Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum akrab dengan Muhammad Romahurmuziy, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin lebih dulu mengenal abangnya, Mohammad Fajrul Falaakh. Pada hari Fajrul wafat, 12 Februari 2014, Lukman mengenang pakar hukum tata negara dari Universitas Gadjah Mada itu sebagai teman bertukar pikiran pada saat menyusun amendemen Undang-Undang Dasar 1945. Pada periode 1999-2004 itu, Lukman duduk sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
“Almarhum Mas Fajrul yang mengenalkan Lukman dengan Romy,” kata Achmad Baidowi, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan, yang pernah menjadi anggota staf Romahurmuziy, Selasa, 19 Maret lalu.
Sama-sama meniti karier di PPP, Lukman lebih dulu duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Romahurmuziy baru melangkah ke Senayan pada 2009. Sebelumnya, ia menjadi tenaga ahli Suryadharma Ali di DPR periode 1999-2004. Ketika Suryadharma diangkat menjadi Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil pada 2004 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Romahurmuziy pun menjadi anggota staf ahlinya.
Lukman dan Romahurmuziy berada dalam sekoci yang sama ketika partai Ka’bah pecah pada 2014. Seusai Pemilihan Umum 2014, Romahurmuziy menggelar muktamar di Surabaya yang menetapkan dia sebagai ketua umum. Sedangkan kubu Suryadharma, Ketua Umum PPP sebelumnya, menggelar muktamar tandingan di Jakarta dan memilih Djan Faridz sebagai ketua umum.
Di ujung pemerintahan Yudhoyono, Lukman ditunjuk sebagai Menteri Agama menggantikan Suryadharma, yang terjerat korupsi penyelenggaraan haji di Kementerian Agama. Keputusan Lukman merapat ke kubu Romahurmuziy pada 2014 juga terkait dengan posisinya sebagai Menteri Agama.
PPP hasil muktamar Surabaya membelokkan arah dukungan dari Prabowo Subianto-Hatta Rajasa ke Joko Widodo-Jusuf Kalla, pemenang pemilihan presiden 2014. Masuk koalisi Indonesia Hebat belakangan, PPP hanya kebagian jatah satu kursi menteri di kabinet Jokowi.
Menurut mantan Wakil Sekretaris Jenderal PPP yang kini menjabat Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP Wilayah Sumatera Utara dan Aceh, Hasan Husaeri Lubis, sebenarnya partainya menyiapkan Romahurmuziy sebagai menteri, bukan Lukman. Tapi saat itu Jokowi melarang menteri di kabinetnya merangkap jabatan di partai politik. Bila tetap ingin menjadi menteri, Romahurmuziy harus melepaskan posisi Ketua Umum PPP.
Lukman dan Romahurmuziy berada dalam sekoci yang sama ketika partai Ka’bah pecah pada 2014. Seusai Pemilihan Umum 2014, Romahurmuziy menggelar muktamar di Surabaya yang menetapkan dia sebagai ketua umum. Sedangkan kubu Suryadharma, Ketua Umum PPP sebelumnya, menggelar muktamar tandingan di Jakarta dan memilih Djan Faridz sebagai ketua umum.
Hasan mengatakan Romahurmuziy memilih mengurus partai yang babak-belur karena dualisme kepengurusan. “Jadilah Lukman menjadi wakil PPP di kabinet,” ujarnya. Ketimbang menyetorkan nama baru, PPP menyodorkan Lukman ke Jokowi karena politikus 57 tahun itu dianggap mampu memulihkan citra Kementerian Agama dalam waktu singkat setelah diterpa korupsi haji. Cerita yang sama diungkapkan Wakil Sekretaris Jenderal PPP Achmad Baidowi.
Memimpin Kementerian Agama periode Jokowi, Lukman justru disorot pada saat meluasnya gerakan menuntut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dipenjara karena dianggap menista Al-Quran pada akhir 2016. Sebagai Menteri Agama, Lukman dianggap tak bisa merangkul tokoh-tokoh organisasi kemasyarakatan Islam yang menjadi motor gerakan tersebut. Ketika isu reshuffle merebak, tersiar kabar bahwa salah satu menteri yang hendak diganti adalah Lukman. Sejumlah nama dari Nahdlatul Ulama disebut-sebut sebagai calon penggantinya.
Achmad Baidowi menyangkal anggapan bahwa Lukman dan Romahurmuziy berpangku tangan saat orang ramai turun ke jalan dalam gerakan 212. Keduanya berbagi tugas melobi pentolan aksi tersebut.
Dalam wawancara dengan Tempo pada 18 Januari 2017, Lukman mengatakan dua kali menemui petinggi ormas Islam di kantornya sebelum Aksi 212. Ia pun menjembatani Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia Bachtiar Nasir bertemu dengan Jokowi pada hari kedua Lebaran, 25 Juni 2017, di Istana Negara. “Saya membangun komunikasi dengan mereka,” kata Lukman.
Adapun Romahurmuziy bersafari ke para mubalig seperti Abdullah Gymnastiar dan Arifin Ilham. Sebagaimana diceritakan Romahurmuziy kepada Tempo pada 28 Februari lalu, ia sempat berkunjung ke Masjid Daarut Tauhid yang dikelola Aa Gym di Kebayoran Baru, Jakarta, sebelum Aksi 212. Menurut Romahurmuziy, mereka mendiskusikan banyak hal, termasuk pandangan Abdullah Gymnastiar terhadap pemerintah.
Menurut Baidowi, Romahurmuziy menyampaikan hasil lobi-lobi kader PPP terhadap ormas Islam kepada Jokowi. “Dari Mas Romy, Presiden tahu bahwa Mas Lukman bekerja di tengah Aksi 212,” ujar Baidowi. Seiring dengan redupnya gerakan 212, isu reshuffle yang menerpa Lukman pun berlalu.
Romahurmuziy yang menyelamatkan, Romahurmuziy pula yang menggoyahkan. Suap yang melibatkan Romahurmuziy menyangkut kewenangan Lukman di Kementerian Agama. Dimintai penjelasan soal hubungannya dengan Romahurmuziy dan jual-beli jabatan di kementeriannya, Lukman menolak menjawab. Ia menjelaskan sejumlah hal lewat aplikasi pesan WhatsApp kepada wartawan Tempo, Linda Trianita, tapi menolak hal tersebut dikutip.
Lukman menganggap tak etis menjawab pertanyaan yang terkait dengan perkara sebelum membeberkannya kepada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi. “Tidak patut saya menyampaikan hal-hal yang terkait dengan materi perkara,” kata Lukman.
RAYMUNDUS RIKANG, DEWI NURITA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo