Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Setingkat di Atas Liem

Dari tukang listrik, Arifin Panigoro menjelma menjadi raja minyak. Saham Medco tak jadi lepas dari genggamannya.

25 September 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI ketinggian, Arifin Panigoro bertarung melawan terik matahari. Bertumpu pada tangga bambu yang disandarkan pada sebuah tiang listrik, mahasiswa Jurusan Elektro Institut Teknologi Bandung ini sibuk mengutak-atik lampu jalan.

Kala lain, pemasangan panel listrik di gerbong kereta api pun dilakoninya. Begitulah Arifin sehari-hari melayani para pengguna jasa CV Corona Electric, perusahaan jasa pemasangan instalasi listrik yang didirikannya bersama teman-temannya di kampus.

Itu dulu. Kini, 34 tahun kemudian, Arifin telah menjelma menjadi seorang konglomerat berlimpah harta. Majalah Forbes Asia baru-baru ini menobatkannya sebagai orang nomor 9 terkaya di Indonesia. Nilai kekayaannya ditaksir US$ 815 juta (sekitar Rp 7,3 triliun). Posisinya itu bahkan setingkat lebih tinggi dari Liem Sioe Liong, taipan nomor wahid Indonesia di masa lalu.

Roda bisnis Arifin berputar kencang setelah pria kelahiran Bandung, 14 Maret 1945 ini banting setir ke bisnis minyak. Pada 1980, Arifin mendirikan PT Meta Epsi Pribumi Drilling Company (Medco). Perusahaan ini bergerak dalam bisnis pengeboran minyak dan gas bumi di daratan.

Dalam perkembangannya, Medco merambah ke berbagai sektor. Selain di energi, Medco menggarap lahan bisnis finansial (PT Bank Saudara), makanan, agrobisnis, fabrikasi, hotel (Grand Preanger Bandung; Novotel Bukit Tinggi, Sumatera Barat; Sofitel Seminyak, Bali), dan properti (Niaga Tower, Jakarta).

Meski begitu, bisnis energi tetap menjadi penyumbang terbesar pendapatan Grup Medco lewat PT Medco Energi Internasional Tbk. Tahun lalu perusahaan ini mencatat penjualan US$ 620 juta atau sekitar Rp 6 triliun (dengan kurs rata-rata 2005 Rp 9.700 per US$). Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan penjualan Medco Energy International rata-rata mencapai di atas 12 persen. Dalam kurun waktu yang sama, aset Medo telah berlipat tiga menjadi US$ 1,5 miliar.

Tak hanya di dalam negeri, sayap operasinya pun sejak dua tahun lalu telah dibentangkan ke mancanegara. Anak perusahaannya di Australia, MedcoEnergi Pte. Ltd., berhasil mengakuisisi 83,4 persen saham Novus Petroleum Ltd., salah satu perusahaan minyak besar di Australia. Novus kini menggarap 26 ladang minyak di tujuh negara, antara lain Indonesia, Filipina, Australia, Oman, dan Amerika Serikat. Medco juga punya ladang minyak di Libya.

Sadar tugasnya kian berat, Pipin—begitu Arifin biasa disapa—sudah sejak lama menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada adiknya Hilmi Panigoro. Anak keenam dari 11 Panigoro bersaudara ini mengambil alih tongkat kepemimpinan dari si sulung Arifin sejak 10 tahum silam. Sebagai top executive di perusahaan tambang internasional Huffco (kini bernama Vico), ia dipandang mumpuni untuk mengisi jabatan itu. ”Saya kira di Indonesia sekarang, dia yang terbaik di industri minyak,” kata Arifin.

Jabatan penting juga dipegang oleh Yani Yuhani Rodyat. Anak keempat dari 11 bersaudara yang lebih dikenal dengan panggilan Yani Panigoro ini dipasrahi tanggung jawab atas operasional Medco Holding. Ini jelas bukan jabatan sembarangan. Sebab, perusahaan induk inilah yang menaungi kepemilikan saham keluarga Panigoro di semua lini usaha Grup Medco serta perusahaan lainnya. ”Tugas saya memastikan Grup Medco tetap berdiri, siapa pun pemimpinnya,” ujarnya kepada majalah SWA.

Lantas, di mana posisi kedua anak Arifin: Maira Arifin Panigoro dan Yaser Raimi Panigoro? Sementara Maira lebih memilih menjadi ibu rumah tangga, Yaser, 28 tahun, tampaknya mulai mengikuti jejak sang ayah. Tamatan American International University, Amerika Serikat, ini didapuk mengurusi Medco Mining, divisi batu bara dan tambang mineral lainnya di bawah MedcoEnergi, yang baru didirikan pada awal Juli lalu.

Dengan ketiga tangan kanannya itu, Arifin boleh dibilang kini bisa duduk tenang di kursi penasihat. Semua urusan utang-piutang ke PT Jasindo dan PT Bahana yang pernah hampir menyeretnya ke balik jeruji pun telah diselesaikannya. Sisa utang dilunasi. Saham Medco pun secara bertahap dibelinya kembali dari kreditor. Berkat kerja keras itulah, sejak Februari tahun lalu, kepemilikan Medco yang pernah lepas kembali ke tangan Arifin.

Metta Dharmasaputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus