Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

SBY, Mega: Umumkan Kabinetmu!

Kasak-kusuk siapa yang duduk di kabinet dua kandidat Presiden RI, SBY-Kalla dan Mega-Hasyim, mulai gencar.

19 Juli 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUSILO Bambang Yudhoyono, kandidat Presiden RI dari Partai Demokrat, menyimpan satu kisah tentang karibnya, Letnan Jenderal TNI Sudi Silalahi. ?Sudi adalah teman saya yang loyal,? ujar Yudhoyono, yang kondang disapa SBY, di saat perayaan ulang tahun Sudi ke-55, Selasa pekan lalu. Dalam pesta kecil yang digelar di halaman kantor Leader itu?satu biro konsultan kampanye di Jalan Teluk Betung, Jakarta Pusat?SBY membuka kisah tersebut di depan tetamu yang hadir. Keduanya memang berkawan sejak dulu. Terakhir, saat Yudhoyono menjabat Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, Sudi adalah sekretaris di kementerian itu. Selain teman, kata SBY memulai kisahnya, Sudi adalah juga ?guru?-nya dalam soal ber-main golf. Bukan guru sembarang guru, melainkan guru yang tahu benar bagaimana memberi ?semangat? kepada ?anak buah?-nya. ?Setiap kali pukulan saya melenceng ke kiri, Sudi ikut memukul ke kiri juga,? cerita SBY. Padahal, sebagai guru, sudah pasti Sudi mampu melontar bola dengan lurus. Begitu juga ketika bola mencong ke kanan, ?Eh, Sudi juga ikut memukul ke kanan.? Mungkin itu sebabnya, bagi SBY, Sudi adalah kawan yang loyal. Hanya, tutur SBY, waktu dia berhasil memukul lurus dan bola tersesat masuk ke danau kecil, ?Sudi tak mau ikut-ikutan masuk ke danau itu,? kata SBY sambil tertawa. Sudi pun ikut terkekeh-kekeh. Cerita ini seperti mengingatkan orang pada kejadian sebelum SBY mundur dari kabinet Presiden Megawati, Maret yang lalu. Mungkin bedanya ada pada ending cerita. Pada mulanya SBY merasa tidak dilibatkan lagi oleh Presiden dalam berbagai urusan pemerintah yang menyangkut bidang kerjanya. Berita ini mencuat keluar setelah Sudi Silalahi, Sekretaris Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, bicara kepada pers soal ?pengucilan? SBY. Reaksi berdatangan. Ada yang mencela, tapi ada yang mendorong SBY agar keluar dari kabinet secepatnya. SBY akhirnya mundur. Sudi bertahan sebulan, sebelum kemudian dicopot oleh Menteri Koordinator ad interim, Hari Sabarno. ?Pukulan? SBY masuk danau, Sudi pun ikut masuk danau?. Dari dalam ?danau?, keduanya bahu-membahu menuju pemilihan presiden ronde pertama. Pesta tumpeng malam itu seperti menegaskan kerja sama Sudi dan SBY itu. Seperti diketahui, SBY dan Jusuf Kalla sementara ini bertengger di peringkat satu ronde pertama pemilihan presiden. Menurut Tabulasi Nasional Pemilu Komisi Pemilihan Umum (KPU), Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla telah menyabet suara 33 persen dari 105 juta pemilih, sampai Sabtu pekan lalu. Dengan angka itu, mereka tak terbendung melompat ke pemilu presiden ronde kedua, yang menurut jadwal KPU berlangsung pada 20 September nanti. Ronde kedua tentu lebih berat karena pesaing SBY, yaitu Megawati, tentu tidak akan membiarkan lawan politiknya menyabet kursi istana dengan percuma. Maka, strategi baru perlu disusun, termasuk merekrut sejumlah nama calon menteri yang punya ?nilai jual? di mata masyarakat dan bisa bekerja sama dengan SBY dan Jusuf Kalla bila keduanya terpilih. Meski masih terdengar sayup-sayup, di kubu itu beberapa nama sudah disebut-sebut masuk ?tim bayangan?. Yang pertama jelas adalah sohib berat SBY itu. ?Nama Sudi Silalahi dijagokan sebagai Menteri Sekretaris Negara,? bisik salah satu anggota lingkaran tim kampanye SBY-Kalla yang minta dengan sangat agar namanya tak disebut. Secara resmi, SBY memang belum mengumumkan susunan kabinetnya. Tapi di jaringan Internet, lewat pelbagai milis, versi kabinet SBY gencar beredar. Memang semuanya mengaku bersumber dari ?bocoran?. Nama-nama yang masuk pun sangat mungkin berubah-ubah lagi. Ada satu edaran nekat yang menyebut sumbernya bocoran dari lingkaran dekat SBY sendiri. Misalnya mencatut nama Brighten Institute, satu lembaga riset di Bogor yang dikenal mengambil posisi think tank kubunya SBY. Sejumlah nama tokoh pun muncul di kabinet versi ?bocoran Brighten? itu. Nama Sudi ada juga di sana. Tapi bukan dengan embel-embel jabatan Menteri Sekretaris Negara, melainkan di posisi Menteri Dalam Negeri. Selain itu, ada juga Rahmat Witoelar, yang selama ini dikenal sebagai motor tim sukses SBY. Rahmat disebut-sebut sebagai kandidat Menteri Luar Negeri. Tapi, saat dilakukan konfirmasi, Rahmat membantah SBY sudah menyusun daftar kabinet seperti yang beredar ke publik. ?Itu semua tak benar. Belum ada pembicaraan penyusunan kabinet,? ujarnya. Dia menyebutkan formasi kabinet SBY akan didominasi kalangan ahli dan profesional. Secara umum, konsep kabinet memang telah dibicarakan secara internal. ?Cuma, sama sekali belum disebut nama orang-orangnya,? ujarnya. Menurut Rahmat, mereka sekarang sibuk menggarap strategi putaran kedua. Memang, dalam rangka itu, kontak dengan sejumlah orang dan kekuatan politik sudah dilakukan. Tapi belum ada pembicaraan resmi. Menurut Rahmat, kubu SBY kini sedang memikirkan kampanye ke akar rumput. Tujuannya, memperluas basis pendukung mereka yang tersebar di penjuru daerah (lihat, Dongkrak Gratis SBY). Pengacara kondang Todung Mulya Lubis juga disebut-sebut bakal diposkan sebagai Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam gerbong SBY. Tapi, Mulya Lubis membantah pernah dihubungi oleh para calon presiden untuk ikut dalam salah satu kabinet. ?Saya belum pernah dihubungi untuk soal jabatan di kabinet,? ujar Mulya dari kantornya di Mayapada Tower, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Senin pekan lalu. Yang menarik adalah nama Yusril Ihza Mahendra, yang kini masih menjabat Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia di kabinet Megawati Soekarnoputri. Dia juga tertera di edaran milis itu. Yusril mungkin satu dari sekian ?teman setia? SBY. Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) ini sejak awal mendukung pencalonan SBY sebagai RI-1. Ketika Yusril menggelar acara peluncuran buku di Gedung Graha Niaga di Jalan Sudirman, Rabu pekan lalu, SBY memang menyempatkan diri untuk hadir. Tapi, menurut M. Lutfi, pembantu dekat SBY, tak ada pembicaraan soal kabinet antara bosnya dan Yusril. ?SBY hadir karena ini koalisi partai,? ujarnya. Lutfi juga menyebut edaran itu bohong belaka. Isu bocoran kabinet SBY ini sempat bikin pusing Dadi Heryono Gunawan, salah satu bos Brighten Institute. Dia membantah susunan kabinet yang beredar di sejumlah milis itu bocor dari lembaganya. Brighten, kata dia, memang sempat melakukan studi kabinet yang pernah ada di Indonesia. Riset itu mencakup kabinet sejak Presiden Sukarno berkuasa. Tujuannya, mereka ingin melihat efektivitas kabinet dari setiap pemerintahan. Hasil kajian itulah yang disorongkan ke SBY sebagai masukan. Tapi, kata Dadi, yang dikaji adalah struktur dan fungsi kabinet. Mereka belum sampai mengusulkan nama tokoh yang duduk di kabinet nanti. ?Itu sepenuhnya hak SBY menentukan siapa orangnya,? ujarnya. Mereka hanya memberi catatan khusus agar kabinet SBY lebih tampil sebagai kabinet kerja. Isinya harus kelompok profesional yang tepercaya dan punya kecakapan. Model kabinet ?pelangi? seperti masa pemerintahan Abdurrahman Wahid atau Megawati sama sekali tidak dianjurkan. Terbukti, kata Dadi, kabinet itu tak efektif. Memang, tanpa resep ?pelangi?, ada risiko perlawanan wakil-wakil partai lawan di parlemen bakal menggoyang SBY jika ia terpilih sebagai presiden. Soalnya, Partai Demokrat, yang mengusung SBY, bukanlah kekuatan dominan. Partai itu meraih paling banter 57 dari 550 kursi di DPR. Kekuatan politik Demokrat di parlemen sangat jauh dibandingkan dengan Partai Golkar, yang menguasai 128 kursi, atau PDI Perjuangan dengan 109 kursi. Meski begitu, menurut Dadi, yang ikut dalam lingkaran tim sukses SBY, adalah penting menyusun ?kabinet bayangan? sebelum pemilihan putaran kedua. ?Kabinet bayangan? menurut dia akan menjadi bagian dari kampanye ronde kedua dan daya tarik bagi pemilih. Dengan begitu, publik akan mendapat jaminan tentang personel yang akan ikut gerbong pemerintahan SBY. ?Mungkin juga nanti akan dilakukan, tergantung pertimbangan politiknya. Yang jelas, jika itu terjadi, SBY akan mengumumkannya,? ujar Dadi. Robik Mukav, kepala informasi dan komunikasi tim sukses SBY-JK, menyebut prioritas kabinet SBY adalah penegakan hukum dan pembangunan ekonomi. Semua konsepnya sedang dimatangkan. Yang pasti, kata bekas Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat itu, tak ada niat menghidupkan kembali posisi Menteri Penerangan. ?Saya bisa beri jaminan tak ada rencana itu. Tak perlu khawatir ada upaya pengekangan pers,? ujarnya. Soal format kabinet pun, kata Robik, belum ada tanda-tanda dengan kelompok politik mana SBY akan berbagi kursi menteri. Lalu, apa kata SBY? Seperti yang diungkapkannya kepada TEMPO, Yudhoyono lebih suka pada kabinet berisi orang ahli. Dia memisahkan persoalan koalisi partai dan penyusunan kabinet. ?Itu dua hal berbeda. Kami tidak akan melakukan praktek dagang sapi yang akan menyakitkan hati rakyat,? ujarnya, Selasa pekan lalu. Kabinet, menurut dia, sebaiknya berwatak profesional. Tapi, dia menilai terlalu dini bicara masalah kabinet sekarang. Rupanya, SBY masih mau menunggu hasil suara definitif di putaran pertama, sambil menghitung kemungkinan di babak kedua nanti. ?Biarkan rakyat yang menentukan dulu,? tuturnya. Isu kabinet bayangan juga sempat bersemi di kubu Megawati-Hasyim Muzadi. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Sutjipto, mengaku menerima usulan nama dari orang-orang di lingkaran terdekat Mega-Hasyim tentang tokoh yang bakal direkrut dalam kabinet Mega-Hasyim?jika pasangan ini menang tentunya. Yang dicari, kata Sutjipto, adalah tokoh yang punya kredibilitas tinggi dan cakap di bidangnya. Sejauh ini, kata Sutjipto, baru sejumlah nama masuk dalam usulan. ?Misalnya Nurcholish Madjid, Azyumardi Azra, Marsillam Simanjuntak, dan Todung Mulya Lubis,? ujarnya. Titik berat kabinet Mega-Hasyim, kata Sonny Keraf, sebenarnya tak jauh dari SBY-Kalla. Formatnya kemungkinan besar tak lagi model gotong royong. Sementara dulu harus bagi-bagi kursi menteri ke sejumlah partai, kabinet mendatang bakal dominan kelompok profesional. Tugas utama kabinet, kata bekas Menteri Lingkungan yang dekat dengan Megawati itu, adalah memperbaiki ekonomi dan memberantas korupsi. Fokusnya, kepentingan masyarakat bawah. ?Visi ekonomi dan penegakan hukum sangat penting,? ujar bendahara tim kampanye Mega-Hasyim itu. Tapi, yang tak kalah penting, menurut Sonny, adalah figur di kabinet. Penentuan figur yang bisa menarik hati masyarakat mutlak adanya. Fakta menunjukkan bahwa Megawati-Hasyim hampir pasti kalah dari SBY-Kalla di ronde pertama. Maka, pertarungan head to head, dengan mengandalkan figur Mega untuk melawan SBY, harus sedapatnya dihindari. SBY, yang popularitasnya melonjak di putaran pertama, harus dihadapi dengan cara membentuk tim, yaitu figur-figur calon pengisi kabinet yang tepercaya di mata publik. Misalnya, untuk penegakan hukum, ?Kami mencatat dua nama, Marsillam Simanjuntak dan Todung Mulya Lubis,? ujar Sonny. Memang, menurut dia, belum disebutkan jabatan apa bagi tokoh-tokoh itu. Penentu terakhir tetaplah Megawati. Sejauh ini, strategi ini sudah mulai dijalankan. Sejumlah nama itu, kata Sonny, sudah masuk daftar tim lobi Mega-Hasyim. Tim itulah yang akan melakukan pendekatan. Mungkin belum semua tokoh dihubungi, atau malah ?direvisi? dari daftar yang disusun sebelumnya. Marsillam Simanjuntak, bekas menteri pada kabinet Presiden Abdurrahman Wahid itu, sebagai contoh, mengaku tak tahu-menahu bahwa namanya termasuk yang disebut-sebut tim PDI Perjuangan. ?Saya tidak mengetahui dan tidak pernah dihubungi oleh yang menyebut nama saya, apalagi oleh orang yang menentukan. Lebih baik saya tidak melayani gosip sementara ini,? ujarnya. Gosip atau bukan, rencana merekrut calon-calon personel kabinet di kubu Mega jalan terus. Bagi kubu itu, langkah ini dianggap perlu. Selaku runner-up di putaran pertama, kubu Moncong Putih membutuhkan figur-figur segar yang diharapkan bisa meraup dukungan masyarakat. Heri Akhmadi dari Mega Center menambahkan bahwa tokoh yang diajukan nanti haruslah tokoh yang punya kompetensi. Agar publik tahu, menurut sumber, kubu Mega akan mengumumkan kabinet segera, sebelum pemilihan presiden putaran kedua berlangsung. Tentu tidak ada yang mutlak dalam politik. Termasuk soal kabinet ini. Bahasa populernya, menunggu dinamika politik. Kalaupun diumumkan, menurut Heri, tidak semua orang yang akan duduk di kabinet Mega-Hasyim dibuka ke muka publik. ?Mungkin sebagian saja. Kalau diumumkan semua, berarti kita sudah menutup pintu untuk yang lain,? ujarnya. Dan publik tinggal menunggu kandidat presiden mana yang mengumumkan kabinet lebih dulu. Jangan-jangan, untuk pemilih yang masih mengambang (undecided voters), kabinet itu akan jadi daya tarik untuk menetapkan pilihannya. Nezar Patria, Hanibal W.Y.W., Agung Rulianto, Y. Tomi Aryanto, Danto, Yandhrie Arvian (TNR)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus