Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sejarah orang hitam

Lembaran sejarah kaum hitam di amerika diwarnai perbudakan yang keji dan penuh penistaan. lembaran ini membenamkan mereka ke sebuah citra buruk. kendati mereka ikut berjuang untuk kemerdekaan amerika, nasib mereka tak segera berubah. konflik hitam putih berkepanjangan.

16 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Amerika, orang apa saja yang punya nenek moyang hitam, tak peduli ia berkulit hitam atau putih, disebut "orang hitam". Golongan kulit hitam Amerika kebanyakan punya keturunan orang-orang Negro dari Afrika. Dewasa ini jumlah mereka sekitar 25 juta dan merupakan golongan minoritas terbesar di negara yang berpenduduk sekitar 200 juta jiwa itu. Dulu mereka disebut Negro yang berarti "hitam" dalam bahasa Spanyol dan Portugis. Tapi julukan Negro punya konotasi buruk karena dianggap sebagai suatu penghinaan. Karena itu mereka lebih suka disebut black people (orang hitam) atau Afro-American (orang Amerika keturunan Afrika). Ratusan tahun lalu para pedagang budak Arab menangkap orang-orang hitam dan menjualnya sebagai budak di Afrika Utara dan Timur Tengah. Ada juga yang dijual sampai ke Eropa Barat. Perdagangan budak Arab di Afrika Timur berlangsung bertahun-tahun kemudian setelah perdagangan budak di Afrika Barat dan Eropa telah lama terhenti. Tahun 1400-an para pedagang budak Eropa berdatangan di Afrika Barat mencari "komoditi". Bersamaan dengan itu benua Amerika memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak dan murah. Adalah orang Spanyol dan orang Portugis yang pertama kali membawa budak-budak hitam ke Amerika. Orang-orang hitam pertama kali diperkenalkan di koloni-koloni Inggris di Amerika pada 1619. Pada tahun itu John Rolfe dari Jamestown, Virginia, menulis dalam catatan hariannya bahwa keluarganya membeli "20 orang negar" dari sebuah kapal Belanda. Menjelang akhir abad-17, setiap tahunnya ratusan budak hitam didatangkan ke dunia baru itu. Tahun 1700-1750 setiap tahunnya diimpor ribuan budak kulit hitam. Menjelang Perang Revolusi, jumlah mereka mencapai 700 ribu, padahal jumlah penduduk Amerika pada waktu itu hanya sekitar 2,5 juta. Di beberapa negara bagian Selatan hadir sedemikian banyaknya orang hitam sehingga jumlah mereka pernah mencapai dua kali jumlah orang putih. Selama periode akhir abad ke-17 sampai pertengahan abad ke-18 terjadi beberapa pemberontakan budak hitam sehingga para kolonis memberlakukan peraturan yang ketat bagi orang hitam. Hukuman sangat kejam diterapkan untuk pelanggaran yang ringan sekalipun. Banyak sekali perundangan diciptakan dan diterapkan terhadap golongan hitam, baik yang bebas maupun yang budak, lantaran para kolonis takut orang hitam bebas akan memimpin pemberontakan. Ketika Perang Amerika meletus ada sekitar 5.000 orang hitam menjadi Angkatan Bersenjata Revolusioner, yang budak dan yang bebas. Ada beberapa sejarawan yang yakin bahwa Cripus Attucks, salah satu patriot Amerika yang terbunuh dalam Pembantaian Boston, tak lain seorang budak hitam yang kabur dari majikannya. Dalam pertempuran Bunker Hill, dua orang kulit hitam (Peter Salem dan Salem Poor) menunjukkan keberanian dengan sangat menonjol. Setelah Amerika merdeka banyak pemimpin Amerika, termasuk Benjamin Franklin, Noah Webster, dan John Jay menentang sistem perbudakan. Tahun 1774 Rhode Island menjadi negara bagian pertama yang melarang impor budak, pada 1782 di Virginia digolkan sebuah legislasi yang menganjurkan pembebasan para budak. Parlemen-parlemen di Utara kemudian memberlakukan juga hukum yang melarang perdagangan dan impor budak. Ketika UUD Amerika disusun, 1787, sebuah pasal yang melarang perdagangan manusia sebagai budak dimasukkan ke dalamnya. Tapi digalakkannya penanaman kapas pada 1793 di Selatan menyebabkan meningkatnya kebutuhan budak hitam. Penanaman tebu di negara bagian Louisiana makin mempertajam kebutuhan budak. Tahun 1820-1840 jumlah budak di negara bagian Missisippi dan Alabama meningkat dari hanya sekitar 75.000 menjadi 500.000. Walaupun Kongres melarang impor budak setelah 1 Januari 1808, peraturan itu tak pernah dipaksakan. Sebagian besar budak kulit hitam bekerja di perkebunan kapas, tembakau, ladang padi, jagung, dan tebu. Ada sejumlah kecil yang bekerja sebagai pelayan di rumah-rumah tangga. Jenis terakhir ini biasanya hidup dengan lebih baik dan mendapat sedikit pendidikan. Banyak dari mereka yang menghadiri sekolah-sekolah Minggu dan belajar membaca dan menulis. Budak bisa saja setiap saat dijual dan dipisah-pisahkan dengan keluarga mereka. Para pemilik yang kejam sering memperlakukan budak-budak mereka dengan tak layak. Tapi banyak juga yang memperlakukan budak-budak mereka secara manusiawi. Dari sekitar 4,5 juta orang kulit hitam di Amerika, tahun 1860, kira-kira 4 juta berstatus budak. Sebagian dari mereka bebas dengan membeli kemerdekaan mereka sendiri. Ada yang dimerdekakan para tuannya atau karena terciptanya peraturan lokal yang melarang perbudakan. Ada juga yang kabur. Akibat faktor-faktor itu makin banyak orang kulit hitam yang lahir sebagai orang bebas. Sebagian dari orang-orang hitam yang bebas itu ternyata memiliki budak juga. Banyak orang kulit hitam bebas yang mencatatkan sanak saudara atau teman dekat mereka sebagai budak agar tidak dijebloskan ke dalam perbudakan orang kulit putih. Tapi hak-hak orang kulit hitam bebas itu sangat dibatasi, baik di Utara maupun di Selatan. Mereka diharuskan selalu membawa tanda diri dan tidak bebas bergerak atau berpindah tempat tinggal. Setiap negara bagian mengharuskan kaum hitam membawa keterangan bahwa mereka bekerja. Orang-orang bebas itu hidup sebagai pedagang, pengrajin, atau pekerja kasar. Tapi kebanyakan negara bagian membatasi lapangan-lapangan pekerjaan untuk dimasuki orang hitam. Orang putih pada umumnya menolak bekerja berdampingan dengan orang hitam. Apabila seorang putih menuduh seorang hitam budak pelarian, pengadilan biasanya mengirimnya kembali ke tuannya. Pengadilan tak mau menerima kesaksian seorang hitam apabila itu menyangkut perkara yang melibatkan orang putih. Setelah Perang Revolusi, orang hitam bebas di beberapa negara bagian Utara dan Selatan mendapat hak pilih. Tapi setelah tahun 1830 orang hitam di Selatan tak boleh lagi punya hak suara dan hanya di New England saja mereka punya sedikit hak-hak demokrasi. Di New York hanya orang hitam yang kaya boleh memilih. Di Utara dan Selatan gereja tak mengizinkan orang hitam jadi jemaat. Karena itu orang hitam membentuk gereja khusus untuk kaum hitam. Misalnya saja, Gereja Episkopal Metodis Afrika adalah salah satu organisasi keagamaan orang kulit hitam yang tertua. Mejelang permulaan abad ke-19 badan-badan pendidikan khusus dibentuk untuk orang hitam. Tapi ada beberapa perguruan tinggi menerima orang hitam, termasuk Bowdoin, Oberlin, Franklin, Rutland, dan juga Harvard. Beberapa universitas khusus kulit hitam bermunculan. Dari pendidikan ini orang hitam mulai menjadi penulis dan redaktur. Koran hitam pertama, Freedom's Journal terbit untuk pertama kali pada 1827 di bawah asuhan Samuel Cornish dan John Russwurm. American Colonizatuin Society dibentuk pada 1817. Tugas organisasi itu adalah mencari tanah di luar Amerika dan mengirim golongan budak hitam bebas. Lembaga itu mebentuk sebuah koloni di pantai barat Afrika dan koloni itu menjadi negara berdaulat pada 1847 di bawah nama Liberia. Inilah negara bebas berpemerintahan sendiri di Afrika Hitam.MDRVIVcmMDNM Banyak kaum hitam bebas yang ingin pergi ke sana tapi sebagian besar berpendapat Liberia dibentuk hanya sebagai tempat pembuangan bagi mereka. Orang-orang kulit hitam yang lahir di Amerika berpendapat bahwa Afrika bukan lagi tanah tumpah darah mereka. Mereka yang dilahirkan di Afrika malah menjadi orang asing di tanah kelahiran mereka sendiri karena mereka tak paham bahasa dan kebiasaan orang lokal. Hanya 12.000 orang saja yang pergi ke sana. Gerakan abolisi di Amerika muncul sejak 1688 ketika para pemeluk Kristen Quaker di Pennsylvania mulai berbicara secara terbuka dengan mengatakan perbudakan sebagai sistem moral yang salah. Tapi baru pada 1830-an gerakan abolisi tumbuh menjadi gerakan moral. William Lloyd Garrison dianggap pencetus gerakan tersebut. Ia mulai menerbitkan korannya, Liberator, pada 1831. Kemudian Lembaga Anti-Perbudakan Amerika, yang dibentuk pada 1833, memperjuangkan tuntutan agar sistem keji itu diakhiri. Buah pena para abolisionis, seperti Uncle Tom's Cabin karya Harriet Beecher Stowe, telah memfokuskan perhatian nasional terhadap perbudakan. Para abolisionis radikal malah menganjurkan para budak memberontak tapi mereka tak memberikan jalan keluar atau rencana untuk para budak yang memerdekakan diri. Banyak orang di Utara dan di Selatan menentang gerakan tersebut. Para abolisionis dipersalahkan telah menyulut pemberontakan budak yang dipimpin Nat Turner di Virginia pada 1831. Ada sebuah organisasi yang dikenal dengan nama underground railroad dibentuk orang-orang Quaker pada 1831. Tujuannya menolong budak-budak yang kabur dari para tuan mereka untuk menyingkir ke negara-negara bagian Utara dan Kanada. Harriet Tubman, seorang budak pelarian, adalah pemimpin paling terkenal dari organisasi bawah tanah itu. Seorang tokoh abolisi radikal, John Brown, dan para pekerja jalan kereta api memutuskkan untuk menyerbu Selatan dan membebaskan para budak. Untuk mendapat senjata, ia bersama 18 pengikutnya menyerang gudang senjata dan amunisi negara di Harpers Ferry, negara bagian yang sekarang bernama Virginia Barat, pada 1859. Brown tertangkap, dituduh berkhianat, dan dihukum gantung. Para abolisionis menganggap Brown sebagai pahlawan. Namun, di Selatan, sikap ini dianggap sebagai tindakan Utara mencari segala daya untuk menghapuskan perbudakan. Sejak itu Selatan mempersiapkan perang. Ketika Perang Saudara meletus tahun 1861 para abolisionis mendorong pemerintah untuk memerdekakan para budak. Presiden Abraham Lincoln mempersiapkan beberapa rencana untuk memberikan ganti rugi bagi para tuan yang bersedia memerdekakan budak-budaknya. Ia juga mempertimbangkan rencana untuk mengirim para budak merdeka ke Hindia Barat atau ke mana saja. Ia mengatakan tujuan utamanya adalah menyelamatkan Amerika dan bukan menghancurkan perbudakan. Awal tahun 1863 Lincoln mengeluarkan Proklamasi emansipasi. Pada dasarnya ia tak memerdekakan budak lantaran peraturan itu hanya berlaku di wilayah-wilayah konfederasi (Selatan) yang masih bertempur melawan pemerintah pusat. Empat negara bagian yang masih mempraktekkan perbudakan berpihak pada Utara dan budak-budak di keempat negara bagian ini tak terusik oleh peraturan tersebut. Para budak di Selatan tak memperoleh kemerdekaan sampai perang berakhir. Baru pada 1865 ketika Amendemen ke-13 Konstitusi Amerika diberlakukan, semua budak memperoleh kemerdekaan. Kemudian disahkan juga Amendemen ke-14 dan 15 yang menjamin hak-hak tertentu untuk para bekas budak. Perang Dunia I memberi kesempatan baru bagi orang hitam di dunia industri. Sekitar 500.000 orang hitam pindah ke Utara. Tahun 1920-an jumlah mereka meningkat menjadi 1,5 juta di Utara dan pada 1940-an mencapai 2,5 juta. Namun, tak berarti hidup di Utara jauh lebih baik. Berkali-kali kerusuhan rasial terjadi di Detroit dan Chicago. Lapangan kerja untuk mereka dibatasi, demikian juga perumahan. Mereka hanya boleh tinggal di wilayah-wilayah kumuh dan harus membayar sewa tinggi. Tapi dalam periode ini banyak tokoh hitam muncul di berbagai bidang. Perkembangan musik blues dan jazz sangat dipengaruhi musisi hitam, seperti Louis Armstrong dan W.C. Handy. Tahun 1927 Oscar De Priest menjadi orang hitam Utara pertama yang terpilih menjadi anggota Kongres mewakili Partai Republik. Tahun 1937 Joe Louis menjadi petinju hitam yang memegang sabuk juara dunia kelas berat. Dan hampir 2 juta orang hitam menjadi tentara Amerika dalam Perang Dunia II. Dengan berakhirnya PD II, Amerika kembali mempraktekkan diskriminasi rasial. Di Selatan, UU segregasi memisahkan murid hitam dan murid putih di Sekolah-sekolah. Orang hitam dilarang masuk teater, kamar mandi umum, restoran, dan tempat-tempat umum lainnya yang diperuntukkan orang putih. Di Utara, yang tak mempraktekkan segregasi, diskriminasi masih saja terjadi dalam menentukan perumahan dan pekerjaan. Banyak tokoh masyarakat hitam maupun putih menekankan perlunya penghapusan diskriminasi dan melindungi hak-hak si hitam. Tahun 1954 pengadilan mengesahkan UU yang mengugurkan segregasi dalam sistem pendidikan di seluruh Amerika. Keputusan itu sebenarnya terbatas pada dunia pendidikian tapi gemanya terdengar di bidangbidang lain. Sejak itu terjadilah keributan-keributan di kampus-kampus dan sekolah, terutama di Selatan. Insiden yang terkenal adalah di SMA Central di Little Rock, Arkansas, pada 1957. Waktu itu gubernur Arkansas, Orval E. Faubus, memerintahkan National Guard untuk mengepung sekolah itu agar pelajar-pelajar hitam tak bisa masuk. Insiden itu baru berakhir setelah Presiden Eisenhower memerintahkan tentara Federal turun tangan dan memaksakan integrasi. Tahun 1962 terjadi kekerasan ketika James Meredith terdaftar sebagai orang hitam pertama di Universitas Missisippi. Jaksa Agung Robert Kennedy terpaksa mengirimkan polisi Federal untuk melindungi dia tapi insiden baru berakhir setelah dua orang terbunuh dan beberapa luka-luka. Sejak 1960-an protes kaum hitam makin lama makin radikal. Mereka mengatur berbagai kegiatan -- mulai dari parade, show of force, demonstrasi sampai ke kekerasan -- untuk merontokkan diskriminasi rasial. Klimaks gerakan hak-hak sipil itu terjadi pada 23 Agustus 1963 ketika sekitar 200.000 orang kulit hitam dan putih melakukan demostrasi unjuk rasa di Washington. Jutaan orang menyaksikan kejadian itu di layar TV dan mendengar bagaimana Martin Luther King mengatakan ia punya mimpi bahwa pada suatu ketika orang Amerika dinilai atas dasar karakternya dan bukan karena warna kulitnya. Tahun 1963 Presiden Kennedy meminta Kongres menyetujui UU Hak-Hak Sipil yang menghapuskan segregasi di tempat-tempat umum. UU itu masih terhambat di Kongres ketika Kennedy terbunuh tanggal 22 November 1963. Tapi penerusnya, Presiden Johnson, mendesak Kongres agar UU ciptaan Kennedy mendapat prioritas utama untuk pegesahan. Januari 1965 Martin Luther King mengkampanyekan hak-hak memilih untuk orang hitam di negara bagian Alabama. Tapi di sana para aktivisnya diancam, ditahan, dan malah dipukuli. Presiden Johnson kemudian mendesak Kongres untuk mengesahkan UU hak pilih itu dan mengumumkan bahwa tentara Federal akan digunakan untuk mengamankan keputusan tersebut. Tentara Federal juga dikirim untuk melindungi demonstrasi menuntut hak-hak sipil di Alabama yang berlangsung pada bulan Maret. Awal 1968 King mulai mengorganisasikan Gerak Jalan Orang Miskin di Washington. Ia juga pergi ke Memphis, Tennessee, untuk mendukung pemogokan pekerja sanitasi. Di sana, 4 April, seorang penembak gelap menembaknya. Jutaan orang berduka cita dan menyebabkan timbulnya kerusuhan rasial di seluruh Amerika. James Earl Ray, seorang pelarian penjara, ditangkap dan mengaku sebagai pembunuh King. Ia dihukum 99 tahun penjara. Tewasnya King menyebabkan terjadinya polarisasi di kalangan pejuang-pejuang sipil orang hitam. Ada yang ingin meneruskan tradisi antikekerasan seperti yang dianut King, ada pula yang makin radikal. Black Panther adalah organisasi yang menganjurkan kekerasan melawan supremasi kaum putih. Ada juga yang kemudian merangkul Islam dan membentuk jamaah yang dikenal sebagai Black Muslims. Mereka menganjurkan pemisahan ras antara hitam dan putih dalam segala hal. Setelah Reagan berkuasa, banyak fasilitas istimewa yang dinikmati orang hitam dalam pekerjaan, pendidikan, perumahan, dan jaminan sosial lainnya dihapuskan. Inilah yang menimbulkan lagi perasaan tak puas di kalangan orang hitam. Kerusuhan yang disulut oleh pengadilan atas empat polisi yang memukuli pengendara mobil orang hitam di Los Angeles baru-baru ini hanyalah penyulut dari ketidakpuasan yang terpendam selama sedikitnya satu dasawarsa. A. Dahana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus