Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Setelah 607 tahun

Dalam usianya yang ke-607 kotamadya cirebon sudah terasa sangat sempit. perluasan dan pembenahan kota masih terus dilakukan, terutama masalah lalulintas, air minum, listrik dan pasar.

17 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANGERAN Walangsungsang, putera Prabu Siliwangi dari Pajajaran menolak menerima tahta kerajaan. Maka iapun diusir dari keraton, karena memeluk agama Islam. Dalam pengembaraannya bersama Ki Gedeng Alangalang, ia sampai di sebuah desa di pantai utara Jawa. Desa ini dia benahi untuk tempatnya menetap. Itulah Kota Cirebon yang 12 Desember lalu berusia 607 tahun. Sekarang penduduk kota ini telah menjadi 183.000 jiwa dengan luas sekitar 36 KmÿFD. Tapi bagaimana Kota Cirebon sekarang? Walikota Aboeng Koesman sendiri tampaknya belum mau begitu membanggakan kotanya. Soal lalu-lintas misalnya, jalan-jalan protokol masih sesak oleh sekitar 5.000 buah becak. Taksi kota juga belum dapat dikendalikan, karena mereka masih seenaknya mengambil dan menurunkan penumpang di sembarang tempat. Bahkan terminal bis di Gunungsari seharusnya cepat-cepat dipindah karena tak memenuhi persyaratan lagi. Tapi biaya untuk itu rupanya masih dicari-cari. Begitu juga masalah listerik dan air minum. Kata Aboeng baru sekitar 25 saja warga kotanya mereguk air dari PAM. Tapi dengan bantuan dari Swiss, kwartal 1 tahun depan soal air minum ini akan lebih merata. Tak jauh berbeda dengan itu, penerangan listerik kota ini semata-mata baru berasal dari PLTG di Sunyaragi yang hanya dapat dinikmati sekitar 30% penduduk kota. Pasar Pagi yang sudah berusia lh abad lebih dan pernah heboh itu sekarang masih sedang dalam pembenahan. Selain bentuknya sudah jauh ketinggalan zaman, pasar ini juga sudah dianggap dapat mengganggu kesehatan penduduk sekitarnya karena jorok. Peremajaan juga akan dilakukan terhadap Pasar Kanoman, lebih-lebih karena harus diseimbangkan dengan Keraton Kanoman yang menjadi latar belakangnya. Pasar-pasar Harjamukti, Lawanggada dan Jagasatru akan dipindahkan dari tempat-tempat yang ada sekarang karena sudah cukup mengganggu kelancaran lalulintas sekitar. Bagi Walikota Aboeng Koesman, wilayah Kotamadya Cirebon sekarang ini sudah terasa sangat sempit. Sehingga "selain faktor biaya, kesulitan utama saya adalah mencari lokasi bagi proyek-proyek" ungkap Aboeng. Bagi walikota ini, agaknya perluasan areal kota tak dapat dielakkan lagi. Namun diakuinya, perluasan administratif kota tentu memerlukan waktu, karena masalahnya lebih tergantung pada Pemda Jawa Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus