Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sayap Dreamliner Sentuhan Anak Jakarta

29 Mei 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Coba duduk empat baris ke belakang dari bangku barisan yang sejajar dengan sayap." Bramantya Djermani menyampaikan pesan itu melalui aplikasi WhatsApp ke layar telepon seluler saya, yang terbang menggunakan Boeing 787 Dreamliner seri terbaru. Anak perusahaan Singapore Airlines ini memesan seri terbaru Dreamliner untuk memperkuat armada penerbangan komersialnya.

Pesawat ini dilengkapi Wi-Fi sehingga penumpang bisa terhubung dengan dunia luar pesawat melalui dunia maya. Bram-nama panggilan Bramantya-mengirimkan pesan pendek itu dari Seattle, Amerika Serikat, ketika Dreamliner sedang berada di langit Alaska.

Dari ketinggian sekitar 10 kilometer di atas bumi, Alaska merupakan hamparan dataran dan gunung bersalju. Pada bagian yang berbatasan dengan Lautan Teduh, Alaska menjulurkan tanjung-tanjung kecil. Sebagian permukaannya direndam air. Bukit-bukit salju menyembul putih di sana-sini.

Bram, yang bekerja sebagai Industrial Engineer and Continues Improvement Coach di Boeing Commercial, Seattle, berpesan, dari posisi bangku di baris keempat dari titik sayap Dreamliner, ia ingin menunjukkan inovasi pada sayap pesawat terbang yang lebih melengkung. "Lihat lengkungnya. Lebih jelas, kan?" katanya, masih melalui WhatsApp.

Menurut dia, baru pada seri ini Boeing menggunakan sayap yang lebih melengkung, baik dari perspektif vertikal maupun horizontal. Menurut Bram, Boeing 787 menggunakan bahan komposit sehingga lentur. "Gerakannya seperti sayap burung," ujarnya.

Ia mengatakan Boeing 777x, pesawat yang paling baru, akan menggunakan sayap dengan bahan yang sama, komposit, dan ukurannya lebih panjang. Sebelumnya, sayap Boeing menggunakan bahan aluminium. Bram menyatakan punya andil bersama timnya menyelesaikan sayap Dreamliner berbahan komposit ini.

Bram sekaligus mengatakan bahwa kemampuan orang Indonesia tak kalah dibanding bangsa lain. Ia menyebutkan, di Boeing, ada seorang Indonesia yang menduduki posisi tinggi. Ia tak menyebut nama. Tapi, dalam perusahaan Boeing Commercial, kedudukannya penting. Selain itu, kata dia, setidaknya ada seratus orang Indonesia bekerja di Boeing di seluruh dunia. Mereka bekerja di bagian mekanik hingga insinyur.

Bram, 47 tahun, bersekolah sejak sekolah dasar hingga lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 31 di Utankayu, Jakarta. Lulus SMA, ia mengambil kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Baru dua tahun di Trisakti, ia pindah kuliah ke University of Toledo, Amerika, di jurusan teknik industri. Bram bergabung dengan Boeing sejak 2008. Sebelumnya, ia bekerja di General Motors.

Dari sisi pemasaran, Indonesia merupakan pasar penerbangan yang potensial. Wakil Presiden Senior Boeing Commercial Airplanes untuk penjualan wilayah Asia-Pasifik dan India, Dinesh Keskar, pun beberapa kali mengunjungi Indonesia, antara lain ke Bali, Yogya, dan Manado, sehingga banyak mengenal Indonesia.

Menurut dia, Indonesia dengan 17 ribu pulau di wilayahnya perlu transportasi cepat dan murah. "Potensinya luar biasa. Kalau saja rupiah bisa stabil terhadap dolar, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin baik," ujarnya kepada Tempo di Seattle.

Dinesh Keskar berkawan dengan bos Lion Group, Rusdi Kirana, yang kini menjadi Duta Besar Indonesia untuk Malaysia. "Saya berkeliling Indonesia bersama Rusdi," katanya. Enam tahun lalu, Lion membeli 230 pesawat Boeing 737 senilai Rp 195,2 triliun. Pembelian ini merupakan yang terbesar dalam sejarah Boeing.

Bersaing dengan Lion, tiga tahun lalu perusahaan penerbangan pelat merah Garuda Indonesia membeli 50 pesawat. Keskar mengungkapkan Sriwijaya Air tahun lalu bekerja sama dengan Boeing untuk menguatkan jangkauan penerbangan.

Sunudyantoro (seattle)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus