PANGERAN Walangsungsang, putera Prabu Siliwangi dari Pajajaran
menolak menerima tahta kerajaan. Maka iapun diusir dari keraton,
karena memeluk agama Islam. Dalam pengembaraannya bersama Ki
Gedeng Alangalang, ia sampai di sebuah desa di pantai utara
Jawa. Desa ini dia benahi untuk tempatnya menetap. Itulah
Kota Cirebon yang 12 Desember lalu berusia 607 tahun. Sekarang
penduduk kota ini telah menjadi 183.000 jiwa dengan luas
sekitar 36 KmÿFD.
Tapi bagaimana Kota Cirebon sekarang? Walikota Aboeng Koesman
sendiri tampaknya belum mau begitu membanggakan kotanya. Soal
lalu-lintas misalnya, jalan-jalan protokol masih sesak oleh
sekitar 5.000 buah becak. Taksi kota juga belum dapat dikendalikan,
karena mereka masih seenaknya mengambil dan menurunkan penumpang
di sembarang tempat. Bahkan terminal bis di Gunungsari
seharusnya cepat-cepat dipindah karena tak memenuhi persyaratan
lagi. Tapi biaya untuk itu rupanya masih dicari-cari.
Begitu juga masalah listerik dan air minum. Kata Aboeng baru
sekitar 25 saja warga kotanya mereguk air dari PAM. Tapi dengan
bantuan dari Swiss, kwartal 1 tahun depan soal air minum ini
akan lebih merata. Tak jauh berbeda dengan itu, penerangan
listerik kota ini semata-mata baru berasal dari PLTG di
Sunyaragi yang hanya dapat dinikmati sekitar 30% penduduk kota.
Pasar Pagi yang sudah berusia lh abad lebih dan pernah heboh itu
sekarang masih sedang dalam pembenahan. Selain bentuknya sudah
jauh ketinggalan zaman, pasar ini juga sudah dianggap dapat
mengganggu kesehatan penduduk sekitarnya karena jorok.
Peremajaan juga akan dilakukan terhadap Pasar Kanoman,
lebih-lebih karena harus diseimbangkan dengan Keraton Kanoman
yang menjadi latar belakangnya. Pasar-pasar Harjamukti,
Lawanggada dan Jagasatru akan dipindahkan dari tempat-tempat
yang ada sekarang karena sudah cukup mengganggu kelancaran
lalulintas sekitar.
Bagi Walikota Aboeng Koesman, wilayah Kotamadya Cirebon sekarang
ini sudah terasa sangat sempit. Sehingga "selain faktor biaya,
kesulitan utama saya adalah mencari lokasi bagi proyek-proyek"
ungkap Aboeng. Bagi walikota ini, agaknya perluasan areal kota
tak dapat dielakkan lagi. Namun diakuinya, perluasan
administratif kota tentu memerlukan waktu, karena masalahnya
lebih tergantung pada Pemda Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini