Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEANDAINYA Bernardo Provenzano bisa mencuci pakaiannya sendiri, mungkin dia tak akan tertangkap hingga kini. Bos mafia Italia dari klan Corleone itu disergap di sebuah gubuk di peternakan dekat kota kecil Corleone, Sisilia, Italia selatan, ketika sedang menunggu baju cuciannya tiba.
Juru bicara kepolisian Palermo, Daniele Macaluso, mengatakan persembunyian Bernardo diketahui setelah polisi melacak karung berisi baju yang biasa dikirim keluarganya ke gubuk itu. Paman Bernie—begitu Bernardo disapa kerabatnya—memang selalu mengirimkan baju kotornya ke rumahnya di Corleone untuk dicuci. Ia kemudian menerima kembali pakaian bersihnya dalam karung.
Polisi menyamar sebagai penggembala di sekitar peternakan. Ketika sebuah tangan tampak menjulur dari dalam gubuk mengambil karung pakaian, seketika itu polisi menggerebek. Sejenak terkejut, Paman Bernie kemudian menjabat tangan pemimpin pasukan, Renato Cortesse. Ia memberikan selamat sembari tersenyum.
Sejak capo di tutti capi alias bos dari semua bos mafia Sisilia itu tertangkap tiga tahun lalu, pemimpin Cosa Nostra—organisasi mafia dari Pulau Sisilia—”berjatuhan” satu demi satu bak kartu domino. Terakhir Desember lalu, Giovanni ”Gianni” Nicchi dicokok di Palermo, ibu kota Sisilia.
Kisah Nicchi mengingatkan orang pada riwayat Michael Corleone dalam novel klasik Mario Puzo, The Godfather. Michael, yang dimainkan dengan sangat cemerlang oleh Al Pacino dalam trilogi The Godfather besutan Francis Ford Coppola, adalah lelaki termuda dari keluarga Don Vito Corleone yang sama sekali tak berminat terjun dalam dunia hitam mafia. Ia akhirnya menjadi ”sang Don” setelah mengetahui sang ayah diberondong peluru oleh musuh.
Nicchi, tak seperti Michael, bahkan sama sekali belum pernah membunuh. Tangan pemuda 28 tahun itu masih kelewat bersih. Tapi pesan-pesan Nicchi lewat pizzino, sesobek kertas yang diantar kurir dan menjadi media komunikasi para mafia, telah cukup mengantarkannya ke penjara dengan vonis 18 tahun. Ia dituduh telah memerintahkan membunuh belasan orang. Nicchi ditahbiskan sebagai ”orang nomor dua” di Sisilia.
”Razia besar-besaran di seluruh Italia telah membuat Cosa Nostra bertekuk lutut,” ucap Menteri Dalam Negeri Italia Roberto Maroni bungah. Maroni menyebut 17 pemimpin mafia telah diringkus kurang dari dua tahun, termasuk beberapa pemimpin sindikat Camorra yang beroperasi di Napoli dan bos narkoba terbesar di Kota Milan.
Maroni menyebut pemerintah menangkap delapan orang mafioso setiap harin. Total 2.000 anggota mafia telah ditahan. Daftar 100 pemimpin mafia Italia yang paling dicari pun kini tinggal menyisakan 30 nama. Pemerintah juga mengklaim berhasil menyita 10 ribu properti mafia senilai US$ 7,9 miliar (sekitar Rp 77 triliun).
”Inilah jawaban terbaik bagi semua fitnah terhadap saya,” ujar Perdana Menteri Silvio Berlusconi. Ia amat gerah terhadap tudingan yang menyatakan ia punya hubungan khusus dengan Cosa Nostra. Gaspare Spatuzza, anggota mafia Italia, mengungkapkan cerita itu ketika memberikan keterangan sebagai saksi dalam sidang atas Senator Marcello Dell'Utri, sekutu dekat Berlusconi, yang terbukti terlibat jaringan mafia Sisilia.
Spatuzza terlibat dalam serangkaian kasus pengeboman di Roma, Milan, dan Florence pada 1993, setahun sebelum Berlusconi terpilih sebagai perdana menteri untuk pertama kali. Ia menuding bos mafia Sisilia Giuseppe Graviano memiliki hubungan dengan Berlusconi. Spatuzza mengaku pernah bertemu dengan Graviano pada awal 1994.
Dalam pertemuan itu, Graviano memberi tahu Spatuzza bahwa dia telah dibantu orang penting. ”Graviano menyebut dua orang, salah satunya Berlusconi. ’Mereka akan menyerahkan negara ini ke tangan kami (Cosa Nostra)’,” kata Spatuzza mengutip ucapan Graviano. Berlusconi, kata Graviano, akan menyediakan "keuntungan" yang belum terperinci untuk Cosa Nostra.
Berlusconi dan Dell'Utri membantah tuduhan itu. Juru bicara Berlusconi, Paolo Bonaiuti, mengatakan tuduhan itu merupakan aksi balas dendam para gembong mafia terhadap berbagai gebrakan pemerintah yang gencar memenjarakan anggota mafia.
Hanya surat kabar La Repubblica yang membenarkan tuduhan terhadap perdana menteri 73 tahun yang belum lama ini dilempar sepotong patung itu. Koran ini memuat sebuah artikel yang menyebutkan 20 persen saham Mediaset yang dikendalikan perusahaan keluarga Berlusconi Finivest dimiliki mafia. La Repubblica adalah media milik rival bisnis Berlusconi, Carlo De Benedetti
Apakah rentetan penangkapan itu telah memadamkan Cosa Nostra? Setelah Provenzano ditahan, diikuti Salvatore Lo Piccolo, Domenico Raccuglia, dan Gianni Nicchi, organisasi yang berdiri sejak 1962 ini memang praktis hanya meninggalkan sedikit pemimpin, termasuk Matteo Messina Denaro, mafioso playboy yang doyan memakai barang bermerek. Pemerintah Italia menargetkan menumpas bersih praktek mafia di negaranya pada 2013.
Matteo, yang hingga kini masih buron, adalah varian lain dari Paman Bernie, yang berpenampilan sederhana. Ia penggemar mobil balap dan penyuka baju Versace dan Armani. Gaya Bernie yang kalem dan sebisa mungkin menghindari kekerasan ”ditabrak” pemuda 38 tahun itu. Ia kasar dan asal main bom. Namun sayap bisnisnya lebih luas dibanding Bernardo, yang cuma menembus Palermo. Matteo punya jaringan dengan sindikat obat bius Kolombia.
Penampilan Matteo ini mirip Luciano Leggio (1925-1993), sang patron Paman Bernie. Dandanan Leggio selalu gemerlap dengan rupa-rupa aksesori mahal dan pakaian bikinan desainer kelas satu. Ia selalu mengisap cerutu Kuba. Bedanya, Leggio acap setengah memaksa orang memanggilnya ”Profesor”. Padahal tak satu pun gelar akademis yang dia punya. Bahkan sekolah dasar pun dia tak lulus. Luciano baru lancar membaca sesudah dewasa.
Namun Don Luciano sering membanggakan koleksi bacaannya. Selain filsafat, sosiologi, dia membaca buku klasik. ”Aku membaca Dickens (Charles Dickens) dan Dostoyevsky (Fyodor Dostoyevsky). Aku juga membaca Socrates, karena kami berdua mirip, sama-sama tak suka menulis,” katanya.
Melihat gaya dan bacaannya, orang tak mengira tangan Don Luciano sama dengan don lain yang sebagian besar berlatar belakang petani, sopir, atau para pesuruh mafia: bergelimang darah. Dibantu pasukan penjagalnya, dia membantai lima puluh pengikut Michele Navarra, pesaingnya di Corleone.
Orang mungkin akan geleng-geleng mengetahui penjahat seperti Luciano, Navarra, Calogero Vizzini, yang dengan enteng menarik pelatuk pistol yang menempel ke pelipis, tapi memeluk teguh etika. Bagaimana mungkin orang yang tega meledakkan mobil hakim Giovanni Falcone bersama istri dan tiga pengawalnya pada 1992, tapi bersumpah akan melindungi mereka yang lemah dan tak akan mengganggu istri orang.
Sumpah itu tak main-main. Setiap calon anggota mesti melewati upacara pelantikan dan bersumpah menaati etika. Kadang, sebelum upacara pelantikan, calon anggota dikurung di kamar tertutup selama berjam-jam, lalu dipertemukan dengan perwakilan klan dan diberi penjelasan tentang rupa-rupa etika dan aturan yang wajib ditaati.
Sekali melanggar, nyawa jadi bayarannya. Pino Marchese, misalnya. ”Prajurit” di klan Leoluca Bagarella asal Corleone ini ditemukan mati terendam cairan asam dengan potongan alat kelamin di mulutnya. Dosanya tak terampuni. Dia berselingkuh dengan istri anggota klan lainnya.
Inilah Cosa Nostra. Mereka hidup dari jasa perlindungan, pemerasan, penyelundupan, dan sejak akhir 1960-an, perdagangan heroin. Heroinlah yang membuat mereka kaya raya.
”Menjadi anggota mafia tak beda dengan memeluk agama. Pendeta tak bisa pensiun, demikian juga anggota mafia,” kata Giovanni Falcone. Hakim di Palermo, kota terbesar di Sisilia, itu selama bertahun-tahun berperang melawan Cosa Nostra. Perang yang harus dibayar dengan nyawanya.
Kendati paling populer, Cosa Nostra sebenarnya bukanlah mafia paling tua di Italia. Jejak mafia Sisilia baru muncul pada pertengahan abad ke-19. Geng Camorra di wilayah Campania, bagian selatan Italia, sudah beroperasi sejak akhir abad ke-17. Mereka muncul seiring dengan pembukaan rumah judi di Naples, ibu kota Campania. Kelompok penjahat Italia lain yang pengaruhnya tak kalah dengan mafia Sisilia dan Campania oleh Ndrangheta, yang berbasis di wilayah Calabria, dan Sacra Corona Unita, yang berakar di Apulia. Kedua daerah itu juga berada di bagian selatan Negeri Pizza.
Tiap geng berbeda dalam struktur organisasi maupun pola rekrutmen anggotanya. Cosa Nostra merekrut anggota klan tak sebatas anggota keluarga, tapi tergantung ”bakat” dan loyalitas. Sedangkan Ndrangheta dan Camorra lebih memilih menjaring anggota dari keluarga sendiri.
Setelah bertahun-tahun perang berdarah melawan pemerintah, mafia Italia mengubah strategi. Menurut Giuseppe Cipriani, Wali Kota Corleone, mereka tak lagi ringan tangan menarik pelatuk. Namun bukan berarti mereka mempensiunkan pistol mereka. Jika dirasa perlu, pistol dan bom tetap digunakan.
Tak seperti Luciano Leggio yang sekolah dasar pun tak tamat, generasi baru mafia mengenyam pendidikan tinggi. Mereka, kata Wakil Rektor Universitas Palermo, Giovanni Santangelo, belajar ekonomi, hukum, dan ilmu teknik. Anak-anak sekolahan inilah yang membiakkan dan mencuci uang haram mafia dari bisnis heroin. Seperti Angelo Provenzano, anak Paman Bernie, dia mengaku tak lagi berhubungan dengan mafia. Dia berbisnis cuci-mencuci baju.
Bos Corleone pun tak bisa dilacak rencananya. Bernie menjauhi telepon, dan hanya menggunakan pizzino sebagai penyampai pesan. Polisi beberapa kali merebut kertas itu dari beberapa kurir, tapi cuma mendapat pepesan kosong. Semua surat yang disita berisi pesan religius, ”Semoga Tuhan memberkati Anda!”
Para don juga tetap teguh menjalankan sumpah omerta, gerakan tutup mulut, sebagai bentuk loyalitas ekstrem pada kelompoknya. Hanya keteledoranlah dan pengkhianatan tak termaafkan anggota mafia yang mengantarkan para don itu ke jeruji bui. Bernardo Provenzano tertangkap karena alasan sepele itu: punya kebiasaan mengirim pulang baju kotornya.
Yos Rizal, Sapto Pradityo, Nunuy Nurhayati, Yophiandi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo