Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum moda transportasi modern muncul, Jakarta masih menggunakan beberapa moda transportasi lawas. Salah satu yang sempat digandrungi masyarakat Jakarta pada masanya adalah helicak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari kanal budaya.indonesia.org, selain becak, helicak digemari masyarakat pada sekitar tahun 1970-an. Penyebutan nama helicak berasal dari gabungan kata helikopter dan becak karena bentuknya menyerupai perpaduan antara helikopter dan becak.
Saat itu, transportasi umum di ibu kota maupun daerah lain masih jarang, terlebih moda transportasi yang bermesin kecil layaknya Helicak. Karena itulah, Helicak jadi populer karena dinilai lebih efektif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Transportasi Jakarta ini Bodi dan mesin utama 150 cc kendaraan ini adalah skuter Lambretta yang didatangkan langsung dari Italia. Pada saat itu, Indonesia berhasil mengimpor sebanyak 400 unit, dengan harga satuannya sebesar Rp 400 ribu.
Kendaraan inj memiliki spesifikasi mesin 2-tak berkubikasi 148 cc, dengan kekuatan daya tarik sebesar 8,7 dk. Helicak juga sanggup dipacu hingga 101 km/jam.
Sedangkan pada mesin skuter Lambretta SX 150, pertama kali diproduksi tahun 1966 dan berakhir pada 1969. Skuter ini menggendong mesin 2-tak berkapasitas 150 cc yang sanggup menghasilkan tenaga 8,8 dk dan bisa dipacu hingga kecepatan 96 km/jam
Helicak pertama kali diluncurkan pada masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Alasannya, karena becak dianggap kurang etis.
Seperti halnya becak, pengemudi helicak duduk di bagian belakang, sementara penumpangnya duduk di depan dalam sebuah kabin dengan kerangka besi dan dinding dari serat kaca. Sehingga, penumpang akan terlindung dari panas, hujan maupun debu. Sementara pengemudinya tidak, sama seperti becak.
Mengutip Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Pusat, karena kebijakan pemerintah DKI Jakarta dalam menyediakan angkutan rakyat tidak konsisten, helicak yang diluncurkan secara perdana dengan jumlah 400 buah tidak dikembangkan lebih lanjut. Akibatnya, keberadaan helicak pelan-pelan menghilang dari jalan-jalan ibu kota.
Sejak saat itu, para pengusaha transportasi lebih memilih menggunakan Bajaj yang belakangan muncul setelah helicak hilang. Hingga akhirnya, kendaraan ini dilarang untuk dioperasikan oleh Pemerintah DKI Jakarta pada 1987.
RISMA DAMAYANTI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.