DUA ribu tahun sebelum Masehi, seorang Mesopotamia tanpa sengaja menjatuhkan sebutir ketimun dalam bak air garam. Kotoran dan tanah yang masih melekat pada buah ketimun itu melepaskan mikroba yang kemudian menyebabkan terjadinya fermentasi. Beberapa minggu kemudian orang Mesopotamia itu menemukan ketimunnya yang terjatuh dalam air garam itu. Dan . . . acar ketimun yang pertama di dunia ditemukan. Demikianlah, Saudara, pada masa lalu produk-produk baru ditemukan orang secara kebetulan. Sekarang, 4.000 tahun kemudian, masih banyak orang tak mengerti mengapa ketimun yang mudah busuk itu dapat diawetkan dalam air garam dan sedikit ko toran. Pada masa sekarang, orang tak sabar lagi menunggu sampai orang yang dipilih Tuhan menemukan sesuatu secara kebetulan. Orang pergi ke laboratorium dan menghabiskan waktu ribuan, bahkan jutaan, jam untuk menemukan produk-produk baru yang akan memperkaya kehidupan manusia. Isaac Newton, pada masa lalu, bahkan menderita insomnia (tak dapat tidur) karena secara konstan menghabiskan waktunya di laboratorium (sekalipun ada pula sekelompok psikiater yang menganggap Newton tak bisa tidur karena tak pernah dapat menyalurkan hasrat seksnya). Para inventor pada masa sekarang tidak lagi orang-orang "eksentrik" yang botak berkaca mata tebal, dan hafal segala rumus di luar kepala. Baru-baru ini, di pinggir New York, saya bertemu dengan seorang muda yang tampak seperti para Yuppies (young urban professionals) lainnya. Orangnya santai, sama sekali tak mencerminkan kedudukannya sebagai doktor di bidang elektronik. Lebih dari itu, ia ternyata adalah orang yang bertanggung jawab atas pengembangan high quality television, atau sering juga disebut sebagai high definition television, yang sebentar lagi akan dipatenkan dan diluncurkan ke pasaran oleh Philips. High quality television adalah televisi dengan layar gambar yang kualitas gambarnya lebih baik. Philips, ternyata, memang mempunyai beleid untuk mempekerjakan sarjana-sarjana muda dalam delapan laboratorium risetnya yang tersebar di enam negara. "Para sarjana lulusan baru ini," kata Dr. Niels Wiedentrof dari kantor pusat Philips di Eindhoven, "lebih punya motivasi tinggi untuk pekerjaan riset pada awal kariernya karena sesuai dengan disiplin akademis." "Setelah kurang lebih sepuluh tahun bekerja di instalasi riset, mereka ditawari untuk bekerja di jalur produksi," kata Niels. Ini merupakan rantai yang menguntungkan bagi sektor manufakturing untuk mempekerjakan orang-orang dari disiplin riset. Terutama, hal itu baik untuk pengembangan dan pemantapan kualitas. Banyak pula orang-orang riset ini yang setelah bekerja beberapa tahun di jaJur produksi lalu minta ditempatkan kembali di in stalasi riset. Ini pun menguntungkan bagi kegiatan riset karena orang-orang itu akan menjadi peneliti-peneliti yang lebih down to earth. "Lembaga riset kami memang bukan menara gading," kata Niels di pusat riset Philips di Eindhoven, tempat alat reproduksi suara compact disk, antara lain, ditemukan. Kita memang sering tak menyadari betapa banyak waktu dan dana serta percobaan gagal yang terjadi di belakang setiap produk yang kini telah memperkaya dan mempermudah kehidupan kita. Kita juga sering tak menyadari betapa banyaknya paten atas produk-produk baru yang kemudian diluncurkan ke pasar. Di AT & T Bell Laboratories, salah satu laboratorium riset terpenting di dunia yang telah melahirkan tujuh orang laureate Nobel, rata-rata dilahirkan satu paten setiap hari. Sejak 1925, Bell Laboratories melahirkan hampir 25.000 paten. Itu tidak terlalu mengherankan bila mengingat bahwa anggaran riset Bell Laboratories mencapai 2,1 milyar dolar setahun. Di salah satu laboratoriumnya di Murray Hill, New Jersey, tempat transistor pertama dari bahan germanium dibuat, kini mereka sedang mengembangkan galium arsenid - bahan yang lebih mutakhir dari silikon. Dengan biaya sebesar itu, penemuan yang terjadi memang tidak hanya setingkat acar ketimun. Memang, kita tak dapat memancing tanpa umpan. Bondan Winano
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini