Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DALAM dua pekan terakhir, Basuki Tjahaja Purnama dua kali menyambangi kediaman Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Dua pertemuan itu membahas rencana Basuki maju dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Menurut Basuki, Megawati terang-terangan memintanya kembali berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat, politikus PDI Perjuangan yang sekarang menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta. "Bu Mega bilang, 'Kalian ini sudah baik berdua,' gitu lho," katanya.
Pembicaraan dengan Megawati itu memberi sinyal keras Basuki masih membuka peluang maju lewat PDI Perjuangan, yang sejak awal ingin mengusungnya. Artinya, jika jalan ini yang dipilih, Basuki meninggalkan Teman Ahok, jaringan relawan pendukungnya, yang sejak awal berniat mendorongnya maju melalui jalur perseorangan. Dalam dua kesempatan, pada Selasa dan Kamis pekan lalu, Basuki diwawancarai Ananda Teresia, Erwan Hermawan, dan Larissa Huda dari Tempo seputar langkah politik yang akan diambilnya.
Belakangan Anda rajin bertemu dengan Megawati. Apakah sebagai upaya untuk merapat ke PDI Perjuangan?
Ketemu biasa saja. Kami (Teman Ahok) sudah mengumpulkan satu juta KTP. Mau dibatalkan bagaimana?
Tapi Anda datang bersama Djarot. Apakah itu bukan sinyal Megawati menghendaki duet ini berlanjut?
Bu Megawati enggak pernah maksa. Saya bilang, "Ini (Teman Ahok) sudah telanjur, Bu." Sekarang namanya Ahok-Heru Budi Hartono mau ganti gimana?
Anda terkesan memilih jalur independen karena ingin menghormati upaya Teman Ahok yang berusaha mengumpulkan satu juta KTP?
Kita lihat nanti saja.
Apakah berharap Megawati mendukung kendati Anda maju lewat jalur independen?
Dari zaman habis reformasi, aku juga enggak masuk PDI Perjuangan. Tapi, yang jelas, saya orangnya Megawati. Saya tahu beliau pasti akan memberikan calon gubernur terbaik bagi warga DKI. Kami tinggal tunggu keputusan beliau.
Saat acara haul Taufiq Kiemas, Rabu pekan lalu, Anda terlihat berbicara serius dengan Megawati dan Presiden Joko Widodo. Benarkah membahas soal pencalonan Anda?
Kalau dengan Bu Megawati dan Pak Jokowi, kami bercanda saja. Saya masuk sebentar, makan, lalu Pak Jokowi memanggil. Kata Presiden, saya ini temannya. Hanya itu, tidak ada yang lain.
Artinya, setelah Megawati sempat marah, hubungan Anda dengan Megawati sudah kembali cair?
Dari dulu juga cair-cair melulu gua mah. Kapan sih yang kental? Emang susu kental manis?
Mungkinkah pada detik-detik terakhir Anda memilih PDI Perjuangan sebagai kendaraan politik?
Kalau saya sih enggak mungkin meninggalkan Teman Ahok. Bisa kecewa berat dong mereka.
Meskipun jika tidak sampai terkumpul satu juta KTP?
Sejuta pasti sampai. Justru yang jadi masalah kalau ada yang ragu kami tidak bisa memenuhi target itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo