terutama hendak menjangkau masyarakat kota-kota besar seperti, Kuala Lumpur, Kelang, Johor Baru, Kotabaru, Kelantan, Kinibalu (Sabah), Kuching (Serawak). Sebab untuk menjangkau seluruh pelosok negara, seperti yang selama ini dilakukan oleh RTM, dibutuhkan biaya besar seperti pembangunan stasion relay dan sewa satelit. Selain itu, penduduk di kota-kota besar tersebut yang kebanyakan keturunan Cina -- yang dewasa ini cenderung beralih ke video memang menjadi sasaran. Meskipun Sistem Talivishen Malaysia Bhd tidak diizinkan memungut pajak (RTM menarik 24 ringgit per tahun dari setiap keluarga, tak peduli berapa jumlah pesawat yang dimiliki, hitam atau berwarna), badan siaran baru ini sangat optimistis bakal menggaruk ringgit dari iklan -- juga dari film cerita hasil produksi sendiri yang akan dipasarkan pula ke negera-negara tetanga. Terutama diharapkan saluran tiga ini bakal menarik minat masyarakat Cina di kota-kota besar -- yang tentu banyak di antaranya pengusaha -- dengan sendirinya diharapkan pula iklan bisa diserap. Dengan cara yang sudah cukup ketat, tahun lalu televisi Malaysia mengeruk keuntungan lebih dari Rp 17 milyar dari iklan saja. Ini berarti 18% dari seluruh biaya iklan yang tersebar di seluruh media. Ketika tahun lalu hampir semua media massa mengalami kemunduran iklan RTM justru mengalami kenaikan 12%. Padahal di sana ada peraturan yang cukup ketat mengenai periklanan. Itulah sebabnya, tidak terikat oleh peraturan penyiaran iklan yang sangat ketat, televisi swasta di saluran tiga ini diharapkan mampu merebut jenis-jenis iklan yang selama ini tidak boleh disiarkan lewat saluran satu dan dua. Selain menyiarkan lebih banyak lagi iklan pada waktu-waktu yang bagus, saluran tiga merencanakan pula memberi tempat bagi iklan-iklan yang lebih kecil. Karena itu kunci dari gagasan televisi swasta yang komersial ini ialah: sebagai jaringan siaran khusus untuk masyarakat kota, sekaigus memberi kesempatan bagi iklan jenis kecil menjaring sasaran konsumen yang tepat. Meski begitu pihak Fleet Group tidak memperhitungkan bahwa saluran tiga bakal menjadi sumber rezeki setiap malam. Diperkirakan usaha ini baru mencapai "titik impas" setelah tiga tahun berjalan. Menghadapi tantangan televisi swasta, RTM tidak tinggal diam. Kementerian Penerangan negeri itu segera akan membenahi program dan acara yang disiarkan lewat saluran satu dan dua. Beberapa karyawan televisi, juga karyawan televisi di Kinibalu (Sabah) dan Kuching (Serawak), akan ditatar di Kuala Lumpur, sementara beberapa stasiun transmisi akan diperbaiki. Stasiun transmisi hitam-putih mengudara sejak 1963, yang berwarna mulai akhir 1978. Karena tefevisi Serawak selain bersiaran dalam bahasa Melayu juga dalam bahasa daerah seperti bahasa Iban dan Kayan/Kenyah, tidak sedikit pula penduduk Indonesia yang tinggal di perbatasan dapat menikmati siaran dari negeri tetangga. Asal kelak mereka titak tergiur oleh iklan iklan di saluran tiga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus