SUHARMAN kaget. Buruh serabutan yang tak lazim mengirim surat itu, pertengahan Desember lalu, menerima surat. Dari siapa? pikirnya. Ia lalu membaca oret-oretan di keras bekas pembungkus obat nyamuk itu. Isinya: "Pak, bekerjalah rajin-rajin, biar dapat duit banyak. Terus belikan barang-barang. Nanti saya curi lagi." Lalu surat berbahasa Jawa itu diberi tanda tangan: Min. Edan. Bak disengat kalajengking, Suharman, 50, segera memeriksa isi rumahnya. Hasilnya: radio Nasional 3 band, kaca mata hitam kesayangannya, serta sebuah celana biru amblas. Di bagian kiri rumah ia menemukan dinding gedeknya berlubang sebelanga. Slamet, ketua RT Kalirejo, Lamper Tengah, Semarang Timur, segera dilapori. Bagai reserse, Slamet segera melacak. Ditelitinya satu-satu model tulisan tangan warganya di buku induk RT. Tapi, terdapat tiga bentuk tulisan yang mirip. "Saya jadi bingung," kata Pak RT. Gagal usaha pertama, ia langsung melakukan observasi lapangan. Dari anak-anak yang bermain di tanah kosong dekat rumah Suharman, ia menemukan titik terang. Anak-anak itu mengaku, "Kang Min yang membuat lubang itu. Tapi kami disuruh diam." Nah. Kang Min, yang nama lengkapnya Kadimin, 28, segera ditangkap. Kernet angkutan kota asal Wonogiri itu, yang baru setahun tinggal di situ, langsung mengaku. Kepada polisi Kadimin bilang, hasil penjualan barang curiannya (cuma, Rp 12.300) sudah hahis buat taruhan gaple dan berkencan dengan WTS. Lalu, mengapa tulis surat segala? "Saya sudah tiga kali mencuri di rumah itu, dan tidak ketahuan. Yang keempat itu, saya kepingin bikin kejutan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini