Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama 87 tahun, meski lebih banyak dikenal sebagai sosok yang ekonomis dalam kata-kata, Soeharto sebetulnya mengalami begitu banyak drama dalam hidupnya. Berikut adalah perjalanan hidupnya:
8 Juni 1921 Soeharto lahir di Kemusuk, Argamulya, Yogyakarta. Ia anak tunggal pasangan Sukirah dan Kertoredjo alias Wagiyo alias Panjang alias Kertosudiro.
1935-1939 Soeharto menempuh pendidikan di SLTP dan sekolah agama di Wonogiri dan Yogyakarta.
Juni 1940 Pemuda Soeharto masuk sekolah tentara KNIL di Gombong, Jawa Tengah.
5 Oktober 1945 Soeharto resmi menjadi anggota TNI.
26 Desember 1947 Ia kemudian melangsungkan pernikahan dengan Raden Ayu Siti Hartinah, anak KRMT Soemoharyomo, seorang wedana, di Solo.
1 Maret 1949 Atas saran Sri Sultan Hamengku Buwono IX kepada Panglima Besar Soedirman, Brigade-10 pimpinan Letnan Kolonel Soeharto melakukan serangan umum di Yogyakarta, yang dapat diduduki selama enam jam, untuk membuktikan bahwa RI masih ada. Peristiwa ini kelak menjadi kontroversi sejarah apakah yang lebih berperan Sultan Hamengku Buwono ataukah Letnan Kolonel Soeharto dalam penyerangan ini, karena di masa Orde Baru tampak peran Soeharto ditonjolkan.
17 Oktober 1959 Jenderal Nasution memecat Soeharto sebagai Pangdam Diponegoro setelah Soeharto diketahui menggunakan institusi militernya untuk meminta uang dari perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah. Soeharto ditempatkan di Seskoad Bandung.
Maret 1961 Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) terbentuk, dengan Soeharto sebagai komandan.
2 Januari 1962 Brigadir Jenderal Soeharto menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat.
3 Oktober 1965 Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib. Jabatan ini memberikan wewenang besar untuk melakukan pembersihan terhadap orang-orang yang dituduh sebagai pelaku G30S/PKI.
14 Oktober 1965 Mayor Jenderal Soeharto dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat dan segara membubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
11 Maret 1966 Letjen Soeharto menerima Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno, yang isinya memberikan kekuasaan kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk dan atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Panglima Besar Revolusi mengambil tindakan yang dianggap perlu demi terjaminnya keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi.
12 Maret 1966 Dengan memegang Supersemar, Soeharto mengumumkan pembubaran PKI (Partai Komunis Indonesia) dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.
1 Juli 1966 Soeharto mendapat kenaikan pangkat sebagai jenderal bintang empat.
22 Februari 1967 Soeharto—selaku pemegang Ketetapan MPRS No. XXXIII/ 1967—menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno.
7 Maret 1967 Melalui Sidang Istimewa MPRS, Soeharto ditunjuk sebagai pejabat presiden sampai terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
12 Maret 1967 Jenderal Soeharto ditetapkan sebagai Pejabat Presiden RI.
27 Maret 1968 MPRS mengukuhkan Jenderal Soeharto menjadi Presiden RI.
10 Juni 1968 Presiden Soeharto mengumumkan susunan Kabinet Pembangunan I.
15 Juni 1968 Presiden Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden, terdiri dari Ali Wardhana, M. Sadli, Subroto, Emil Salim, Frans Seda, Soemitro Djojohadikusumo, Widjojo Nitisastro, dan Radius Prawiro.
29 Maret 1973 Soeharto dilantik kembali sebagai Presiden RI. Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai wakil presiden.
22 Maret 1978 Soeharto dipilih oleh MPR sebagai presiden untuk periode ketiga kalinya. Adam Malik wakil presiden.
1 Maret 1983 Sidang Umum MPR memutuskan memilih kembali Soeharto sebagai Presiden RI, dan Umar Wirahadikusumah sebagai Wakil Presiden RI.
1983 Melalui Tap MPR No. V/Tahun 1983, MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan.
16 Maret 1983 Presiden Soeharto mengumumkan susunan Kabinet Pembangunan IV yang terdiri atas 21 menteri, tiga menteri koordinator, delapan menteri muda, dan tiga pejabat setingkat menteri.
10 Januari 1984 Presiden Soeharto mengisi formulir keanggotaan Golkar, dengan demikian ia resmi menjadi anggota Golkar.
21 Juli 1986 Atas keberhasilan Indonesia melakukan swasembada pangan, Presiden Soeharto mendapat penghargaan dari organisasi pangan dunia, FAO.
10 Maret 1988 Soeharto dipilih oleh MPR sebagai presiden untuk kelima kalinya. Sudharmono wakil presiden.
8 Juni 1989 Karena Indonesia dinilai sukses dalam menjalankan keluarga berencana, Presiden Soeharto mendapat piagam penghargaan perorangan kependudukan Indonesia di Markas Besar PBB, New York.
1992 Presiden Soeharto menjadi Ketua Gerakan Non-Blok.
Maret 1993 Soeharto dipilih oleh MPR sebagai presiden untuk keenam kalinya. Try Sutrisno wakil presiden.
29 April 1996 Istri Soeharto, Siti Hartinah, meninggal dunia.
Maret 1998 Soeharto dipilih oleh MPR sebagai presiden untuk lima tahun lagi. B.J. Habibie wakil presiden.
21 Mei 1998 Di Istana Merdeka, Soeharto membacakan pidato pengunduran diri sebagai presiden.
31 Agustus 2000 Pengadilan atas Soeharto dimulai. Soeharto tidak hadir. Dokternya mengatakan ia sakit sehingga tidak bisa memberikan kesaksian.
28 September 2000 Pengadilan memutuskan Soeharto secara medis tidak mungkin diajukan ke pengadilan, dan menghentikan kasus tersebut.
13 November 2000 Soeharto terkena sesak napas sehingga terpaksa diberi bantuan oksigen pernapasan dan infus.
13 Juni 2001 Soeharto melalui sebuah operasi pemasangan alat pacu jantung permanen di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) untuk mempertahankan frekuensi nadi menjadi optimal.
17 Desember 2001 Soeharto menderita pneumonia.
Pertengahan Maret 2002 Soeharto mengalami perdarahan dan dirawat di kediamannya.
29 Oktober 2002 Soeharto sehat dan mampu berjalan sendiri tanpa dipapah dan tanpa menggunakan tongkat ketika ziarah ke makam Tien Soeharto di Astana Giribangun, Mangadeg, Karanganyar.
27 April 2004 Soeharto dirawat di RSPP karena menderita gangguan saluran pencernaan usus besar.
11 Mei 2006 Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan mengeluarkan Surat Keputusan Penghentian Penuntutan (SKPP) perkara mantan presiden Soeharto, yang isinya menghentikan penuntutan terhadap kasus yayasan Presiden Soeharto.
20 Mei 2006 Mantan presiden Soeharto masih dinyatakan belum melalui masa kritis penyakitnya, dan masih dirawat di RSPP.
4 Januari 2008 Kembali dirawat di RSPP karena kadar hemoglobin rendah, tekanan darah turun, dan ada penimbunan cairan sehingga tubuh membengkak. Pemerintah menawarkan penyelesaian di luar sidang kasus perdata Soeharto. Keluarga Cendana menolak, pemerintah mencabut opsi memaafkan Soeharto.
27 Januari 2008 Soeharto wafat.
Ngarto Februana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo